Prolog

12.2K 444 3
                                    

Tidak ada yang berkata apa-apa sampai Ruth semakin terlihat seksi dengan croptop hitam beserta celana jins pendek yang membalut tubuhnya. Kaki jenjang yang dibalut sepatu boots berhak tinggi, membuat wanita itu terlihat nakal dari penampilannya. Rambut kecokelatan dibiarkannya tak tertata rapi beserta lipstik merah menggoda terlukis di bibir tebal wanita itu. Siapapun yang melihatnya, Ruth yakin tidak akan ada seorang pria yang dapat melepaskan mata dari tampilannya.

"Kuharap kau sudah selesai dengan segala dandananmu, Ruth." Lynette menggerutu kesal.

Wanita berperawakan tinggi dengan mata sipit serta rambut coklat---hasil diwarnai---tersebut, terlihat kesal menunggu Ruth yang sedari tadi tak melepaskan pandangannya dari kaca besar di hadapan wanita itu.

Ruth hanya menatap Lynette sekilas. Ia terkekeh sambil membawa clutch hitam dan melangkah keluar dari apartemennya meninggalkan Lynette yang berteriak sebal kepadanya.

Ruth tidak peduli. Ia tetap melangkahkan kakinya menuruni anak tangga hingga sampai ke lobi apartemennya.

Ketika kakinya menapak pada jalanan malam yang di penuhi wanita-wanita seksi tanpa pakaian yang pantas, Ruth sudah tau bahwa pekerjaannya sudah dimulai. Ia berjalan-jalan di pinggiran kota Nevada sambil melirik ke arah mana pun. Jalanan dipenuhi oleh bar dan tempat-tempat kasino.

Pekerjaannya cukup mudah. Membuat pria tertarik kepadanya, menghabiskan waktu diranjang selama beberapa jam. Lalu ia akan mendapatkan uang. Begitu pun seterusnya.

Penampilan Ruth, memudahkannya untuk menarik pria manapun. Tidak perlu jauh ia berjalan-jalan, seseorang sudah menggodanya. Dengan senang hati Ruth melayaninya, berciuman di sebuah gang gelap. Dan berakhir pada motel murahan yang tidak Ruth perdulilan.

Pretty Woman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang