Min Yoon Gi

362 40 8
                                    

Yoongi merebahkan tubuhnya di atas kasur. Helaan nafas lega setengah mengantuk keluar dari celah bibirnya, walaupun begitu matanya masih terfokus pada punggung yang selalu ia lihat selama satu tahun terakhir. Ia mendengus kecil saat gadis itu masih bersikeras untuk membereskan kamar tidurnya walaupun jarum pendek sudah menunjuk angka dua.

"Kalau kau tetap melakukannya, aku akan terlihat seperti majikan dan kau pembantunya, tahu," gumam Yoongi tanpa mengalihkan tatapannya dari [Name].

"Atau aku akan terlihat seperti kekasih yang baik dan kau laki-laki pemalas yang tidak menghargai kekasihnya," balas [Name]. Gadis itu mendelik tajam ke arah Yoongi karena sudah mengejeknya.

Yoongi menghela nafas lagi lalu menepuk ruang kosong di sebelahnya. "Ini hari ulang tahunku dan aku menginginkanmu di sampingku. Kau bisa melanjutkannya nanti. Aku butuh tidur sekarang."

[Name] membalikkan tubuhnya, menuruti keinginan Yoongi untuk merebahkan diri di sampingnya. Yoongi menggumam puas saat bantal hidup miliknya sudah berada di tempat yang ia inginkan. [Name] sudah berada dalam pelukannya.
Ia menarik tangan [Name] untuk lebih mendekat ke arahnya, hingga tidak ada ruang kosong di antara mereka. Yoongi sama sekali tidak merasa keberatan saat [Name] menjadikan lengannya sebagai bantal, sebaliknya ia malah merasa nyaman karena mampu merasakan setiap helaan nafas hangat [Name] di lehernya. Yoongi melingkari pinggang [Name], menempelkan dahinya pada dahi gadisnya. Matanya masih belum terpejam walaupun kantuk sudah menyerangnya sejak beberapa jam lalu.

"Apa yang kau lihat?" [Name] sedikit mendongak, tidak melepas tautan dahi mereka.

"Malaikat," jawab Yoongi cepat. "Malaikat yang sarkastik, terobsesi dengan rapku dan galak. Malaikat yang hanya milikku."

"Berhenti merayuku, Min Yoongi," [Name] mengangkat tangannya, menyusuri kantung mata Yoongi dengan ibu jarinya. "Bukankah kau sudah mengantuk dan butuh tidur?"

"Bukan hanya aku yang membutuhkannya, kau juga. Kau pikir aku tidak tahu kau sengaja tidak tidur karena menungguku, lalu mempersiapkan perayaan ulang tahunku bersama dengan Jin-hyung?" Yoongi menyapu kantung di bawah mata [Name] dengan ibu jarinya, berharap kantung hitam itu akan hilang seiring dengan usapannya yang makin melembut.

"Aku tidak mendengarmu protes selama perayaan tadi. Kau malah terus memamerkan senyummu itu," mata [Name] terpejam saat Yoongi menempelkan bibirnya di sana.

"Memang tidak," gumam Yoongi di kelopak mata [Name]. "Tapi bukan berarti aku sepenuhnya senang saat kau mengorbankan waktu istirahatmu untuk sesuatu yang tidak terlalu penting."

[Name] mendengus kecil, melemparkan tatapan menuduh pada kekasihnya. "Kau tidak mendengarku protes saat kau bergadang karena harus menyelesaikan lagu atau saat kau terlalu keras kepala karena merasa ide yang ada di kepalamu akan hilang begitu saja kalau kau memejamkan mata."

Yoongi terkekeh kecil dengan sikap kekasihnya. "Keduanya berbeda. Aku memang harus bergadang karena memang pekerjaanku yang menuntut."

"Merayakan ulang tahunmu juga pekerjaanku sebagai kekasihmu, Min Yoongi," [Name] tetap bersikeras, tidak ingin mengalah pada kekasihnya yang keras kepala.

"Dan juga menjadi tugasku untuk mengkhawatirkanmu, Jagi," jari telunjuk Yoongi berada di dagu [Name], mengangkat wajah gadisnya hingga pangkal hidungnya bersentuhan dengan bibir Yoongi. "Kau tahu aku tidak bisa berhenti mengkhawatirkanmu. Dan aku akan merasa sangat bersalah kalau kau tumbang karena diriku."

"Merayuku tidak akan membuatmu memenangkan argumen ini, Yoongi," cibir [Name], tapi tidak menjauhkan wajahnya dari sentuhan Yoongi.

"Mungkin tidak, mungkin juga iya," kali ini Yoongi menyapu wajah [Name] dengan bibirnya. "Tapi setidaknya aku bisa melihat sudut bibirmu sedikit tertarik."

"Kalau kau tidak menghentikannya, aku lebih memilih tidur di kamar Hoseok," ancam [Name], berusaha untuk terlihat serius walaupun ia tidak bisa menahan senyuman terlihat di wajahnya.

Yoongi menggeleng samar, mengeratkan pelukannya pada pinggang [Name] seraya menggerakkan telapak tangannya di punggung [Name] dengan gestur menenangkan. "Kau tidak akan melakukannya."

Sebelah alis [Name] terangkat. "Oh ya? Apa yang membuatmu berpikir aku tidak akan melakukannya?"

"Karena hanya pelukanku yang membantumu tidur dengan nyenyak, bukan pelukan Hoseok atau member lain," seringai penuh percaya diri tercetak jelas di wajah setengah mengantuk Yoongi.

"Kau benar," [Name] kembali menyamankan diri di pelukan Yoongi, menggesekkan hidungnya dengan pipi kekasihnya.

Yoongi menghela nafas lalu menghirup aroma tubuh [Name] dalam-dalam kemudian menyentuh pipi [Name] dengan bibirnya. Wajahnya begitu dekat dengan wajah [Name] hingga ia bisa merasakan hangatnya nafas [Name] di wajahnya. Senyum kecil terulas di bibir Yoongi saat memikirkan wajah [Name] yang akan pertama kali ia lihat saat bangun nanti. Namun senyum kecilnya terganti dengan dahi yang mengernyit kala mengingat sesuatu.

"Kau lupa sesuatu [Name]," [Name] hanya menggumam kecil sebagai balasan. "Kau rela tidak tidur untuk menyiapkan perayaan ulang tahunku, tapi tidak mengucapkan selamat ulang tahun padaku?"

[Name] terkekeh kecil. Matanya bertatapan dengan sorot mengantuk yang amat kentara. Tangannya kembali terangkat untuk mengusap pipi, lalu beralih mengusap belakang kepala kekasihnya. [Name] mencium dagu dan pipi Yoongi cepat.

"Selamat ulang tahun Min Yoongi genius jjang jjang man bbung bbung. Tetaplah menulis lagu untuk dirimu, tetaplah menyayangi ARMY, tetap menjadi Min Yoongi yang kami kenal, hm? Jangan lupakan orang-orang yang sudah membuatmu sampai sejauh ini. Aku sangat mencintaimu."

Yoongi merubah posisinya, menenggelamkan wajahnya di lekukan leher [Name] dan meninggalkan ciuman di sana. Ia tidak bisa menahan senyum saat mendengar ucapan [Name] beberapa waktu lalu. Kalimat itulah yang ia tunggu-tunggu.

"Aku juga mencintaimu."

Tidak ada lagi yang bicara. Keduanya memejamkan mata dan tidur dalam pelukan masing-masing.

Lima belas menit kemudian, pemilik kamar yang satunya datang. Seokjin membuka pintu kamar dengan perlahan dan sangat hati-hati, tidak ingin membangunkan pasangan yang sudah tenggelam dalam tidur mereka.

"Aww... manis sekali," gumam Seokjin perlahan. Ia meraih ponselnya yang ada di saku celana lalu membuka aplikasi kamera, siap untuk mengabadikan momen yang sangat sering ia lihat.

Seokjin menatap ponselnya dengan puas. Yoongi yang tertidur di sebelah [Name], wajah mereka sejajar dan berdekatan, lengan Yoongi memeluk [Name] protektif dan [Name] menggantungkan lengannya di leher Yoongi dengan posesif, kaki keduanya bertaut berusaha untuk tetap berada di dekat satu sama lain. dan Seokjin berhasil mendapatkan fotonya.

"Aku akan memaksanya untuk membayar foto ini dengan sepuluh porsi daging besok."

Saengil Chukkhae Min Yoongi..

Apa nih harapan kalian untuk Min Yoongi di umurnya yang sekarang?

Seven WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang