Kim Nam Joon

351 38 4
                                    

Sudah tengah malam lewat, tapi Namjoon masih betah duduk di hadapan komputer dengan kertas catatan yang berisi lirik berserakan di sekitarnya. Matanya hampir terpejam karena mengantuk, mengingat ia tidak seperti hyungnya yang sanggup tidak tidur semalaman dan malah menghabiskan waktu kosongnya di siang hari untuk tidur. Tidak. Namjoon tidak bisa seperti Yoongi.

Namun, ia tidak bisa memejamkan matanya sekarang. Masih ada satu lagu yang harus ia buat untuk mixtapenya dan lagu untuk bandnya. Tekanan sebagai seorang Leader dan idola pun membebani bahunya. Mana mungkin ia mengabaikan tugasnya saat member lain berusaha keras untuk comeback mereka? Namjoon tidak ingin dirinya di cap sebagai Leader terburuk sepanjang sejarah boyband di Korea.

“Namjoon-ah?”

Namjoon menoleh saat ada yang memanggil namanya lalu tersenyum kecil begitu menyadari ada sosok gadis mungil yang berdiri di depan pintu studionya. Namjoon terkekeh pelan saat [Name] mengucek matanya lucu.

“Kemari,” Namjoon mengulurkan tangannya, mengisyaratkan pada [Name] untuk mendekat ke arahnya. “Kenapa belum tidur?”

“Bukannya belum tidur,” [Name] menutup mulutnya saat menguap. “Aku terbangun karena haus, tapi setelah itu aku menyadari kau tidak ada di sampingku. Jadilah aku mencarimu dan menemukanmu di sini.”

[Name] memeluk leher Namjoon dari belakang. Matanya terfokus pada komputer dan catatan kecil yang ada di sekitar Namjoon. Gadis itu menghela nafas seraya menyandarkan kepalanya di kepala Namjoon.

“Masih belum bisa menyelesaikan lagumu?” tanya [Name] lembut.

Namjoon tidak menjawab. Ia menyamankan diri dalam pelukan kekasihnya yang mengundang kantuk. Kalau [Name] terus memeluknya seperti ini, ia bisa saja tenggelam dalam mimpinya hanya dengan beberapa menit saja.

“Tidak perlu merasa tertekan, Namjoon-ah,” bisik [Name] seakan mengetahui apa yang Namjoon pikirkan saat gadis itu belum berada di sampingnya. “Kau adalah kau. Jangan membuat dirimu sendiri tersiksa dengan ekspektasi orang lain yang tidak mengenal dirimu dengan baik. Kau hanya perlu menulis dan membuat lagunya seperti biasa. Jangan pikirkan orang yang hanya mencari kesalahanmu.”

“Bagaimana caranya?” gumam Namjoon. Ia menarik tangan [Name] lembut, lebih memilih [Name] berada dalam pelukannya daripada ia yang dipeluk. “Bagaimana caranya kau bisa mengetahui apa yang kupikirkan hanya dengan melihatku?”

[Name] terkekeh pelan. “Itulah yang kudapatkan setelah berada di sampingmu selama bertahun-tahun Namjoon-ah.”

“Ah... rsaanya nyaman sekali bisa memelukmu seperti ini, [Name]-ah,” bisik Namjoon. Ia merebahkan kepalanya di atas kepala [Name], mengeratkan pelukannya hingga tidak ada jarak untuk angin berhembus di antara mereka.

“Kau tahu, beberapa hari ini aku merasa seperti komposer paling buruk yang pernah ada. Tidak bisa menulis lirik dengan baik, atau merangkai nada dengan benar. Semua tidak berjalan seperti yang aku inginkan dan aku selalu merasa khawatir terhadap sesuatu,” Namjoon memainkan ujung rambut [Name]. “Aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya, tapi aku benar-benar berterima kasih padamu.”

Dahi [Name] mengernyit tidak suka mendengar penuturan Namjoon. “Kau adalah komposer yang sangat baik, kau harus tahu itu.”

“Tidak lebih baik dari Yoongi-hyung.”

[Name] menangkup wajah Namjoon, memaksa Leader Bangtan itu untuk beradu tatap dengannya. “Berapa kali harus kubilang, Namjoon-ah? Kau adalah dirimu. Jangan pernah bandingkan dirimu dengan orang lain, apalagi dengan Yoongi-oppa. Mungkin Yoongi-oppa adalah produser terkenal dan mixtapenya juga terkenal plus di sukai banyak orang, tapi Yoongi-oppa menulis lagu sedih.

“Sedangkan dirimu, Namjoon-ah. Kau melengkapi Yoongi-oppa. Kau membuat lagu yang disukai oleh ARMY. Tahukah kau banyak yang memberikan predikat leader terbaik padamu? Jadi, berhenti membandingkan dirimu dengan orang lain. Aku mencintai Kim Namjoon bukan orang yang hanya bisa melihat kelebihan orang lain tanpa melihat dirinya sendiri. Lagipula kalau Yoongi-oppa mengetahui pikiranmu, ia akan menguncimu di kamar mandi seharian agar bisa berpikir dengan baik.”

Namjoon tersenyum kecil. Ia langsung memeluk [Name], mengubur wajahnya di lekukan leher gadisnya. Inilah yang ia butuhkan setelah berhari-hari terjebak dengan ketidak percayaan diri. Kalimat seperti itulah yang memaksanya bangkit dari keterpurukannya. Gadis inilah yang ia butuhkan.

“Aku mencintaimu, [Name]-ah. Sangat mencintaimu,” bibir Namjoon menyapu setiap jengkal leher [Name] yang mampu ia gapai. “Apa yang akan terjadi padaku kalau tidak ada dirimu.”

“Mengasingkan diri di pulau tak bernama,” kekeh [Name]. “Tenang saja. Aku akan selalu berada di sampingmu.”

“Sepertinya aku harus melakukan sesuatu untukmu sebagai tanda terima kasihku. Ada sesuatu yang kau inginkan?” tanya Namjoon mengangkat kepalanya dari leher [Name].

“Sejujurnya, aku tidak menginginkan apapun selain dirimu saat ini,” ucap [Name] dengan mata setengah mengantuk. “Tapi kalau kau memaksa ada satu hal yang bisa kau lakukan untukku.”

“Apa itu?”

“Aku terbangun dan tidak kembali ke tempat tidur karena ingin mencarimu lalu menenangkanmu. Dan aku sangat, maksudku sangat mengantuk sekarang. Jadi, bolehkah aku tidur di pelukanmu seperti ini? Aku janji tidak akan mengacaukan konsentrasimu.”

“Tentu saja. Apapun untukmu.”

Namjoon memperbaiki posisi mereka, mencari posisi agar [Name] merasa nyaman berada di pangkuannya. Beberapa saat kemudian ia disibukkan dengan rambut [Name], memainkan rambut gadis itu hingga membuatnya tertidur. Setelah merasa yakin gadisnya sudah tenggelam dalam mimpinya, Namjoon mencium pelipis [Name]. Bibirnya tidak hanya berhenti sampai di pelipis, tapi juga menyentuh dahi, kelopak mata, pipi dan pangkal hidung gadisnya.

“Tidak akan ada lagu manapun yang mampu menggambarkan perasaanku padamu.”

Ada yang udah nonton Not Today? Astaga.. Mereka keren banget ih... Ngidam apa coba ibunya sampai anaknya pada keren begini...

Bangtan Sonyeondan Jjang!!

Seven WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang