Mobil yang dikendarai Andrew berhenti di sebuah gedung opera terkenal yang ada di Paris. Dari luar, gedung ini terlihat seperti bagunan abad pertengahan yang sangat indah dengan arsitektur seni yang menakjubkan. Interitor kaya dan juga mencolok cukup menggambarkan pada masa cita rasa kekaisaran kedua Prancis.
Ketika Ruth memasukinya, ia semakin dibuat terkesan dengan lukisan dinding di tengah-tengah langit gedung. Hasilnya sangat luar biasa karena tetap sinkron dengan karakter formal dan klasik yang begitu menyatu. Dindingnya di cat sewarna dengan kayu sehingga terlihat menyerupai kayu indah yang sebenarnya terbuat dari marmer. Warna emasnya terlihat harmonis dipadankan dengan warna merah beludru dan hijau marmer serta kain pelapis dan tirai yang berwarna biru langit.
Bagian utama memiliki pemandangan yang mengesankan. Bagunan klasik dengan ornamen berkelas dengan kubah mahkota yang dilukis dengan wajah dewi-dewi cantik. Terdapat balkon setengah melingkar dengan jumlah tiga lantai yang tampak indah karena efek permainan cermin.
Menurut sesuatu yang diketehui Ruth, gedung opera ini dipakai sesekali saja pada masa pemerintahan Raja Louis XVI. Tapi sekarang tempat ini digunakan untuk sebuah pertunjukan teater, opera sabun, dan penampilan balet.
"Aku tidak pernah membayangkan akan berada di tempat ini." Ruth melihat ke arah Andrew yang berdiri di sampingnya."...dan kau mewujudkannya, bahkan hal yang tidak pernah akan aku lakuakan."
"Aku senang melakukannya."
Amdrew membawanya ke lantai teratas. Mereka duduk di antara penikmat lainnya yang duduk di sebuah kursi dengan sandaran tinggi yang terukir rapi. Andrew memberikan sebuah kaca mata kecil seperti teropong dengan satu tangkai di sebelah kanan kepadanya. Ruth mencoba untuk mengenakannya, tapi sialnya, benda itu tidak pernah diam di tangannya, sehingga menimbulkan gelak tawa dari Andrew yang duduk di sampingnya. "Ini sama sekali tidak lucu, Andrew."
Andrew masih tertawa. "Kau harus memegangnya dengan benar, Ruth," pria itu mengajarkan bagaimana cara untuk mengendalikan benda itu.
"Kurasa aku bisa melihat opera tanpa benda sialan itu!"
"Kita berada jauh dari panggung, Ruth. Aku tidak yakin kau dapat melihat dengan benar."
Ruth mendengus. "Mataku masih bekerja dengan baik, jika itu yang kau khawatirkan."
Ruth memposisikan duduknya dengan benar ketika lampu mulai meredup dan menyorot ke arah panggung. Ruth dan Andrew menonton opera La Traviata yang berarti, wanita dengan jalan hidup yang salah. Opera ini mengisahkan tentang seorang pelacur bernama Violetta yang bergaya hidup mewah merasakan jatuh cinta pada pria b bernama Alfredo. Mereka saling mencintai, tapi terhalang dengan status sosial yang berbeda. Melihat ini, Ruth teringat dengan dirinya dan Andrew. Tapi ia tidak yakin apa ia mencintai pria itu atau tidak. Terlalu dini untuk menyimpulkan semua itu untuk sekarang.
Akhirnya, Ruth memfokuskan dirinya untuk menonton drama. Ia tertawa ketika adegan lucu terjadi, dan ikut bernyanyi ketika pemeran utama bernyanyi sambil berayun di sebuah ayunan tua yang terbuat dari kayu dan akar pohon. Dan merasa sedih saat melihat adegan yang membuat hatinya teriris. Dalam hati Ruth berpikir, apa itu akan terjadi kepadanya?
Ruth lagi-lagi tidak dapat menguasai tawanya. Ia tertawa paling nyaring di antara wanita lainnya, tapi apa pedulinya. Ruth tahu bahwa dirinya berbeda dengan wanita berpakaian mewah di sekitarnya. Walaupun ia mengenakan pakaian yang sama mahal-nya dengan orang-orang itu, tapi pakaian tidak akan pernah bisa menutupi profesi memalukannya. Tapi tetap saja, Ruth mencintai pekerjaannya. Percuma jika ia menyesalinya, semuanya tidak akan pernah kembali sama seperti dulu. Jadi Ruth tidak perlu repot-repot untuk menghabiskan waktunya menyesali apa yang sudah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Woman (Selesai)
Storie d'amoreKarya ini di privat acak, silahkan follow sebelum membaca ___________________________________ Ruth Smith, harus menjalani kehidupan barunya yang menyakitkan. Berkerja di jalanan bukanlah cita-citanya. Apalagi ia harus bekerja sebagai pelacur, ironis...