Lima

1K 81 28
                                    

" ... Molo Manumpak Debata di Ginjang, Naung Tungil Olo Jadi Napu"
(Jika Tuhan Sudah Berkehendak, Bahkan Tanah Tandus Bisa Kembali Subur)

"Please wake up, hasian. I'm begging you" Bisik Henokh di telinga Duma, di antara tangisnya yang tertahan, untuk kemudian menangkupkan tangan lunglai wanita itu di dadanya. Dia tak peduli jika saat ini pariban dan Mia sedang memandanginya dengan berbagai pikiran yang entah apa.

Persetan dengan dunia.

Dia terlalu sibuk membayangkan hal terburuk yang bisa terjadi kepada Duma. Bagaimana jika wanita malaikat ini akan tertidur selamanya?

Selamanya ...

Henokh memejamkan mata.

Jika surga hanyalah tempat penampung doa, mungkin saat ini tempat itu sudah penuh sesak dengan untaian doa yang sebulan terakhir ini tak henti ia daraskan ... dari mulut maupun hatinya.

Dan harusnya Tuhan tak perlu bingung untuk mengabulkan yang mana, karena sungguh ... segala doanya hanya memohon hal yang sama: agar Duma membuka mata, mengucapkan sepatah kata. Apa saja!

"Tuhan, aku sudah lupa sejak kapan aku percaya bahwa Kau ada. Yang pasti, sudah sangat lama. Dan hingga kini, aku masih memercayainya. Namun aku juga sadar, aku tak memiliki cukup kebaikan untuk mengiba berkat Mu yang berharga. Tapi, bukankah Tuhan Maha Kuasa dan Pemurah? Tak bisakah aku memohonkan Kuasa dan kemurahan Mu untuk memulihkan Duma? ... Tuhan, kumohon. Kembalikan dia"

Henokh menunduk. Mencium tangan Duma di antara genggaman kedua telapaknya, membiarkan air mata membasahi segalanya. Dia menangis tanpa suara. Untuk derita Duma, untuk rasa bersalahnya, untuk kecerobohannya ... untuk kebodohannya.

Henokh memindahkan telapak Duma ke pipinya, memuaskan kerinduannya akan setuhan wanita itu. Duma sangat suka menyentuh pipinya.

Tiap kali setelah bercukur, Duma akan menangkupkan kedua tangan di pipi Henokh dan mengelusnya dengan manja. Henokh akan pura-pura risih dan menepis tangan Duma dan berkata bahwa ia bukan anjing yang suka dielus pipinya. Lalu Duma, sambil memicingkan mata akan menjawab: "You are not a dog, of course! Kamu adalah pria malang yang beruntung karena memiliki pacar secantik diriku. Dan tunjukkan rasa terima kasihmu, biarkan aku menyentuh wajah yang tak seberapa ini."

Lalu mereka akan terbahak bersama.

Di waktu yang lain, Henokh akan mengeluh tentang orang tua anak Les Private -nya yang mengomel karena si anak yang tak kunjung juara, tentang dosen yang susah ditemui, atau tentang hal lain yang mengganggu pikirannya ... lalu Duma akan mengusap tengkuknya dengan lembut dan berkata :"Semua akan baik-baik saja. Semua akan indah pada waktunya!"

Dan Henokh percaya.

Henokh percaya karena Duma-lah yang mengatakannya ... dengan jemari lembut itu di tengkuknya.

Ya Tuhan, dia sangat merindukan wanita ini.

Sulit rasanya untuk berharap semua akan baik-baik saja, ketika keadaan berkata bahwa ia akan kehilangan segalanya.

Tubuh Henokh sedang sibuk mengguncang karena tangis yang tertahan, menelusuri kenangan manis yang setiap hari ia ciptakan bersama Duma, ketika merasakan tangan seseorang meremasnya bahu kanannya.

"Jam besuk sudah habis. Keluar yok."

Suara Debb hampir tak terdengar. Dan Henokh menyadari bahwa wanita ini sedang menunjukkan empati yang tulus, dengan teramat hati-hati. Henokh baru sadar juga, bahwa ternyata Mia dan Debb masih ada di sana.

HENOKH - My (Not So) Hot Pariban - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang