Halaman 8

3.8K 197 1
                                        

UNEDITED

Andrew penasarah dengan satu hal saja; apa yang akan ia dapatkan ketika ia berdiri membuka pintu mahoni untuk dua jam kemudian. Pikiran Ruth terlalu misterius untuk ia dapatkan. Wanita itu terlalu tertutup dan...seksi. Ia suka ketika Ruth menggodanya, telanjang di bawahnya tanpa sehelai benang pun. Wanita itu menjeratnya dengan bibir tebal yang begitu pas untuk dikecap.

Andrew bergerak-gerak gelisah di dalam ruang kerjanya. Rasa penasaran memenuhi jiwanya, membuat pekerjaannya yang masih banyak terbengkalai begitu saja. Ia ingin mencium Ruth sekarang juga, membuat wanita itu kehilangan akal sehatnya sebentar saja.

Ruth tidak seperti wanita lain yang pernah ia kenal. Wanita yang ia bawa ke tempat tidur biasanya ingin berbicara dan kadang-kadang pujian setelah bercinta atau setidaknya mereka ingin dipeluk. Ruth, berada di lain pihak. Wanita itu meninggalkannya dan hilang ketika ia membuka mata. Ia masih ingat apa yang mereka lalui tadi malam dan berakhir dengan wanita itu yang tak berada di sampingnya.

Andrew pergi ke daput dan minum sekaleng soda ketika ia berusaha memikirkan bagaimana cara untuk berhenti memikirkan Ruth barang hanya sedetik saja. Wanita itu terlalu mendominasi. Ruth memengang kendali, itu yang ia ketahui ketika mereka berada di atas ranjang.

Andrew menarik sebuah kursi, duduk dan memikirkan apa yang sudah ia lalui beberapa hari belakangan ini. Ini begitu mengejutkan ketika harinya yang hanya dipenuhi pekerjaan lalu wanita di akhir pekan---tapi tidak di rumahnya. Ia tidak pernah berpikir jika seseorang bisa memasuki batasannya, menghancurkan dinding kokoh yang sudah dibagunnnya. Ini terlalu mengejutkan dan terlalu tiba-tiba.

***

Kamar mandi terasa makin sempit bagi Ruth. Pikiran mengenai melingkarkan lengannya di sekitar tubuh kokoh Andrew tidak memperbaiki ketidaknyamananya. Ia menginginkan pria itu segera.

Ruth menyabuni tubuhnya hanya untuk memberikan dirinya sendiri waktu guna menemukan akal sehatnya yang menghilang entah kemana. Ya, ia menginginkan Andrew. Tidak ada salahnya dengan mengakuinya, dan meraka akan menjadi luar biasa mengesankan, dan juga akan menjadi pelepasan fisik yang menakjubkan yang pernah ia lakukan.

Berbagai fantasi menyerbu Ruth, ketika tangannya menyabuni bagian tubuh sensitifnya. Ia tahu bahwa hormon atau insting binatangnya sudah mengambil alih dirinya.

Ruth memandangi dirinya sendiri lekat-lekat di cermin dan tersenyum ketika melihat bayangannya. Ia menginginkan lebih dari sekedar seks kasual. Ia menginginkan sesuatu yang menantang. Ruth merasa konyol mengakuinya walaupun itu benar. Ia sudah bekerja sedemikian lama dan sedemikian keras sehingga tenggelam dalam karier kotornya, tidak menyisakan ruang untuk yang indah atau tidak praktis.

Ia bukan seekor kelinci, dan ia tidak akan melompat ke tempat tidur dengan Andrew yang berada di atasnya---tidak peduli betapa seksi pria itu---ia akan membuat pria itu yang melompat ke arahnya.

Ketika membuka pintu kamar mandi, kamar tidur Andrew terasa seperti surga baginya. Ruth melihat ke sekeliling ruangan, merasakan alunan musik sensual memaksa masuk ke dalam pikirannya.

Ruth mengenakan gaun tidur yang sungguh sangat manis. Terbuat dari sutra lembut berwarna hitam, dihiasi pita dan dilengkapi dengan pakaian luar senada. Ia tidak menggunakan bbra maupun dalamannya, ia akan tampil seksi ketik ia berbaring dan kerah gaunnya terangkat sedemikian rupa sehingga pria itu bisa melihat paha berisinya yang terlihat sangat indah. Itu adalah sesuatu yang di pelajarinya dari internet bertahun-tahun lalu.

Mungkin gaunnya memang terkesan manis dan indah. Tapi Ruth tau, di balik itu ia adalah seorang wanita nakal yang liar. Bermain peran sebagai wanita lugu, kemudian di gantikan peran nakal ketika pria itu masuk ke dalam perangkapnya. Ruth mengikuti cara itu, cara sederhana yang melibatkan bagian tubuh pria itu. Belum ada yang pernah dicobanya sebelum ini...namun ia juga tidak menolak untuk mencoba yang satu ini.

Wajahnya dibuat begitu artistik hingga hanya pria yang memiliki sudut pandang seperti Andrew yang akan tahu bahwa ia mengenakan riasan. Rambutnya terurai basah, bersinar bagai sinar matahari yang memantul di antara belasan cermin.

Andrew muncul tepat pada dua jam kemudian, yang menurut Ruth menunjukkan tingkat antusias dan rasa penasaran yang melingkupi jiwa, dan juga---tidak diragukan lagi---pada apa yang pasti terjadi setelah ini.

Pria itu masih tidak mengenakan pakaian atasnya, tentu saja.

Ruth menatap Andrew, sadar betul bahwa lilin-lilin ditempatkan di sekeliling ruangan memberikan pantulan cahaya yang memperindah warna kulitnya.

Sebagaimana dirinya, mata pria itu tidak beralih dari wajahnya---dan bagian bawah tubuhnya. Pria itu langsung masuk ke kamar seolah mereka berada di ruang tamu.

Andrew tergelam, membuat Ruth benar-benar terkejut. "Aku merasa seperti masuk ke apartemen seorang wanita penghibur hebat."

Ruth mengigit bibirnya, menahan diri agar ia tidak tersenyum. "Haruskan aku meminta bayarannya sebelumnya, atau aku bisa percaya kehormatanmu bahwa kau akan membayarku setelahnya.

"Oh sebelumnya," ujar Andrew. Pria itu berjalan menghampirinya. Ada sesuatu di dalam mata Andrew yang membuat jantungnya berdebar.

"Bolehkah aku menciummu?" Pertanyaan  Andrew begitu hangat, dan sangat...sangat menyiksanya.






Pretty Woman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang