Langit sudah terlalu gelap ketika pesawat yang dinaiki Andrew mendarat di bandara. Seperti biasa, Andrew menggunakan mobilnya sendiri setelah keluar dari pesawat. Mobil audi tanpa menggunakan atap, membuat angin yang berhembus menerpa wajahnya dan membuat rambutnya berkibar.
Seperti biasa, Las Vegas tidak pernah sunyi sekalipun bencana alam melanda kota ini. Lampu masih menyala terang dari gedung-gedung tinggi dan tempat hiburan yang mengeluarkan suara-suara musik dan orang-orang yang berteriak. Para wanita jalanan juga berusaha mendekati Andrew, ketika ia memelankan laju mobilnya. Wanita-wanita itu berkedip, lalu tersenyum. Dan sebagian dari mereka tidak ragu untuk memperlihatkan belahan payudara mereka di hadapan Andrew.
Andrew menatap sekitarnya. Mungkin saja ia akan mendapati Ruth di antara wanita-wanita yang menjajakan dirinya. Namun di saat melihat mereka lebih dekat, Andrew tidak mendapati Ruth berdiri di antara mereka.
Andrew terus membawa mobilnya memutari jalan-jalanan yang ramai atau jalan terdekat dengan tempat hiburan. Tapi anehnya ia tidak mendapatkan Ruth di jalanan mana pun.
Andrew berhenti di pinggir jalan. Genggaman tangannya pada roda kemudi semakin kuat. Beberapa kali kepalanya dibenturkan ke atas dashboard. Jika Ruth tidak ke sini, Apa wanita itu pulang ke Paris? Laurent tidak memberitahu apa pun tentang keberadaan Ruth kepadanya. Tapi entah mengapa, tujuan pertama yang diambil Andrew adalah, ke Vegas bukan Paris.
Tidak mendapati Ruth di kota ini, membuat sebagian jiwanya berpikir bahwa wanita itu terbang ke Paris. Sebelumnya Andrew juga sudah menghubungi pihak apartemen Ruth, tapi wanita itu juga tidak berada di sana. Dan sekarang Andrew benar-benar menyesal dengan apa yang dikatakan tempo lalu.
"Apa kau membutuhkan seseorang untuk menemani mu, Tuan?" seorang wanita berambut pirang dengan baju ketat berdiri di samping pintu mobilnya.
Wanita itu tersenyum kepadanya, lalu mengerlingkan matanya dengan gerakan pelan. Tetap saja Andrew tidak tergoda dengan apa pun yang di berikan wanita ini. Andrew sudah benar-benar lumpuh tentang apa pun yang bersangkutan dengan wanita. Kecuali jika ia bersama Ruth. Bahkan jika wanita itu hanya tersenyum kecil, Andrew bersumpah akan langsung mencium wanita itu tanpa peringatan. Ruth benar-benar menguasainya sekarang.
"Tidak, terima kasih!" jawab Andrew acuh.
"Aku yakin kau tidak akan menyesal jika memilihku, Tuan."
"Aku tidak peduli denganmu! Sekali aku bilang tidak, maka keputusanku tetap sama!"
"Kau akan menyesal, Tuan." Wanita itu diam, matanya mengamati penampilan Andrew dan mobil yang dikendarai pria itu. "Lagi pula aku akan memberikan diskon padamu malam ini."
"Kau satu-satunya, Tuan."
Andrew berdecih. "Persetan denganmu!"
Setelahnya, Andrew kembali menyalakan mobilnya. Meninggalkan jalang yang menatapnya kesal bercampur marah. Andrew benar-benar tidak peduli dengan jalang mana pun. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah wanitanya, Ruth.
Berkeliling tiga jam lebih di tengah malam, membuat tenggorokan Andrew terasa kering. Ia membutuhkan satu atau dua kaleng bir yang akan membuatnya sedikit lebih segar. Legi pula bir dengan dosis seperti itu tidak akan membuatnya mabuk.
Andrew memberhentikan mobilnya di depan swalayan---yang tanpa Andrew sadari pernah ia kunjungi. Seorang pria yang berumur awal dua puluhan menunduk sedikit ketika ia membuka pintu. Tanpa berniat membeli apapun selain bir, Andrew langsung menuju ke arah lemari pendingin yang menyediakan berbagai macam kaleng bir. Andrew mengambil dua kaleng dan memberikannya kepada penjaga kasir, sebelum keluar dan membayar dengan uang lima puluh dolar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Woman (Selesai)
RomansaKarya ini di privat acak, silahkan follow sebelum membaca ___________________________________ Ruth Smith, harus menjalani kehidupan barunya yang menyakitkan. Berkerja di jalanan bukanlah cita-citanya. Apalagi ia harus bekerja sebagai pelacur, ironis...