Halaman 3

6.3K 329 4
                                    

Unedited

Mencari tahu siapa wanita seksi yang baru saja ia tiduri ternyata sangatlah mudah.

Hampir semua orang yang menghabiskan waktunya di ruang dosa, mengenal siapa itu Ruth. Ia tidak akan bersusah payah hanya untuk menguak kehidupan Ruth yang tidak terlalu diprihatinkan. Mungkin beberapa dari mereka mengatakan kebenaran, tapi beberapa langi menambahkannya dengan bumbu untuk membuat cerita terasa menyenangkan.

Andrew Rusell tahu bagaimana kehidupan Ruth dan menggunakannya demi keuntungannya. Memberikan lembaran dolar kepada Ruth tidaklah sulit, wanita itu pasti akan menerimanya dan melakukan apapun untuk mendapatkannya.

Hari sudah semakin malam ketika ia menjalankan mobilnya menyusuri Nevada. Dan jalanan semakin sunyi keculai kasino dan bar yang sedang asik dengan musiknya.

Dari jarak dekat, ia dapat mengenali Ruth yang berdiri di ujung jalan. Wanita itu terlihat bermain dengan ponselnya. Ketika ia berhenti di hadapan Ruth, wanita itu mulai berjalan mendekati mobilnya. Dari dalam, ia dapat melihat bagaimana Ruth berjalan. Bagaimana kaki itu melangkah mendekatinya dengan rambut seksi berwarna cokelat.

Sebelum Ruth semakin dekat dengan mobilnya, ia memutuskan untuk keluar dari sana. Bermaksud memberi kejutan kepada wanita yang sudah lancang meninggalkannya seorang diri dengan pikiran tentang Ruth yang  mendesah di bawahnya, memanggil namanya dengan suara seksi.

***

Ruth terkejut. Mendapati Andrew berdiri di hadapannya tidak lantas membuat ia melompat senang.  Mendapati Andrew berdiri di hadapannya bukan hal terburuk yang pernah ia dapatkan. Sebenarnya, hadirnya Andrew secara tiba-tiba bahkan tidak masuk ke sepuluh hal terburuk di hidupnya. Bagaimanapun, kehadiran ini sangat aneh, dan menyisakan sebuah tanda tanya besar. Apa Andrew akan kembai menggunakannya sebagai rekan tidur, atau... pria itu berniat untuk mengajaknya berkencan. Ia kembali mengingat apa yang pernah mereka lalui. Tidak, Andrew tidak akan pernah mengajaknya berkencan.

Mungkin ini hanyalah sebuah kebetulan. Ya pasti begitu... untuk apa Andrew menemuinya jika bukan karena kebetulan. Tapi tunggu... kebetulan apa yang membuat mereka bertemu hingga selarut ini?

Setiap kali memikirkan hal itu, Ruth bingung. Andrew telah meninggalkan kartu namanya di meja beserta uang bayarannya. Ruth bisa saja menelponnya terlebih dahulu lalu menawarkan pekerjaannya lagi, tapi ia tidak melakukan itu. Sebaliknya, ia menghabiskan harinya hanya untuk berdiam diri di dalam kamar sambil memikirkan garis kehidupannya, dan dirinya berakhir tanpa menemukan jawaban apapun.

Ketika Andrew berdiri di hadapannya, pria itu terlihat lebih tampan dari terkhir ia melihatnya. Andrew telah memangkas rambutnya yang memanjang kemarin malam. Andrew tampak mengintimidasi, pikir Ruth, tapi itu tidak bisa dihindari dengan tingginya yang lebih dari seratus delapan puluh senti dan tubuh kekar seperti dinding. Andrew tidak bisa tak telihat mengintimidasi dengan cara apa pun. Jins hitam, kaos putih berlengan panjang yang membentuk otot-ototnya dengan lengan yang digulung hingga ke pergelangan tangan. Sialan. Kenapa pria itu selalu terlihat seksi dengan pakaian atau tanpa pakaian.

Andrew tersenyum ke arahnya yang hanya dibalas senyum kikuk sambil merapikan rambutnya yang tersibak kala angin kencang menerjangnya secara sengaja.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ruth.

Andrew tersenyum. "Apa kau percaya jika aku mengatakan ingin bertemu denganmu?"

Ruth berpaling menatap Andrew. "Apa. Tapi untuk apa kau menemuiku?"

Andrew membalikkan posisi mereka sehingga membuat dirinya terjebak di antara lengan kokoh Andrew yang mengurungnya. Sebelum Ruth meminta Andrew untuk menjelaskan apa yang ia lakukan, Andrew mengucapkan perkataan selanjutnya. "Aku harus menghadiri pesta pernikahan sahabatku besok, dan aku ingin kau pergi bersamaku."

"Tapi aku tidak melakukan pekerjaan sejenis itu!"

"Bagaimana jika kita tidak membicarakan soal pekerjaan. Anggap saja aku mengajakmu sebagai wanita pada umumnya."

Ruth semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka. "Tapi kenapa aku? Kita baru bertemu semalam dan malam ini."

"Tidak ada alasan," jawab Andrew. "Kau melakukan pekerjaan yang menggairahkan kemarin malam hingga membuatku tak bisa melupakanmu."

Ruth mencoba tersenyum di antara pipinya yang memerah. "Ya, aku tahu. Tidak ada yang pernah melupakan diriku setelahnya."

"Itu tidak terlalu mengherankan. Kau pemain yang hebat, Ruth."

"Aku suka kau memanggil namaku."

Sialnya, Andrew tidak membiarkan pergantian topik pembicaraan mereka. "Kau akan menyukainya jika kau bertemu dengan mereka."

"Aku tidak tau. Aku tidak pernah menghadiri acara seperti itu."

Ruth melipat kedua tangannya di depan dada dan menyadari Andrew yang terus mengamatinya. Mereka sedang melakukan aksi saling menatap dan Andrew tidak terlihat ingin segera mengakhirinya.

"Saat kau sudah melihat payudaraku, teruskanlah pembicaraan kita."

Andrew sama sekali tidak merasa malu. "Payudara yang sangat menawan," katanya. "Aku bisa menghabiskan waktu hanya untuk melahap benda itu."

"Dan kau tau apa yang harus kau lakukan setelahnya," sahut Ruth,  berpaling menatap wajah Andrew. Pria itu memiliki profil yang indah. Rahang yang kokoh, struktur tulang yang hebat. Semua hal yang mengenai diri Andrew memancarkan kekuatan dan membuat Ruth merasa melayang tinggi. Bagaimanapun, ada lebih bayak hal di dalam diri Andrew dari pada yang diungkapkan oleh penampilan luarnya, dan ia merasa bersemangat untuk mencari tahu apa yang berada di balik kedua mata indah itu.

"Bagimana tawaranku?"

"Aku tidak mempunya gaun yang pantas untuk menghadirinya."

"Kita bisa memikirkan itu besok, mereka hanya melakukan resepsi di malam hari."

Ruth berpikir sejenak, tidak ada lagi alasan untuknya menolak. "Baiklah aku akan menunggumu."

***

Perasaan lega menghampirinya ketika Ruth setuju untuk mengajak wanita itu pergi bersamanya. Sebenarnya, ia tahu bahwa Ruth pasti tidak akan menolaknya. Wanita itu terlalu lemah hanya untuk menolak permintaan seorang pria berdompet tebal sepertinya.

"Tapi kau tau, semua itu tidak gratis."

"Aku tau sebelum meminta padamu," jawab Andrew santai.

Ia memajukan wajahnya untuk mmeberian Ruth sebuah ciuman panjang yang amat lembut sebelum ia pergi menggunakan mobilnya, meninggalkan Ruth yang masih diam termangu seperti batu.

Pretty Woman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang