Halaman 4

5.9K 294 2
                                        

Ketika mobil Andrew sudah terpakir di depan apartemennya, Ruth sudah menyelesaikan ritual terakhirnya. Ia mengenakan apa yang Andrew kirimkan kepadanya tadi siang. Dan akhirnya ia puas dengan gaun berwarna merah muda dengan leher terbuka lebar hingga ke bahu. Terusan itu ketat hingga ke pinggang dan panjang rok bagain bawahnya hingga ke pertengahan lutut. Ia memutuskan untuk mengenakan sepatu hak tinggi berwarna putih bening yang ia punya. Pilihannya hanya itu atau ia harus mengenakan  boots yang selalu menemani malamnya untuk mencari uang.

Ia dapat mengenakan beberapa perhiasan yang bagus, tapi sayangnya ia tidak punya satu pun selain cincin tua pemberian mendiang ibunya.

Setelah menyisir rambut dan membiarkannya tergerai hingga menutupi punggungnya, Ruth memakai parfum serta body lotion---ia siap untuk pergi.

Pintu kamar apartemennya terbuka sebelum ia sampai di sana. Lynette terlihat berdiri di ambang pintu sambil mengamatinya dengan intens. Ia merasa salah tinggah ketika sahabatnya itu menatapnya seperti orang aneh yang tak dikenalnya.

"Kau akan bekerja menggunakan gaun itu? Tumben sekali."

"Tapi aku baru melihatnya pertama kali," Lynette menyambung perkataannya.

"Maaf. Aku tidak bekerja malam ini."

"Lalu, kau akan kemana dengan riasan secantik itu?" tanya Lynette.

Ruth menatap keluar jendela ketika ia mendengar suara klakson mobil berbunyi beberapa kali. "Aku akan menghadiri pesta pernikahan."

Lynette nampak terkejut dengan pengakuannya, tapi ia tersenyum sesaat kemudian. "Kau akan pergi bersama orang itu? Pria kaya yang menunggumu di bawah sana."

Ia hanya diam tidak menjawab. Menyingkarkan tubuh Lynette dari ambang pintu, ia berjalan melewati wanita itu begitu saja. Saat ia berbelok untuk menuruni tangga, Ruth masih dapat mendengar suara Lynette yang meneriakinya. "Bersenang-senanglah. Pastikan jangan sampai kau membuat bayi, Ruth."

***

Andrew meneliti dan melihat kasino sudah dipenuhi banyak orang. Ia menemukan satu meja kosong di bagian tengah tepat di hadapan mempelai berdiri dan ia menempatkan tangannya di pinggang  Ruth untuk membimbing wanita itu menuju ke meja itu ketika seorang wanita berpakaian formal dengan wajah kaku menyapanya dari meja yang ia lewati. Setelah mencari jalan untuk sampai ke mejanya, Andrew menarik kursi untuk diduduki oleh Ruth.

Tidak heran jika Ruth terus mengeluarkan sumpah serapahnya sedari tadi. Semua orang akan berpikir sama dengan wanita itu? begitu pula dirinya. "Sial. Orang gila mana yang ingin mengadakan pesta pernikahan jauh-jauh dan hanya menggunakan kasino sebagai gedung."

"Pesta pernikahan mana yang disamakan dengan judi di pinggir aula."

"Temanmu benar-benar aneh, Rusell."

Andrew tersenyum. "Percayalah smeua orang berpikiran yang sama, sepertimu."

Pemilik kasino menghampiri keduanya. Duduk di bangku kosong yang berada di antara dirinya dan Ruth. Samuel Tucker adalah mantan polisi yang melanggar hukum demi kepentingannya. Orang-orang mengatakan dia melawan atasannya saat membangun kasino hingga berakhir diberhentikannya pria tua itu dari pekerjaannya. Tidak ada yang pernah membuatnya ketakutan, kecuali mungkin ia akan kehilangan seluruh kasino dan barnya hingga membuat Samuel bangkrut.

Samuel menatap ke arah Ruth. "Kau memiliki kekasih yang sangat cantik, bung."

Ruth diam. Wanita itu tak menghiraukan apa yang diucapkan Samuel.

"Wanita itu berpasangan dengaku," jawab Andrew . Andrew mendekatkan diri kepada Ruth, dengan cepat ia merangkul bahu wanita itu dengan mesra. Bibirnya menciumi bahu terbuka Ruth, hingga membuat Samuel menggeram di tempatnya.

"Wajahnya terlihat tak asing," katanya pada Andrew. Berpaling kepada Ruth, ia menambahkan, "Kurasa aku pernah melihat wajahnya."

"Kuras kau salah mengenali seseorang, Tucker."

"Tapi---" Samuel tiba-tiba melihat orang lain yang sangat ia kenal di sudut ruangan yang tengah berjudi dengan seorang wanita seksi mendampinginya.

Kembali berduan, ia memberikan segelas sampanye kepada Ruth. Wanita itu menyesapnya sekali, meletakkannya di atas meja.

Andrew memandangi Ruth seolah dirinya tengah kehilangan akal sehatnya, dan ia tahu bahwa Ruth menyadari apa yang ia lakukan. "Aku yakin kau juga tidak menyukai tempat ini, Andrew."

"Apa yang bisa kau lakukan ketika seorang sahabat memintamu untuk menghadiri pernikahannya."

Ketika Ruth tertawa, itu cukup membuatnya kehilangan segala emosinya. "Aku tau bagaimana rasanya."

Andrew membiarkan Ruth memakan apa saja yang mereka hidangkan di meja mereka. Ia mengamati Ruth selama satu detik, memikirkan betapa besar keuntungan yang akan ia dapatkan jika ia berhasil menarik wanita itu memasuki hidupnya. Kemudian ia bertanya, "Apa kau tidak memiliki rencana untuk pergi dari Vegas---maksudku kau bisa bekerja di kota lain selain, Vegas."

"Tidak. Lebih tepatnya aku tidak tau. Sudah terlalu lama aku berada di tempat ini. Aku tidak yakin akan mendapatkan pekerjaan jika diriku harus keluar dari Vegas dan berkelan ke kota besar."

"Jika kau harus keluar dari tempat ini tanpa harus berkeja kesar, apa kau akan setuju?"

Ruth memasang wajah bingung. "Aku tidak mengerit."

"Kau bisa ikut pulang bersamaku. Aku akan membayarmu. Anggap saja aku sedang menyewamu secara pribadi selama sebulan penuh. Setelah itu, kau tetap bisa kembali ke tempat ini jika itu yang kau inginkan."

Andrew melihat, Ruth meletakkan alat makannya secara spontan sehingga menimbulkan bunyi berdeting yang teredam musik. Wanita itu terlihat terkejut ketika menatapnya. Andrew tahu ini akan terjadi, tapi ia tidak yakin bahwa dirinya akan mendapatkan penolakkan.

Ruth menghembuskan nafasnya, "Akan aku pikirkan."

Pretty Woman (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang