Pada awalnya, Ruth merasa ragu untuk tawaran yang diberikan Andrew kepadanya. Ia tidak yakin akan meninggalkan Lynette seorang diri di tempat ini.
Ia memasukkan baju terakhirnya ke dalam koper sebelum beralih menatap Lynette dengan wajah kegelisahan. Ia menatap wanita itu dalam diam tanpa mengatakan apapun.
"Kau tidak perlu sedih, Ruth. Aku tidak akan merindukanmu, jika itu yang kau khawatirkan," ketika Lynette melemparkan candaan, ia mendengus kesal.
"Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu di saat aku mengkhawatirkmu yang akan hidup sendirian."
Lynette memutar matanya. "Astaga
Aku sudah besar, Smith. Umurku sudah kepala tiga!""Tapi tidak dengan prilakumu!"
"Sebelum kau datang, aku hidup sendirian, Ruth. Bahkan aku bisa membawa tiga atau lebih pria di ranjangku. Kau tidak perlu melakukan itu."
"Melakukan apa?"
"Mengkhawatirkan ku."
"Terserah. Lebih baik aku pergi sekarang. Aku menyesal sudah mengkhawatirkanmu jika tau akan berakhir seperti ini.
Lynette tidak bicara. Wanita itu hanya tertawa sambil mendekat ke arahnya. Lynette merengkuhnya ke dalam sebuah pelukan hangat, ketika rasa sedih kembali melanda Ruth.
"Jaga dirimu, Ruth."
Ruth mengangguk. Ia melepaskan pelukan mereka, "Sampai berjumpa lagi, aku akan merindukanmu."
"Kau lebih dari seorang teman, kau keluargaku, sayang."
Ruth membawa Lynette dalam pelukan panjang. "Aku menyayangimu."
***
Karena mereka mendapat penerbangan yang lebih awal, Ruth dan Andrew mendarat lebih cepat dan mengendarai mobil mewah Andrew menuju kediaman pria itu. Perjalanannya cukup indah dengan gedung-gedung tinggi serta pertokoan yang mereka lewati. Sepertiganya adalah jalan raya besar empat jalur, dan mereka melaluinya dengan kecepatan tinggi.
Ketika mobil Andrew memasuki kawasan parkir sebuah penthouse mewah, sempat membuat Ruth terdiam memandangi gedung pencakar langit di hadapannya. Jujur. Selama hidupnya, tidak pernah sekalipun ia memasuki tempat seperti ini selain bar dan motel murahan---pengecualian ketika ia bersama Andrew.
Ia tersadar ketika Andrew sudah berada di sampingnya, membukakan pintu mobil untuk dirinya. Pria itu tersenyum kepadanya, menawarkan telapak tangan untuk digenggamnya.
Ruth tersenyum. "Terima kasih."
Terkadang ia merasa sebagai wanita yang dicintai kekasihnya ketika bersama Andrew. Pria itu memeperlakukannya sangat istemewa, bermain lembut ketika mereka di atas ranjang. Dan terkadang menyebalkan ketika pria itu mulai menyeringai kepadanya. Tapi tentu saja itu hanyalah perasaannya, siapa dia yang bisa dicintai oleh seorang Rusell.
Ketika mereka masuk, hal pertama yang ia lihat adalah sebuah ruangan luas berwarna krim. Seorang wanita berdiri di balik meja dengan mata yang tertuju pada layar komputer. Seorang pria yang berumur awal empat puluhan dengan pakaian serba hitam menghampiri mereka. Dia menunduk hormat ketika berdiri di hadapan Andrew.
Menatap ke arah Ruth, pria itu menatapnya asing. Mata tajamnya menyipit ketika mengamati penampilan Ruth yang hanya mengenakan celana jins pendek besarta kemeja dengan kancin atas yang dibuka. Musim panas sudah tiba sejak tiga hari yang lalu, ketika sinar matahari menyengatnya, Ruth tidak yakin untuk mengenakan pakain yang lebih sopan.
Ia bingung harus bangaimana. Memperkenalkan diri terlebih dahulu, atau hanya diam mengikuti langkah yang akan di ambil Andrew selanjutnya.
Ruth dapat bernafas lega ketika Andre bersuara menolongnya. "Perlakukan Ms. Smith dengan baik, Evans. Jangan membuatnya tidak nyaman dengan tatapanmu." Ruth merasa tidak enak ketika Andrew berkata seperti itu.
"Maafkan aku, Ms. Smith."
"Kupikir tatapanmu tidak akan membunuhku, Mr---" ia terdiam, bagaimana dirinya harus menyebut pria di depannya.
"Evans, panggil saja saya seperti itu."
Ruth masih tidak berbicara. Ketika seseorang berbicara formal terhadapnya, itu sama sekali bukan dirinya. Ia tidak terbiasa dengan orang-orang seperti itu kecuali para pria yang mengumpat di atasnya.
"Y-ya, Evans."
Astaga, berdusta seperti ini, bukan sekali dirinya. Ketika mata tajam Evans menatapnya, rasanya tubuhnya seakan dikuliti hingga kepalanya.
Andrew menyelamatkannya dengan cara membawanya memasuki lift. Pria itu meletakan tangannya di balik bahu, Ruth. Mendekatkan diri hingga kulitnya bersentuhan dengan kemeja biru yang dikenakan Andrew.
***
Andrew sudah membersihkan dirinya, menggenakan kaus yang bersih dan cela hitam selutut. Menyambar laptopnya yang terletak di atas tempat tidur dan sekarang duduk di sofa hitam sambil memainkan jarinya di atas keybord laptopnya. Ia mulai melakukan pekerjaannya, semantara ia dengan sabar menunggu Ruth keluar dari kamar mandi sejak satu jam yang lalu.
Mengingat ketika Evans menatap Ruth tadi, membuat dirinya merasa marah. Ia mencatat dalam hati untuk membelikan wanita itu pakaian yang lebih pantas di musim panas. Sepertinya sangat barbar jika dirinya tetap membiarkan Ruth mengenakan pakaian sialan itu.
"Apa kau sedang sibuk?" tuntut Ruth.
"Tidak juga, aku hanya memeriksa beberapa pesan," ujar Andrew berbohong.
Ya Tuhan, Ruth tampil sangat cantik dan begitu seksi. Ia memperhatikan Ruth yang berdiri di hadapannya dengan hanya mengenakan gaun malam berwarna merah polos yang hampir tidak kenyentuh setengah bagian pahanya dan juga sebuah cardigan katun panjang yang diikat di bagian pinggangnya. Cardigan itu terlalu besar untuk tubuh seksi Ruth, tapi bagi Andrew, Ruth tampak lebih seksi dari pada hanya mengenakn lingrie tembus pandang berwarna putih.
Andrew meletakan laptopnya di atas sofa, menghampiri Ruth yang masih berdiri di depannya. Ia melingkarkan lengannya mengelilingi pinggang Ruth dan membawa wanita itu kedalam pelukannya. Tangannya menyingkirkan rambut Ruth yang menutupi leher wanita itu, mengendusnya pelan sambil berbisik, "Apapun yang kau kenakan, membuat diriku selalu mengingunkan dirimu."
Ruth tertawa. "Aku di bayar setiap jam yang kau lalui bersamaku, Rusell."
"Bahkan aku bersedia menghabiskan seluruh uangku hanya untuk berada di dalammu, sayang."
"Kau membual," Ruth mengejek.
Andrew membalik tubuh Ruth berhadapan dengannya. Memberikan wanita itu ciuman panas yang berakhir dengan pakaian yang ia tanggalkan bersama wanita di bawahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Woman (Selesai)
RomanceKarya ini di privat acak, silahkan follow sebelum membaca ___________________________________ Ruth Smith, harus menjalani kehidupan barunya yang menyakitkan. Berkerja di jalanan bukanlah cita-citanya. Apalagi ia harus bekerja sebagai pelacur, ironis...