Halaman 9

3.7K 217 0
                                    

Kemudian pria itu menunduk, dan memberikan Ruth ciuman yang tidak akan diberikan seorang pria kepada seorang wanita penghibur. Atau seorang wanita simpanan, atau siapa pun yang dibayar sepertinya untuk keintiman semacam ini. Sebuah ciuman yang dimulai dengan persatuan bibir dan penyataan yang hening.

Seorang pelacur sepertinya tidak akan bisa menjawab. Karena ia takkan bisa membaca ratusan cara pertanyaan itu datang kepadanya melalui sentuhan tangan Andrew di pahanya, melalui kendali yang mantap di bibirnya.

Pria itu mengangkat kepalanya dan menatap mata Ruth lalu merengkuhnya ke dalam pelukan hangat begitu saja. Seolah mereka adalah pasangan pengantin baru yang akan mencoba malam pertama mereka.

Di saat Andrew hampir saja melepaskan gaunnya, Ruth menahan pria itu. Membawanya ke dalam ciuman panjang sebelum menatap pria itu.

"Ada apa?" Andrew bertanya bingung. "Kau bahkan tak perlu mengenakan pakaian malam ini."

Senyuman yang tergambar di wajah pria itu benar-benar arogan. "Sekarang kau milikku, Ruth."

"Kita akan bermain, Andrew. Kuharap kau menyukai sebuah permainan."

"Jika itu berhubungan denganmu, aku menyukainya."

"Kita akan bertanding untuk permainan catur, kuharap kau menguasainya."

"Ya, aku bisa."

"Aku akan memberimu waktu dua jam untuk menang---"

Pria itu memotong. Gigi Andrew terlihat sangat putih ketika ia tersenyum dengan kepercayaannya. "Aku pasti akan menang."

"---dengan mata tertutup."

Andrew terlihat terkejut. Pria itu menatapnya dan ingin protes sebelum ia berkata terlebih dahulu. "Kesombongan mengakibatkan kekalahan, dude."

"Kau akan jatuh di hadapanku," kata Andrew terang-terangan menunjukkan tantangan setelah ia gagal memprotes. "Telantang dengan tangan terikat."

Nafasnya tersendat di tenggorokan karena sifat maskulin Andrew yang mencolok. Beberapa kekasih Spanyol yang dimilikinya, dulu sekali, tidak pernah berkharisma seperti pria Amerika di hadapannya. Mereka tidak memberikan perintah kepadanya, tidak arogan dan posesif seperti Andrew.

"Kita akan membuktikannya, sayang."

Ruth meraih tangan Andrew dan bertanya, "Akankah kau menutup matamu sendiri... atau kau ingin aku yang melakukannya?" Ruth menyerahkan selembar kain satin berewarna merah yang dipilihnya karena akan serasi dengan gaunnya yang seksi. "Aku akan memakainya sendiri."

Sesaat kemudian kain itu terikat erat di sekeliling mata Andrew dan Ruth tidak perlu berusaha untuk untuk menahan tawanya, ketika ia melihat Andrew yang menabrak headboard dan mengulurkan tangan, berusaha meraihnya.

Ruth mengambil kain yang serupa untuk menutup matanya. Andrew mengumpat beberapa kali dalam bahasa yang tidak ia pahami.

Dunia ternyata lenya ketika kain itu mengikat di sekeliling kepalanya, "Ya Tuhan. Ini benar-benar gelap," ujar Ruth.

"Apa kau berada di tempat tidur, Rusell?"

"Ya, berbaring di sini membayangkanmu berada di bawahku dengan keadaan mata terikat dan kedua tangan yang telentang bersamaan kakimu yang memperlihatkan selangkangmu."

Ruth tertawa mendengarnya. Kedua pipinya yang memerah tertutupi oleh cahaya lilin seadanya. "Otakmu perlu dicuci dari selangkang wanita, Rusell."

"Kau melupakan sesuatu?" Andrew bertanya

"Aku tidak merasa melupakan apapun."

Ia dapat mendengar Andrew mendengus. "Kau melupakan papan caturmu."

"Kita tidak perlu papan catur, Rusell." Ruth berbicara dengan cara paling menggoda.

"Bagaimana bisa? Catur membutuhkan papan dan bidaknya untuk dimainkan."

"Kita akan memainkannya dalam pikiran."

"Bermain dalam pikiran?"

"Kecuali jika kau belum cukup terlatih untuk menempatkan catur di dalam pikiranmu." Kata Ruth sambil menyeringai.

Ruth tidak tau apa pria itu sudah pernah bermain tanpa papan catur, ataupun menguasainya. Tapi apa pedulinya, jika pria itu tidak menguasainya ia yang akan memenangkan permainan ini.

Semuanya ada dalam permainan catur.

Bahkan dalam keadaan mata tertutup di atas ranjang. Ia tahu bagaimana pria itu memandang permainan malam ini. Sebagai tujuan untuk sampai pada akhir, di mana tubunya dan tubuh Andrew akan bersatu di atas tempat tidur. Andrew bukan pria yang mengenal kekalahan dan ia tahu pasti pria ini akan melakukan berbagai cara untuk kemenangannya.

Catur sudah menjadi sahabat setia Ruth sejak ia masih kecil di lingkungan kehidupannya. Dan yang perlu ia lakukan membuat catur sebagai keuntungannya.

Tiba-tiba ia merasakan tangan Andrew menyentuh wajahnya, bergerak bagai helaian bulu angsa yang lembut yang pernah ia rasakan. Jari-jarinya menjelajah bibir Ruth yang digantikan dengan sebuah ciuman.

Kenyataannya, ia mendapatkan kenikmatan yang lebih besar dari pada hanya bermain seks seperti biasanya.

Tapi saat ini..

Dengan mata tertutup, ia merasa seperti wanita rapuh yang tak bisa melindungi dirinya sendiri. Seolah segala kekuatannya, ketertarikannya menghilang semua bersama penglihatannya.

Ia mendengar Andrew bersuara. "Biarkan aku mencoba memahami permainanmu, sayang. Kita akan berbaring di sini, bersebelahan dan membayangkan papan catur di dalam pikiran kita."

"Benar sekali, Rusell."

"Aku tidak pernah bermain tanpa papan."

"Kau mungkin bisa dikalahkan dengan mudah."

Andrew menjilati wajahnya sampai ke telinga hingga membuatnya terkesiap. "Aku tidak akan kalah semudah yang kau bayangkan, sayang."

Tiba-tiba ia merasakan sapuan lidah Andrew di bibirnya. "Andrew!"

Ketika ia bermain catur---dengan perputaran dirinya yang selalu memainkan pion hitam yang melambangkan dosa, dan lawannya memainkan putih yang melambangkan kebaikan. I memiliki kemampuan melihat ke depannya, keberanian dan keahlian luar biasa untuk menyudutkan serta menghancurkan perlawanan yang Andrew buat.

"Kita perlu menambahkan peraturannya, Smith."

Ruth diam tak menjawab. Ia membiarkan Andrew melanjutkan perkataannya.

"Setiap kali di antara kita memakan bidak catur lawan 'nya, dia akan mendapatkan imbalan. Misalnya aku memintamu untuk mencumbuku."

"Setiap bidak catur? Itu berarti..."

Ia dapat mendengar Andrew yang tertawa di sampingnya. "Ya, seberapa banyak bidak yang dapat kau ambil."

"Tergantung seberapa baik kau menaruh papan catur di kepalamu, Andrew. "

Sial, pria ini mempermainkannya. Dan ia tentu tidak akan keberatan jika harus mengikuti alur yang di buat Andrew tapi---ia tetap berada pada kuasanya.




Pretty Woman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang