Jeon Jung Kook

236 28 0
                                    

Jungkook berbaring nyaman di atas sofa dengan kepala di pangkuan kekasihnya. Sesekali ia mendengar [Name] tertawa kecil saat televisi menampilkan sesuatu yang menurut gadisnya lucu. Betapa ia menikmati saat-saat tidak ada orang lain selain [Name] di sampingnya. Rasa penat setelah tampil di hadapan penggemar beda negara selalu membuatnya merindukan [Name] lebih daripada biasanya. Tidak ada perlawanan yang berarti darinya, Jungkook hanya memejamkan mata saat [Name] mengusap kepalanya penuh sayang.

"[Name]?" Jungkook hanya mendapat gumaman pelan. "Mau berkencan denganku?"

Ia tahu [Name] tengah menatapnya sekarang, namun Jungkook masih tetap mengubur wajahnya dalam-dalam di perut [Name]. Menyembunyikan wajahnya yang memerah saat melontarkan pertanyaan barusan.

"Eh? Kau bercanda?" [Name] memaksa Jungkook untuk beradu tatap dengannya. "Kenapa tiba-tiba sekali?"

Jungkook mengangkat bahunya, mencoba terlihat acuh tak acuh. "Aku baru menyadari semenjak kami debut, kita tidak pernah memiliki waktu berdua. Salah satu Hyung pasti akan merusak suasana dan berakhir dengan canggung. Aku hanya ingin agar kau merasakan kencan yang sebenarnya."

[Name] tersenyum manis mendengar jawaban Jungkook. Gadis itu menggangguk penuh antusias. "Baiklah. Kalau begitu kita kencan sekarang."

Mendengar jawaban [Name], Jungkook ikut tersenyum lebar, memperlihatkan gigi kelincinya yang menggemaskan. Jungkook beranjak lalu mengambil masker dan beanie dengan terburu-buru. Ia tidak ingin membuang waktu lebih lama untuk menikmati kencan mereka. Setelah memastikan [Name] memakai maskernya dan yakin bahwa kemungkinan besar mereka tidak akan ketahuan, Jungkook menggandeng tangan [Name] keluar dorm.

Sore itu tidak begitu dingin, cenderung cerah berawan. Jungkook bersyukur dalam hati ia tidak mengganti sweater hitam dan celana hitam pendeknya. Sudut matanya menangkap sosok [Name] yang sedikit lebih pendek darinya, berusaha mengenali ekspresi seperti apa yang diperlihatkan oleh kekasihnya sekarang. Memang tidak terlalu terlihat, namun Jungkook yakin [Name] tengah menahan senyum lebarnya sekarang.

"Kita akan ke mana Kook-ah?" tanya [Name]. Ia mengayunkan genggaman tangan mereka, tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia atas ide Jungkook.

"Aku masih tidak tahu," balas Jungkook. "Aku hanya berpikir, selama bersama denganmu tidak masalah aku berada di mana."

Untuk beberapa saat, semuanya terasa begitu sempurna dalam dunia Jungkook dan [Name]. Jungkook menuntun [Name] untuk membeli minum, ia tidak ingin gadisnya merasa haus selama mereka masih menentukan tujuan kencan. Percakapan ringan yang tidak berakhir juga berbagi tawa mengisi sore mereka. Satu hal yang Jungkook sadari, ia tidak pernah tersenyum sebanyak ini dalam waktu kurang dari satu jam.

Namun, tidak semua rencana berakhir dengan baik. Kenyataan bahwa Jungkook sudah menjadi bintang terkenal memaksa banyak orang untuk melihat ke arahnya. Beberapa tidak sanggup menahan keinginan untuk menghampiri Jungkook hingga yang lainnya mengikuti. Pada akhirnya, Jungkook mendapati dirinya tengah berada di tengah kerumunan kecil ARMY.

Bukan keselamatannya yang menjadi beban Jungkook, tapi kenyamanan [Name] yang menjadi prioritas utamanya. Ia menoleh pada [Name] dan melihat gadis itu mengangguk pelan ke arahnya, memberitahunya bahwa membagi Jungkook dengan ARMY untuk beberapa saat tidak akan merusak seluruh kencan mereka.

"Tidak apa-apa Kook-ah. Aku akan menunggumu," itulah yang [Name] ucapkan sebelum melepaskan genggaman Jungkook dan mengeluarkan diri dari kerumunan. Ia memilih menunggu di depan butik sembari menyesap minumannya.

Jungkook berusaha secepat mungkin memberikan tanda tangannya. Ia menolak dengan sopan ajakan untuk berfoto lalu berkata dengan senyum bahwa ia tengah kencan dengan kekasihnya dan ia akan sangat menghargai kalau waktu mereka tidak terganggu. Beruntung mereka mau mendengarkan Jungkook dan akhirnya memberi jalan.

"Maaf membuatmu menunggu dan merusak suasana hatimu," hal itu yang pertama kali Jungkook katakan saat ia kembali berada di sisi [Name].

Gadis itu menggeleng lemah. "Sama sekali tidak merusak suasana hatiku, malah kau membuatku semakin jatuh cinta padamu."

Sebelah alis Jungkook terangkat naik. Tangannya kembali meraih jemari [Name], menuntunnya kembali berjalan menikmati sisa senja. "Benarkah?"

"Hubunganmu dengan mereka tidak pernah membuatku berhenti merasa kagum," gumam [Name]. "Bagaimana kau selalu menjadikan mereka sebagai prioritasmu dan bagaimana mereka selalu mendukungmu. Hubungan yang akan sulit dipisahkan. Aku iri."

"Kenapa harus iri?" Jungkook masih baru dalam hal memahami isi hati seorang gadis. Wajar jika ia tidak terlalu paham dengan pikiran [Name].

"Karena aku tidak akan pernah bisa menyaingi hubungan yang seperti itu," [Name] mendongak, membiarkan retinanya menangkap langit yang masih terlihat cerah bercampur jingga.

"Tidak perlu menyaingi hubunganku dengan ARMY," genggaman Jungkook pada tangan [Name] mengerat seakan mencoba menenangkan [Name] tanpa suara. "Karena hubungan yang kita miliki sangat berharga untukku, walaupun dalam tingkat yang berbeda."

Keduanya bungkam. Jungkook memalingkan wajahnya yang memerah, masih tidak percaya kalau ia mengatakan semua itu tanpa berpikir panjang. Semburat merah di wajahnya langsung menghilang begitu menyadari [Name] tengah menyembunyikan wajahnya dengan rambut, berusaha menutupi fakta bahwa kalimat yang Jungkook ucapkan mampu membuatnya begitu bahagia.

"Imutnya ...!" papar Jungkook. "[Name]-ah, kau tidak boleh terlihat seimut ini. Astaga ... kau harus dihukum karena sudah memperlihatkan wajahmu yang sangat imut. Bagaimana kalau laki-laki lain jatuh cinta padamu? Haruskah aku melawan mereka untuk memenangkan hatimu?"

[Name] menyikut perut Jungkook. Wajahnya terlihat sangat merah hingga Jungkook ingin mencubit pipinya sekaligus terbahak. "Siapa yang mengajarimu untuk merayu gadis seperti itu?"

Jungkook nyengir. "Aku belajar dari yang terbaik."

Hari sudah mulai semakin gelap. Jungkook menyarankan agar mereka beristirahat sebentar di bangku panjang. Sementara [Name] duduk, Jungkook menempatkan dirinya di hadapan [Name]. Ia meraih kedua tangan [Name] dan menempatkan telapak hangat itu di pipinya. Hilang sudah kerlingan jahil. Jungkook terlihat begitu serius saat ini.

"Dengarkan aku baik-baik [Name]-ah karena aku tidak akan mengulangnya lagi," Jungkook menarik nafas dalam. "Kau tidak tahu betapa berterima kasihnya aku karena kau ingin bertahan di sisiku. Sungguh, tidak banyak gadis yang mampu bertahan dengan sifatku, pekerjaanku dan kebiasaanku. Tidak hanya itu, seringkali aku meninggalkanmu karena sibuknya jadwal yang harus kujalani. Aku tidak bisa menjanjikan sesuatu yang tidak mampu kupenuhi. Aku tidak akan berjanji agar kencan seperti ini terjadi lagi, tapi akan kuusahakan. Aku tidak bisa berjanji kalau hubungan kita bebas rintangan.

"Tapi ini yang mampu kutawarkan padamu. Aku berjanji tidak peduli ke mana aku pergi dan berapa lama waktu yang dibutuhkan, aku akan selalu kembali padamu. Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi dariku. Aku tidak akan pernah menyerah dengan hubungan ini. Karena itu, aku ingin kau tetap bersamaku, menunggu kepulanganku, maukah?"

Genggaman Jungkook mengerat saat menyadari mata [Name] berkaca-kaca. Hampir saja ia meminta maaf, kalau bukan karena [Name] membuka mulutnya.

"Tidak adil, Kook-ah. Berapa kali kau ingin membuatku menangis dan tersenyum dalam waktu yang bersamaan?" bisik [Name]. Ia tidak mempercayai suaranya sekarang. Takut jika ia berkata lebih keras, malah air mata yang keluar.

"Jadi, kau mau?" tanya Jungkook memastikan.

[Name] mendengus kecil. "Tentu saja. Atau kau ingin aku menunggu orang lain saja?"

"Tidak. Jangan. Tidak boleh."

"Kalau begitu, aku tidak punya pilihan selain menunggu dan tetap bersamamu, kan Kook-ah?" senyum [Name].

Jungkook mengikuti senyum lebar [Name]. "Tentu saja [Name]-ah. Aku tidak akan pernah melepaskamu. Pegang janjiku."

Happy belated birthday Jeon Jungkook.....!!

Seven WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang