Halaman 29

2.5K 176 1
                                    

Sebulan  sudah Ruth kembali ke Las Vegas, dan kehidupannya sudah kembali seperti semula. Walaupun tidak seutuhnya, namun setidaknya ia dapat mengontrol jiwanya untuk tidak menangisi apa yang sudah terjadi kepadanya.

Ruth kembali menjadi pelacur di jalanan. Membawa beberapa pria ke dalam kamar motel dalam satu malam. Dan membayangkan bahwa ia sedang bercinta dengan Andrew di kamar yang biasa mereka tempati.

Memikirkan Andrew membuatnya bertanya-tanya, apa yang terjadi kepada pria itu setelah ia meninggalkan Seattle. Apa Andrew baik-baik saja, dan menjalani hari seperti biasanya. Atau pria itu sudah mendapatkan jalang baru yang lebih baik darinya?

Hatinya berdenyut nyeri ketika membayangkan Andrew bersama wanita lain. Membayangkan wanita itu mendapatkan perlakuan manis dan lembut seperti yang ia dapatkan dari Andrew, benar-benar membuatnya sedih.

Ruth dan Lynette sedang berada di sebuah kasino di pinggir kota. Mereka bertugas untuk menemani seorang pria kaya, untuk bermain judi. Lynette mungkin memang terlihat seperti pelacur jalanan. Berbeda dengan Ruth yang mengenakan pakaian modis yang dibelinya di Seattle.

Rutg tersenyum ketika kliennya memenangkan judi.  Beberapa pelayan menawarkan minuman dan sebagian dari pria menikmati tiga orang wanita yang menari di atas tiang dengan hanya mengenakan bikini transparan. Musik yang dimainkan oleh seorang dj membuat siapa pun ingin menari di lantai dansa.

Ruth berbisik ke pada pria berumur awal empat puluhan yang menjadi pelanggannya. "Aku akan ke toilet sebentar."

Pria itu mengangguk. Ruth mengedipkan mata ke arah Lynette, meminta wanita itu untuk mengikutinya.

Menunggu Lynette datang, Ruth menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Wajahnya tidak banyak berubah dari sebelumnya. Mungkin hanya lingkaran hitam yang terlihat lebih pekat dari pada sebelumnya.

"Ada apa?" Ruth berbalik saat Lynette memasuki toilet sambil membersihkan wajahnya di wastafel.

Ruth memutar bola matanya. "Aku muak di dalam sana. Semuanya penuh kepalsuan."

"Aku lebih baik berada di jalanan dan bercinta di motel murahan dari pada harus diam dan tersenyum kepada penjilat seperti mereka." Lynette berkata sambil mengoleskan lipstik di bibirnya.

"Aku akan keluar dari tempat ini."

"Bagaimana dengan mereka?" tanya Lynette.

"Persetak dengan mereka!"

Lalu Ruth keluar dari dalam toilet sambil berjalan keluar dari kasino. Ia melepaskan sepatu hak tinggi yang membalut kakinya ketika berjalan di atas trotoar. Angin malam yang berhembus, menerpa wajahnya. Membuat rambutnya menari-nari di udara. Matanya menangkap sebuah mobil yang terpakir di depan swalayan. Ruth tersenyum, seditaknya ia akan membawa seorang pria ke dalam motel malam ini.

***

Mungkin ini saatnya, pikir Andrew.

Andrew duduk di hadapan monitor yang menampilkan seluruh sudut pethousenya. Ia begitu pengecut untuk mengetahui kebenarannya. Sehingga Andrew mengulur waktu untuk melakukan apa yang disarankan oleh Laurent.

Mungkin orang-orang di luaran sana akan tertawa dengan sikap pengecutnya. Siapa yang akan menyangka, pria berpengaruh sepertinya akan terlihat sesedih ini. Tangannya beberapa kali berusaha menyentuh tombol on. Namun beberapa kali juga ia urungkan.

Akhirnya setelah mengumpulkan keberanian dan kesiapan diri untuk sesuatu yang akan dilihatnya, layar monitor menampilakn ruang tamunya yang masih kosong. Lalu beberapa menit kemudian Ruth keluar dari kamar  dan berjalan ke arah pintu masuk.

Monitor menunjukkan Richard yang berdiri di depan pintu. Pria itu tersenyum ke arah Ruth yang menatapnya bingung. Mata Andrew mengamati setiap pergerakan yang di buat oleh Richard, hingga setiap perkataan yang dibicarakan mereka.

"Aku mencarimu, menginginkanmu, cantik."

Sialan! Berani-beraninya pria brengsek itu menggoda Ruth-nya.

"Kau sangat tidak sopan, tuan. Pergilah dari sini!"  Andrew melihat Ruth, berusaha mendorong tubuh Richard keluar dari penthousenya.

"Ini bukan tempatmu, Ruth."

"Kau tahu siapa aku bagi Andrew, tuan."

Melihat Richard yang tertawa, membuat Andrew benar-benar muak dengan pria itu. "Kau pikir aku tidak tahu!"

Andrew terus mengamati layar monitor. Setiap pergerakan yang dilakukan Richard atau hanya sepatah kata yang keluar dari mulut pria itu, membuat darahnya mendidih. Tingkat kesabarannya berada di lever teratas.

"Kau pelacurnya, hanya pelacurnya!" 

Tanpa sadar, sloki kecil yang berada di genggaman Andrew pecah karena tekanan yang Andrew berikan pada sloki kaca tersebut. Beberapa bagian tajam yang pecah, melukai telapak tangannya, membuat darah mengalir hingga mengotori lantai.

Richard tertawa. Dan kali ini Andrew bersumpah akan meninju wajah pria itu jika ia melihatnya. "Sayang sekali kau melupakan apa yang pernah kita lalui, Ruth-ku yang manis."

"Kau berasal dari Nevada. Kau pernah mendekatiku, lalu kita berakhir di sebuah ranjang motel murahan. Kau lupa aku pernah membayarmu?"

"Kenapa kau melupakannya, di saat aku selalu mengingatmu, sayang."

"Bibirmu terasa manis, tubuhmu begitu cantik, seksi dan menggoda."

Mungkin Andrew memang kecewa karena Ruth memang pernah bercinta dengan si brengsek Richard.  Namun ia sadar bahwa Richard bukanlah apa-apa untuk wanita itu. Terbukti dengan Ruth yang melupakan Richard secepat kilat. Setidaknya hal itu sudah terjadi lama. Mungkin sebelum bertemu dengannya, Ruth sudah bercinta dengan puluhan pria. Dan mungkin saja, saat ini Ruth sedang bercinta dengan pelanggannya. Tapi memikirkan itu, membuat dadanya nyeri. Andrew jadi berpikir, jika ia tidak meminta Ruth ikut bersamanya, apa wanita itu juga akan melupakannya?

Sialan!

Bagaimana Richard bisa mengelabuhinya hingga membuat dirinya secara tidak langsung mengusir Ruth dari penthousenya. Andrew benar-benar akan membuat perhitungan yang tidak akan di bayangkan oleh Richard. Melihat pria itu menarik rambut Ruth, membuatnya ingin menghabisi pria itu sekarang juga. Richard akan membayar atas air mata yang di keluarkan Ruth karena pria itu.

Andrew mendial seseorang melalui telepon genggamnya. "Siapakan pesawat untuk ke Vegas sekarang juga!"

Andrew tidak akan membiarkan Ruth lepas dari genggamannya. Dan ia akan membawa wanita itu lagi ke dalam pelukannya.

Andrew kembali mendial nomor yang berbeda. Kali ini, ia tidak akan berpikir dua kali untuk menghancurkan Parker. Ia tidak peduli dengan kebaikan ayah Richard kepadanya. Parker harus membayar atas kesalahan yang di buat oleh Richard. "Hancurkan, Parker!"

Pretty Woman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang