ENAM

953 73 20
                                    

MARSAMBURETAN
(Berantakan)

Henokh keluar dari kamarnya. Masuk lagi sambil menghirup udara dalam-dalam. Keluar lagi ... masuk lagi untuk melakukan hal yang sama.

Entah sudah untuk yang keberapa kalinya. Berkali-kali juga dia menutup dan membuka daun pintu untuk membiarkan udara melesak masuk.

Masih bau!

Padahal dia sudah merendam selimut kotor dan sarung bantal di kamar mandi, mengganti sprei kasur dan menyapu hampir semua sudut. Lalu, darimana asalnya bau sialan itu?

Henokh menggaruk sebentar lehernya karena potongan rambut-rambut kecil yang tertinggal setelah berpangkas tadi. Lagian, kenapa sih pariban harus ke sini malam ini? Rutuknya dalam hati.

Dan ya, satu bulan ini ternyata ia sudah berubah menjadi manusia paling kumuh di atas muka bumi dengan kamar kosan seperti puing-puing peninggalan bom Hirosima Nagasaki. Sangat berantakan dan bau. Untunglah setelah kerja bakti yang lumayan melelahkan, ruangan itu kini sudah terlihat sedikit lebih manusiawi.

Dia juga heran dengan diri sendiri, mengapa bisa sejorok ini. Seharusnya dia adalah orang yang rapi, tertata, ter-organisir dan disiplin. Namun rupanya, sakit Duma menyita hampir seluruh perhatiannya sehingga lupa untuk merapikan diri sendiri. Dan kamarnya. Untung juga si pariban mengancam datang, sehingga mau tak mau ia harus berusaha untuk membuat kamar ini cukup layak untuk menerima tamu.

Dan oh ya, dia harus mandi!

***

Debb dan Abi tiba di alamat yang ditulis Henokh tepat pukul 21.00 WIB. Tidak sulit, karena kebetulan supir taksi tahu betul daerah ini hingga ke gang-gang nya (menurut pengakuan pak supirnya, sih!).

Kost-kost an Henokh sendiri adalah jejeran kamar-kamar di daerah Medan Tenggara (pak supir  menyebutnya Menteng! Mungkin supaya kedengaran seperti di Jakarta, Debb tebak) dicat berwarna biru langit, dengan sebuah gerbang berwarna hitam yang dibiarkan terbuka.

Debb baru saja hendak mengurungkan niatnya untuk masuk melewati pintu gerbang melihat ternyata banyak sekali pria-pria yang nongkrong di depan kamar mereka di dalam sana, ketika tiba-tiba saja Abi sudah menarik tangannya dengan semangat perjuangan yang menyala-nyala.

"Ayok! Malah sempat bengong lagi lu!"

Debb sungguh tidak siap. Tapi mau bagaimana lagi. Jika Abi sudah berkehendak, maka hanya bencana alam atau huru-hara yang boleh mengagalkannya.

"Sepertinya ini kost-kost an khusus cowok deh, Bi!" kata Debb memelas. Ide berkunjung ke kost an Henokh menjadi lebih rumit dari seharusnya.

"Gue juga nebak begitu!" Abi tegas. "Dan sama sekali gak punya masalah dengan itu!" Lanjutnya sambil terus menarik Debb, melewati sebuah taman kecil yang dijejali tumbuhan-tumbuhan tak terawat ... semakin dekat dengan kamar-kamar berisi para pria itu!

Debb hanya bisa nurut.

"Ada banyak kamar nih! Punya si pariban yang mana?" Abi berhenti di depan salah satu kamar yang kebetulan tertutup, sementara abang-abang penghuni kamar lainnya sudah mulai bersiul menggoda mereka berdua.

"Nyarik siapa kak?" Salah satu penghuni di sayap kiri menghentikan aktivitasnya yang sedari tadi sibuk memainkan gitar, sambil tersenyum memandangi Debb dan Abi dari kepala hingga ke kaki. Kalau kau mengganggap bahwa ada niat jahat di matanya, kau salah. Abang-abang ini terlihat ramah di antara logat nya yang sangat Batak.

"Eh, gak apa-apa bang!" Jawab Debb gak nyambung, sambil dengan canggung menarik sedikit lengan bajunya.

Gak bisa disalahkan juga kalau orang-orang harus menghentikan aktivitas mereka, untuk sejenak memberi perhatian kepada kedua cewek manis dalam balutan busana kasual itu.

HENOKH - My (Not So) Hot Pariban - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang