[Name] menggelengkan kepala mendapati Jungkook dan kedua hyungnya asyik bermain game. Ia pikir, setelah Jungkook memohon pada hyung tertua untuk menjemputnya setelah jadwal mereka selesai dan memaksanya untuk menginap di dorm dengan alasan ia sangat merindukan [Name] dan ingin berangkat sekolah bersama besok, Jungkook akan segera pergi tidur, tapi tidak. Kekasihnya masih menyempatkan diri untuk bermain game.
“Katanya besok mau sekolah, kenapa masih belum tidur?” tanya [Name] menyandarkan bahu di kusen pintu seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
“Aku mau main sebentar. Udah lama gak main game,” balas Jungkook tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.
[Name] menghela nafas pasrah. Kalau Jungkook sudah bermain dengan Taehyung dan Jimin, tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali ia ketiduran saat bermain. Entah bagaimana ketiganya masih memiliki energi untuk main game sampai lewat tengah malam.
Padahal, ketika ia melewati ruang tengah, [Name] tidak melihat Yoongi dan Jin dengan dugaan keduanya sudah tidur. Ia masih sempat melihat Namjoon berkutat dengan kertas dan pensil, begitu juga dengan Hoseok yang berada di dapur.
“Duduk sini. Jangan berdiri terus, nanti aku gak konsen mainnya,” Jungkook mengulurkan tangan ke arah [Name] lalu menarik gadis itu agar terduduk di pangkuannya. Salah satu lengannya bergerak cepat memeluk pinggang [Name] dan meraih stiknya sebelum kecolongan serangan dari Taehyung.
“Wah... Jungkookie sudah besar sekarang,” seru Jimin dengan senyuman sipitnya seraya menepuk tangan heboh.
[Name] buru-buru menyembunyikan wajahnya di bahu Jungkook. Ia tidak ingin siapapun melihat ekspresi wajahnya yang menahan malu dan memerah. Gadis itu mencengkeram kaus yang dipakai kekasihnya begitu mendengar tawa geli yang familiar.
“Kamu lucu banget deh. Mukanya sampai merah begitu,” Jungkook mencubit pipi [Name] gemas. “Kayak baru pertama kali aku pangku aja.”
Jungkook menyerahkan stik yang ia pegang pada Jimin, membiarkan hyungnya bermain satu babak sementara ia asyik menggoda kekasihnya yang hampir mirip dengan tomat dengan wajah tembam dan memerah.
“Gak usah ngeledek,” gantian [Name] yang mencubit pinggang Jungkook. “Kamu mau selesai jam berapa? Emangnya kamu bisa bangun kalau tidur lewat jam satu pagi?”
Jungkook nyengir. “Kalau gak bisa bangun, ya kita gak usah sekolah aja.”
Tangan [Name] bergerak refleks memukul lengan Jungkook yang sudah mengaduh kesakitan bahkan sebelum tangan [Name] beradu dengan lengannya. [Name] menatap Jungkook tajam terlepas dari fakta ia sudah sangat mengantuk.
“Ngomong sembarangan,” omel [Name]. “Kamu enak, punya alasan kecapekan karena sibuk manggung sana-sini. Aku kan cuma pelajar biasa, gak ada kesibukan yang memaksa aku supaya bolos sekolah.”
“Kamu punya alasan kok,” Jungkook mengangkat bahunya acuh tak acuh. “Tinggal bilang aja kalau aku kangen sama kamu, tapi akunya kecapekan. Jadi, kamu bolos karena nemenin aku yang kangen, gimana?”
[Name] menggeleng. “Kookie-ku sayang, jangan bercanda. Aku gak bisa seenaknya bolos, masih banyak nilai yang harus kukejar. Kalau besok kamu gak bangun, aku tinggal berangkat sekolah.”
“Idih, jahat banget sih. Aku kangen tahu sama kamu, masa pas lagi ada waktu istirahat kamu malah ninggalin aku?” tanya Jungkook dengan nada manja.
Jimin dan Taehyung saling berpandangan lalu bergidik mendengar nada bicara Jungkook yang hampir tidak pernah mereka dengar kecuali saat [Name] berada di sekitar mereka. Taehyung membesarkan volume untuk menutupi suara Jungkook saat berbicara dengan [Name] yang hanya membuatnya bergidik geli.
“Kalau aku gak sekolah dan tetap nemenin kamu, berarti kamu yang jahat sama aku,” ucap [Name] seraya memejamkan matanya, tidak tahan dengan rasa kantuk yang menyelimuti dirinya.
“Kok gitu sih?” komentar Jungkook tidak terima.
“Karena kamu mau nilaiku kosong, kamu gak mau aku lulus dengan nilai memuaskan. Kamu mau masa depan aku suram karena gak bisa dapat nilai setinggi yang aku mau. Kalau gitu, berarti kamu jahat kan?” balas [Name] tanpa membuka matanya dengan seringai tertahan.
Jungkook menghela nafas mengalah, tidak bisa berdebat lebih jauh dengan gadisnya yang keras kepala. Jemarinya sibuk memainkan helaian rambut [Name], terlihat terhibur dengan kegiatannya selama Jimin masih memegang stiknya. Matanya menelusuri wajah [Name] saat gadis itu masih memejamkan mata.
“Iya, iya, aku tidur. Tapi nanti kalau hyung selesai main, oke?” tawar Jungkook.
“Terserah kamu aja deh,” ucap [Name] jengah.
Jungkook tersenyum penuh kemenangan walaupun ia tahu [Name] tidak bisa melihat senyumannya. Tanpa ia sadari, lengan yang memeluk tubuh kecil [Name] mengerat, kepalanya bersandar pada kepala [Name]. Seulas senyum terlihat di wajahnya kala indra penciumannya mendeteksi bau sampo kesukaannya di rambut [Name].
“Astaga! Kalian terlihat imut,” ucap Jimin.
Sebelah alis Jungkook terangkat, penasaran dengan apa yang Jimin lakukan. Namun, Jimin tidak melihat ke arahnya, melainkan ke arah gadis yang tengah terpejam dan bersandar di bahunya.
“Selamat malam, Jagi,” senyum Jungkook, ia menyapukan bibirnya di dahi [Name]. Sesaat kemudian tatapannya berubah garang. “Hyung jangan lihat-lihat! Kalau ngiri cari kekasihmu sendiri sana, jangan ngeliat kekasihku.”
Halooo... Udah lama gak update yang ini.. Gimana nih hari pertama sekolah? Udah ada yang langsung belajar atau masih main-main aja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Wings
Fiksi PenggemarTerbang bersama ketujuh laki-laki yang akan bikin kamu berulang kali jatuh cinta dengannya. Cerita singkat tentang kamu bersama dengan salah satu member BTS