[Name] menggerutu kesal pada sosok di hadapannya karena mencegatnya pulang saat di gerbang. Padahal ia sudah berusaha secepat mungkin untuk melarikan diri dari cengkeraman senior yang mendapat predikat paling galak se-sekolah, tapi sia-sia. Seniornya, Min Yoongi, terlalu pintar untuk ia bodohi.
“Aku bisa mendengarmu dengan baik,” Yoongi menoleh ke arah [Name] dengan tatapan tajam. “Kalau tidak ingin masuk ruang detensi, jangan terlambat masuk. Bangun pagi saja tidak bisa, masih mengeluh saat dihukum. Dasar.”
“Aku hanya terlambat sekali sunbae. Masa iya kau akan langsung menghukumku karena aku terlambat satu kali?” [Name] mengeluarkan suara memohon andalannya, berharap Yoongi akan melepaskannya.
Namun sayang, predikat tidak berbelas kasihan juga menjadi milik Yoongi. “Kalau kulepaskan sekarang, kau akan terus mengulanginya lagi. Belajar bertanggung jawab dengan tindakanmu, bocah.”
[Name] kembali menggerutu, mengutuk Yoongi dalam hati karena sikapnya yang terlalu tegas. Memang tidak bisa dipungkiri, sebagai seorang wakil ketua OSIS yang mengawasi langsung bidang kedisiplinan dan menjadi Kapten tim basket memaksanya untuk terus bersikap tegas. Tapi tetap saja, [Name] tidak bisa terima dengan pemaksaan yang dilakukan oleh seniornya. Entah apa yang membuat kekasih Min Yoongi yang terkenal itu mampu bertahan dengan segala sikapnya.
“Hentikan gerutuanmu. Kepalaku sakit mendengarnya,” ucap Yoongi, menghentikan aksi [Name] untuk kembali menggerutu.
Saat mereka sampai di ruang detensi, [Name] menyadari ada satu siswa yang sudah duduk di kursi paling depan sambil menggambar sesuatu. Saat siswa itu mengangkat kepala untuk melihat siapa yang masuk, [Name] mengetahui siapa ia.
Kim Taehyung, salah satu siswa langganan ruang detensi dan pembuat onar di sekolah bersama dengan juniornya Jeon Jungkook dan terkadang bersama Park Jimin.
“Ah, hyung! Menangkap buronan lagi?” tanya Taehyung dengan santai, sama sekali tidak terlihat takut dengan tatapan tajam yang dilemparkan oleh Yoongi.
[Name] memilih kursi yang tak jauh dari tempat Taehyung duduk. Ia masih tidak familiar dengan ruang detensi dan berharap akan sedikit merasa lebih baik jika duduk bersampingan dengan seseorang untuk diajak bicara.
“Aku akan menyuruh Namjoon untuk mengawasi kalian. Sampai ia datang, jangan berisik,” hanya itu yang Yoongi katakan sebelum keluar dan menutup pintu dengan terburu-buru.
[Name] menghela nafas lega saat aura gelap sudah tidak mengintimidasinya. Matanya bergerak, mengamati ruang detensi yang tidak pernah ia masuki. [Name] sedikit terpukau saat menyadari ruang detensi jauh lebih bersih dan terang dibandingkan beberapa kelas yang pernah ia masuki.
“Jadi ... kenapa Yoongi-hyung menyeretmu ke sini?” retina [Name] terfokus pada si pemilik suara.
Ia beradu tatap dengan Taehyung yang memperlihatkan deretan giginya. Gestur khas Kim Taehyung yang selalu membuat banyak siswi di sekolah berulang kali memuja sosoknya. [Name] membenarkan perkataan temannya dalam hati tentang Taehyung yang mampu membuat orang lain merasa nyaman tanpa bersikap canggung.
“A-ah ... itu ... aku memanjat dinding belakang sekolah karena kesiangan, tapi saat meloncat turun Yoongi-sunbae sudah menungguku di bawah,” jawab [Name] masih sedikit malu. Memanjat dinding sekolah yang tinggi bukanlah hal yang patut dilakukan oleh seorang gadis. Wajar saja, jika setelah ini Taehyung akan mengganggapnya aneh dan memalukan.
Berlawanan dengan dugaannya, [Name] terkejut saat Taehyung menampakkan ekspresi kagum. “Kau memanjat dinding sekolah? Keren!! Tapi Yoongi-hyung sudah tahu banyak anak yang terlambat datang memanjat dinding di belakang sekolah. Lain kali akan kutunjukkan jalan yang Yoongi-hyung tidak tahu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Wings
FanfictionTerbang bersama ketujuh laki-laki yang akan bikin kamu berulang kali jatuh cinta dengannya. Cerita singkat tentang kamu bersama dengan salah satu member BTS