Kim Nam Joon

582 57 2
                                    

[Name] menggigit bibirnya berharap cemas dengan hasil yang akan diumumkan kurang dari beberapa menit lagi. Kekasihnya adalah leader dari boyband bernama BTS yang sekarang tengah menghadiri acara penghargaan bergengsi di Hongkong.

Kabar baiknya, ia berada di ruang ganti BTS dan bisa langsung menemui kekasihnya saat acara selesai. Kabar buruknya, walaupun berada di gedung yang sama, [Name] tetap tidak bisa menenangkan kekasihnya yang lebih gugup darinya saat menanti hasil.

Kedua tangan [Name] tertangkup di depan wajahnya, dalam hati berdoa agar boyband yang dipimpin oleh kekasihnya itu bisa mendapatkan daesang walaupun hanya satu. Ia tidak ingin kerja keras yang dilalui oleh ketujuh laki-laki itu tidak dianggap di mata publik. Ia mohon. Hanya satu dari tiga penghargaan itu. Hanya satu.

[Name] hampir saja menjerit saat nama BTS dipanggil untuk menerima penghargaan ‘Artist of The Year’. Ia ikut menangis saat satu persatu member mulai meneteskan air mata, terutama Yoongi dan Jungkook. Apalagi saat mereka berpelukan setelah selesai bicara. Rasanya [Name] ingin cepat-cepat memeluk Namjoon.

Betapa bangganya ia saat ini. [Name] yakin ARMY di luar sana juga merasakan hal yang sedang ia rasakan. Perasaan bangga, bahagia dan haru meluap menjadi satu hingga hanya air mata yang bisa keluar sebagai ekspresi perasaan campur aduk itu.

Tidak ada yang bisa [Name] lakukan untuk mengekspresikan rasa bangganya kecuali memeluk setiap member yang masuk. Yoongi masih berusaha mengusap matanya yang basah, hal yang sama juga dilakukan oleh Jungkook dan Hoseok. Namun, [Name] sudah tidak memperhatikan mereka ketika Namjoon melewati pintu ruang ganti.

“Selamat atas penghargaannya, Namjoon-ah,” bisik [Name] saat ia melingkari leher Namjoon dengan lengannya. “Aku benar-benar bangga denganmu.”

Menyadari pelukan gadisnya yang ia tunggu sejak tadi, tidak butuh waktu lama untuk Namjoon membalas pelukan [Name] tidak kalah erat.

“Aku benar-benar bahagia. Sangat bahagia. Beruntung kamu ada di sini, jadi aku bisa langsung meluk kamu,” bisik Namjoon. Tangan Namjoon bergerak memainkan helaian rambut [Name], masih bersyukur dengan keberadaan gadis dalam pelukannya ini. “Rasanya pengen meledak saking senengnya.”

[Name] tertawa mendengar balasan Namjoon. “Jangan meledak. Kalau kamu meledak, yang meluk aku siapa? Kamu mau Jin-oppa yang meluk aku?”

“Jangan ngomong kayak gitu. Nanti akunya jadi gak seneng lagi ngebayangin kamu sama Jin-hyung,” ucap Namjoon setengah cemberut. “Kamu punya aku, oke? Jangan ngebayangin laki-laki lain kalau lagi sama aku. Aku gak peduli mau itu hyung atau dongsaengku.”

“Iya, iya, Monsterku yang cemburuan,” [Name] berjinjit untuk menempelkan bibirnya di pipi Namjoon. “Tuh, dipanggil sama Jimin. Mau bikin video buat ARMY kali.”

“Kamu tunggu sebentar ya,” Namjoon mencium dahi [Name] lalu menghampiri Jimin.

[Name] memperhatikan ketujuh orang yang memunggunginya. Tujuh orang yang sudah bekerja keras demi impian mereka, tujuh orang yang selalu berhasil bangkit bahkan saat gak ada yang menaruh minat. Tujuh orang yang bisa bergabung dalam satu tujuan dengan latar belakang yang berbeda. Ayolah, siapa yang tidak bangga dengan ketujuh orang dihadapannya ini?

Entah sejak kapan [Name] mulai memperhatikan punggung mereka, terutama dengan predikat tubuh tertinggi dari tujuh orang di band yang sama. [Name] suka memperhatikannya mengaransemen musiknya, bahkan menemaninya saat ia tidak memiliki ide untuk lirik lagunya.

“Jagi, kok ngelamun?” ciuman Namjoon di hidungnya membuyarkan isi lamunan [Name]. “Capek ya nungguin aku gak selesai-selesai?”

[Name] menggeleng. “Bukan itu. Aku cuma lagi ngebayangin sehebat apa kamu nanti.”

Namjoon tersenyum kemudian mendekatkan wajahnya. [Name] mulai memejamkan mata saat merasakan sapuan nafas Namjoon di wajahnya. Sayang, sebelum Namjoon berhasil melakukan apa yang ia inginkan, suara maknae line menghentikannya.

“Hyung, kalau mau mesra-mesraan nanti aja pas udah sampai di hotel. Aku gak mau ngeliat sesuatu yang belum waktunya,” teriak Jungkook dari seberang ruangan. “[Name]-noona juga jangan mau kalau disuruh melakukan adegan yang tidak pantas untuk mata suci seperti aku.”

Jimin terbahak mendengar ucapan Jungkook, bahkan [Name] juga ikut tertawa sambil menggelengkan kepalanya geli mendengar ucapan maknae. Tidak sampai disitu, komplotan Jungkook alias Taehyung ikut meledek Namjoon.

“Aku tahu hyung bahagia karena mendapatkan penghargaan, tapi aku mohon jangan menodai kesucian kami, hyung. Aku memohon dengan sangat,” Taehyung menangkup kedua tangannya dengan ekspresi memohon yang [Name] rasa sangat lucu.

Namjoon mendengus pelan. “Udah gak usah dengerin mereka. Omong-omong aku mau nanya sama kamu.”

“Nanya apa?” tanya [Name] seraya merebahkan kepalanya di bahu lebar Namjoon.

“Gimana rasanya jadi seorang pemenang?” tanya Namjoon.

“Kok aku? Kan yang dapat penghargaan kamu.”

“Gak usah merendah gitu, Jagi. Percaya atau gak, karena kamu aku bisa sampai sejauh ini. Kamu yang bikin aku bertahan, kamu pilar kokoh aku. Tanpa kamu aku gak akan bisa sejauh ini. Jadi, kemenangan hari ini juga milik kamu.”

Seven WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang