Manat Mandok Pangidoan,
Atik Boha Dioloi Tuhan
(Hati-hatilah mengucapkan permohonan,
mungkin saja Tuhan mengabulkan)"Abi, liat Rumah Sakit Elisabeth di google maps dong. Supaya entar gak dibawa muter-muter sama supir taksi."
Sudah satu Minggu Debb berada di Medan. Henokh memilihkan kontrakan (atau mungkin kost eksklusive, lebih tepatnya) yang nyaman dan sejuk di daerah Jalan Putri Hijau dan tidak mengecewakan sama sekali. Ruangannya lumayan luas, sehingga tidak menyesakkan untuk mereka berdua. Ada dapur kecil di belakang (yang mungkin tidak akan pernah dipakai selama mereka di sini. Debb dan Abi payah dalam hal masak-memasak, just so you know), sebuah ranjang king size, sebuah lemari pakaian, kulkas kecil dan TV 34 inchi. Boleh dibilang lengkap, dengan harga yang lumayan terjangkau. Henohk, pikir Debb, bisa diandalkan lah untuk urusan nyari kontrakan bagus.
Tempat PKL mereka sendiri terletak hanya beberapa ratus meter dari kontrakan itu. PT. Sumatera Agri berkantor di lantai delapan sebuah gedung megah dekat dengan Merdeka Walk. Henokh berbaik hati menemani Debb dan Abi di hari pertama PKL mereka, namun dicegat satpam karena tampangnya yang awut-awutan.
Dan sejak saat itu, mereka tidak pernah lagi bertemu.
Sebenarnya, di satu sisi Debb senang bahwa tidak harus sering-sering bertemu Henokh. Dengan begitu, rencana perjodohan yang dirancang Bapak tidak akan terwujud hingga akhir zaman. Namun di sisi lain, Debb gemas juga. Pria itu harus diberi pelajaran. Bukankah harusnya Henokh yang berkewajiban untuk memastikan keselamatannya di Medan? Bukankah Bapak sudah mempercayakan Debb ke dia? Lalu di mana tanggung jawabnya? Enak saja, main tinggal sendiri.
Makanya barusan, Debb memutuskan untuk menelepon Henokh.
Dan katanya dia sedang di rumah sakit.
Demi Tuhan, terkutuklah Henokh yang membuat Debb jantungan! Tadi dia kira, Henokh ketabrak truk atau kena stroke sehingga harus dirawat di rumah sakit. Ternyata, yang sakit pacarnya! Hanya PACARNYA! (Apa Debb udah bilang, 'pacarnya'?).
Iya. Pacarnya!"Lagian, ngapain sih kita ke Rumah Sakit?" kata Abi setengah berbisik karena takut mengganggu seisi kantor yang sedang bekerja, sambil membuka google maps di handphone nya. Orang-orang di ruangan ini memang sepertinya mengabdikan seluruh hidupnya untuk perusahaan di sepanjang jam kerja. Terlalu serius, menurut Debb.
Kantor ini penuh dengan cublicle setinggi 1,5 meter yang dijejer sedemikian rupa. Abi dan Debb (mungkin karena hanya anak PKL), mendapat jatah satu cubicle untuk mereka berdua, sementara karyawan lain berkutat di balik cubicle mereka masing-masing. Hening. Tidak ada musik. Yang terdengar hanya bunyi papan keyboard (yang sepertinya ditekan dengan kecepatan cahaya) diiringi bunyi printer dari berbagai penjuru.
"Kita mau ketemu Henokh! Dia lagi ada di sana."
"What?" Suara Abi sedikit meninggi namun segera turun drastis setelah disikut Debb. "Pariban kita masuk rumah sakit?" Kata Abi dengan bisikan memaksa.
Dengan drama, Abi meletakkan handphone yang tadi dia pegang dan menangkupkan tangannya di dada. "Ya Allah, apa yang terjadi dengan pariban kita?" katanya dengan sendu.
"Bukan pariban 'kita'. Pariban 'gue'." Kapan sih, Abi ini gak drama? "Lagian, yang sakit bukan Henokh! Tapi pacarnya!"
"Whaaaat???" dengan kekuatan penuh, Abi yang tadi sendu tiba-tiba menjerit sambil menggebrak meja dan berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
HENOKH - My (Not So) Hot Pariban - ON GOING
Romance[[ATTENTION: Bacalah setidaknya dua bab, dijamin kamu bakal KETAGIHAN!!! And also, siapin jiwa dan raga untuk baper!!!]] Blurb: Saat pertama kali bertemu, Deborah Elena Hutagalung sama sekali tidak menyukai pariban yang sedang dijodohkan Bapak denga...