Halaman 27

2.3K 176 0
                                    

Suara yang dihasilkan dari tuts piano yang dimainkan Andrew, menggema di ruangan kosong tersebut. Permainannya kacau, yang sarat dengan kekecewaan dan amarah. Andrew tidak tahu kenapa ia harus selemah ini. Bukankan biasanya ia yang mempermainkan wanita, mengapa terjadi sebaliknya. Andrew sadar kalau karma itu ada. Tapi mengapa harus sesakit ini? jerit Andrew dalam hatinya.

Bagaimana wanita seperti Ruth memiliki pengaruh yang besar dalam hidupnya? Wanita itu benar-benar menjeratnya dan menghianatinya dalam waktu bersamaan. Andrew merasakan separuh dari jiwanya telah hilang direnggut, bersamaan dengan penghianatan yang didapatkan olehnya. Dadanya terasa sesak, dan sejak kapan Andrew menjadi pria lemah seperti ini!

Baru saja kemarin ia meminta agar Ruth tetap tinggal di sisinya. Tapi hari ini wanita itu pergi meninggalkannya. Rasanya Andrew ingin mencegah wanita itu untuk pergi, tapi perasaannya benar-benar terluka bahkan hanya untuk menatap, Ruth. Jika Ruth hanya menginginkan uang, mengapa harus sedalam ini. Jika wanita itu tidak menginginkannya, mengapa Ruth harus bersikap seakan mencintainya.

Andrew kembali mengingat apa yang mereka lewatkan selama tiga minggu lebih. Bagaimana Ruth tertawa dengan natural, wanita itu tersenyum kepadanya atau bahkan bagaimana cara Ruth menolaknya untuk bercinta, atau memintanya untuk melakukannya sesegera mungkin, menggerang di bawahnya dan bagimana rasa bibir itu di lidahnya. Andrew juga tidak melupakan aroma jeruk manis yang selalu memenuhi indra penciumannya.

Andrew membenturkan kepalanya pada piano. Pria itu benar-benar tidak ingin memikirkan Ruth untuk saat ini. Saat dirinya sadar kalau ia menginginkan Ruth, membutuhkan Ruth, dan merasa nyaman di samping wanita itu.

Andrew akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Matanya menangkap uang yang sebelumnya ia berikan kepada Ruth, ketika melewati ruang tengah. Andrew mendekatinya, mengambilnya, dan ia yakin tidak ada satu lembar pun berkurang dari uang ini.

"Ruth tidak mengambil uangnya?" Andrew berpikir apa yang diinginkan Ruth darinya hingga wanita itu tidak mengambil sepersen pun dari uang ini.

Andrew benar-benar pusing. Ia begitu marah hingga tak dapat mengendalikan emosinya. Uang yang ada digenggamannya, di hamburkan begitu saja hingga membuatnya berterbangan.

***

Sudah seminggu sejak ia meninggalkan Seattle. Hidup Ruth tidak sama seperti sebelumnya, sebelum Andrew masuk ke dalam hidupnya. Hatinya terasa kosong, dan hari-hari yang dijalaninya seakan hambar tanpa ekspresi apapun. Kedatangannya membuat Lynette terkejut dan mengusir seorang pelanggang yang sedang dilayaninya.

Tinggal lama bersama, Lynette membuat wanita itu mengerti keadaannya. Lynette tidak mendorong Ruth untuk segera menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Lynette cukup perhatian kepadanya, hingga Ruth menceeritakan segalanya tanpa ditambah atau pun dikurang, dua hari yang lalu.

Ruth sudah lupa kapan terakhir kali ia menangis karena seorang pria. Mungkin empat atau lima tahun yang lalu. Itu pun terjadi karena ayahnya yang brengsek, dan sekarang ia menangis karena seorang pria yang membayarnya. Ironis bukan?

Lalu, hubungannya dengan Laurent semakin membaik sejak pertemuan terakhir mereka. Sesempat mungkin Ruth akan menghubungi wanita itu dan setidaknya menceritakan sedikit kegiatannya di Vegas.

Bel berbunyi beberapa kali. Hal ini mengingatkannya dengan apa yang dilakukan oleh Richard. Tapi, siapa yang bertamu? Ruth sangat jarang mendapati tamu di sini, lagi pula wanita itu tidak terlalu bergaul dengan banyak orang, kecuali para tetangga apartemennya yang terkadang dengan baik hati sedikit memberikan makanan mereka kepadanya.

Ruth mengintip melalui lubang pengintip. Ia memutar bola matanya ketika tahu siapa yang datang. "Sejak kapan kau membunyikan bel sebelum masuk?!"

Lynette tertawa sambil melepaskan sepatunya dan meletakkan di belakang pintu. "Sejak kau berubah menjadi zombie dan tidak melakukan apapun selain makan, menelepon Laurent, atau tidak kau akan menangis."

"Hidupku tidak semenyedihkan itu, Lynette!"

Lynette menatap Ruth bersimpati. Lynetye tidak pernah melihat sahabatnya seterpuruk ini dalam waktu yang lama. Ruth berubah menjadi wanita berbeda, lebih pendiam dan tidak banyak beraktivitas. "Kau membutuhkan udara segar, sayang."

Ruth menimangnya. Berada di dalam apartemen kecil membuat kepalanya berdenyut sakit. Lagi pula ia hanya banyak diam dan bayangan Andrew kembali merasukinya. "Baiklah. Aku yang akan bekerja malam ini."

Lynette nampak terkejut. "Apa kau yakin?!"

"Bukan kah aku yang menyuruhku untuk mencari udara segara."

"Bukan seperti itu, Ruth! Aku menyuruhmu untuk jalan-jalan atau kau bisa menghabiskan waktumu di bar tanpa harus bekerja. Buat pikiranmu tenang. Apa kau pikir bekerja dalam keadaan seperti ini akan membuatmu lebih baik?!"

"Setidaknya aku melakukan sesuatu."

"Baiklah jika itu yang kau inginkan. "Lynette menghembuskan nafasnya kasar.

***

Ruth membongkar koper yang belum sempat dibukanya. Ia begitu terkejut ketika hanya mendapati pakaian yang dibelinya dari uang, Andrew. Tapi kemana semua pakaiannya? Kemana baju-baju yang biasa dikenakannya untuk bekerja. Sial! Bagaimana ia bisa bekerja jika semua pakaiannya tidak ada.

Ruth terus membongkar isi kopernya. Tapi yang ia dapatkan hanyalah sebuah gaun berwarna merah tanpa lengan, dengan leher berbentuk V, dan belahan tinggi hingga memperlihatkan pahanya. Ruth menimang-nimang, untuk mengenakannya atau tidak. Tapi akhirnya, Ruth mengenakannya, karena hanya baju itu yang setidaknya lebih cocok untuk dikenakannya ketimbang pakaian formal atau gaun-gaun malam. Ia juga tidak mungkin mengenakan jumpsuit pendek, karena ia akan terlihat seperti remaja dan Ruth tidak suka itu.

"Apa kau pikir ini cocok untukku?"

Lynette tertawa terbahak-bahak sebelum berkata, "Kau terlihat seperti wanita kelas atas di bandingkan seorang wanita penghibur, sayang."

"Aku anggap itu pujian."

Pretty Woman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang