Halaman 7

4.1K 226 0
                                        

Andrew membawa Ruth ke dalam pelukannya ketika wanita itu menangis tersedu-sedu saat film berakhir.

Sejak film dimulai, fokus Andrew tertuju pada wanita itu yang menatap lurus ke arah tv plasma. Tidak sedikit pun, Ruth menatapnya atau bahkan berbicara kepadanya. Yang ia tahu, film diakhiri dengan tokoh wanita yang duduk di sebuah kafe di Paris yang tersenyum sambil membaca sebuah surat---yang tidak ia pahami apa isinya.

Dadanya yang telanjang basah. Namun bukan karena keringat atau ia sedang kepanasan. Pendingin ruangan sudah cukup baik untuk membuat mereka merasa nyaman. Air mata Ruth yang tak henti keluar, membuat tubuhnya terasa lengket. Tapi apa pedulinya, bahkan permainan mereka semalam sudah lebih baik membuat mereka terasa kotor.

Andrew mengangkat wajah Ruth yang dibasahi air mata, membuat mata itu menatap matanya, "Apa yang membuatmu menangis? Bukankan tokoh utama tersenyum bahagia?"

Ruth menghapus air matanya kasar, "Kau tidak memperhatikan filmnya?"

Andrew terkejut. Ia menggaruk tekuknya yang tak gatal. Ia tidak tahu harus menjawab apa, karena dirinya memang tidak peduli dengan film sialan yang mereka tayangkan. Andrew lebih menyukai film aksi dari pada film yang harus membuat wanita menghabiskan air matanya.

"Tidak sepenuhnya," jawab Andrew berbohong. Padahal ia tidak menonton apapun kecuali di bagian akhir.

"Astaga, aku tidak habis pikir denganmu."

"Dan aku tidak habis pikir dengan apa yang dipikirkan oleh William!" Ruth mengambil jeda beberapa detik sebelum kembali bersuara. "Dasar pria idiot. Apa yang dipikikannya sampai ia harus mengakhiri hidupnya. Tidak kah ia memikirkan seseorang yang mencintainya. Astaga, dia bisa memilih untuk tetap hidup dari pada harus mengikuti organisasi gila yang membuat orang membunuh dirinya sendiri."

Andrew mengernyitkan keningnya merasa tak suka ketika Ruth menyebutkan nama lain di hadapannya. "Siapa William?"

Ia terkejut ketika Ruth tiba-tiba berdiri dan mentapnya tajam. "Aku yakin kau tidak menonton apapun dari film ini, Rusell. Lalu untuk apa kau mengajakku menonton?!"

"Aku hanya ingin membuatmu senang dan merasa lebih hidup," Andrew menjawab santai.

"Kau pikir aku mati?!"

Ia mengalihkan sepenuhnya tatapannya ke arah Ruth yang masih berdiri di hadapannya. "Tidak. Maksudku...kau selalu sibuk bekerja setiap malam. Dan siang hari aku yakin kau akan menghabiskan harinya dengan tertidur. Aku tau kau pasti lelah, itu sebabnya aku mengajakmu menikmati hidupmu, Smith."

Ruth kembali duduk. "Tapi kau tidak menonton apapun."

"Aku tidak menyukainya."

"Aku lebih suka film aksi dari pada film yang membuatmu menangis atau pun melayang tinggi," sambung Andrew.

"Film aksi?" Ruth berbikir sejenak. "Atomic Blonde."

***

Ruth tidak tau apa yang akan ia lakukan di kediaman Andrew yang sangat besar. Pria itu sudah kembali ke ruang kerjanya dan tenggelam di antara kertas dan pulpen di hadapannya. Ia tidak yakin apa yang ia lakukan di sini, bukankah seharusnya ia bekerja pada pria itu?

Akhirnya Ruth memutuskan untuk membuat makan malam. Sebelum Lynette masuk dalam kehidupannya, ia sudah hidup sendiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri terutama untuk bertahan hidup dari kejamnya dunia.

Ruth berjalan ke dapur ketika langkah sedeorang terdengar dari arah belakang. Ketika berbalik ia mendapati Andrew yang terlihat panas dengan celana bahan hitam tanpa mengenakan atasannya. Bibir yang memerah dengan rambut berantakan, membuat pria itu terlihat dua kali lipat lebih berkharisma dari penampilan biasanya.

Ruth terdiam menatap Andrew. Matanya menelusuri setiap inci bagain tubuh pria itu. Ia berjalan ke arah pria itu, menerkamnya dengan sekali terjangan ketika tangan pria itu mulai melingkupi tubuhnya. Mereka berciuman, jenis ciuman yang tak pernah ia lakukan bersama pria lain. Tangannya mengarahkan kedua tangan Andrew untuk membuka pakaiannya, menyentuh seluruh inci tubuhnya hingga meninggalkan sebuah sengatan yang membuatnya terkejut.

"Apa yang kau lakukan?" Andrew bertanya.

Ia tersadar. Pria itu masih berdiri di tempatnya dan dirinya masih berdiri di balik pantri menikmati tubuh itu tanpa mengenakan atasan.

Sialan, ia menyumpah di dalam batinnya.

Apa yang baru saja ia lakukan? Melamun dengan fantasi yang masuk ke dalam pikirannya secepat angin. Astaga Ruth, itu hanya sebuah tubuh tanpa atasan. Kau bahkan pernah melihatnya lebih dari itu, Dewi batinnya mengejek.

"Aku ingin membuat makan malam. Tapi ku kira kau bisa memesannya, aku butuh mandi sekarang."

Tidak. Aku membuhkanmu berada di dalamku, Ruth menjerit-jerit di dalam hatinya.

Andrew mengangguk. "Baiklah, aku akan memesan beberapa makanan."

"Aku akan mandi," ia mengatakannya lagi.

Kakinya melangkah melewati tubuh Andrew yang begitu seksi. Ketika tanpa sengaja kulitnya bersentuhan dengan pria itu, Ruth menahan erangannya.

Sial, ia tidak bisa menahannya.

Ruth berbisik. "Pergilah ke kamar dua jam lagi. Kau akan mendapatkan hadiahmu, Rusell."

Ruth tidak tau apa yang ia pikirkan ketika mengatakan hal itu. Tapi Ruth tau bahwa Andrew tidak akan menolaknya.














Pretty Woman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang