[Info sebelum baca: Ini adalah kelanjutan dari Bab Tujuh Belas. Bab 18 dan 19 adalah flashback yang diceritakan oleh Henokh ke Debb. Kalau readers sudah lupa--I don't know, mungkin karena authors lamaaaaa banget update-nya (maapkan)--silakan baca ulang Bab Tujuh Belas ya. Biar nyambung. Happy reading!]
___
Debb tercekat mendengar cerita mengerikan itu keluar dari mulut Henokh. Dia mulai menarik benang merah atas semua hal yang dialaminya selama ini bersama pria berwajah sendu itu. Tapi Debb belum berani menyimpulkan apa pun.
"Aku gemetar, Iban ... Aku gak tau harus melakukan apa. Aku ingat--tidak, pikiranku--Duma--seandainya aku--takut--aku--"
Pria itu mulai terisak dan berbicara tidak jelas.
"Ssshhh... tidak perlu diceritakan kalau memang tidak bisa, Iban!" Debb mengulurkan tangannya bermaksud menangkup wajah Henokh yang sedang meracau.
Tapi Henokh memberi tanda bahwa ia baik-baik saja, sehingga Debb menarik kembali tangannya.
Henokh menarik napas dalam, lalu mengembuskannya dengan gemetar.
"Aku..."
Ia memberi sedikit jeda, lalu kembali menarik napas dalam lalu mengembuskannya seraya mengusap kedua matanya yang mulai basah.
"Aku... aku melepaskan genggaman tanganku, Iban. Aku melepaskan Duma..." Tangis Henokh kini benar-benar pecah, namun tanpa suara. Tubuhnya berguncang hebat menahan agar suaranya tidak menarik perhatian teman-teman yang lain. Jika gunung ini benar-benar memiliki penunggu seperti yang dipercaya oleh hampir seluruh masyarakat Samosir, mungkin saat ini mereka sedang meraung bersama Henokh dalam duka. Pria itu terlihat kuyu dan penuh penyesalan.
"Jangan lepaskan tanganku, Hasian. Jangan lepasss..." Suara itu kembali menyesaki telinga Henokh. Itu adalah teriakan Duma sebelum Henokh dengan bodohnya melepaskan gengaman pacarnya itu. Teriakan itulah yang juga menghantuinya selama perjalanan ke tempat ini. Jeritan putus asa dari Duma kini seolah menggema dari segala penjuru--dari persawahan di bawah sana, dari hamparan permukaan danau toba, dari gesekan pohon pinus, dari bebatuan, dari mana-mana.
"Jangan lepaskan tanganku, Hasian. Jangan lepas..."
"Aku melepaskan tangannya, Iban! Aku melepaskan tangan Duma. Benar kata ibunya, akulah yang menyebabkan Duma terbaring di rumah sakit. Aku tidak bisa menjaga Duma. Aku bodoh, Iban. Oh Tuhan, seandainya aku bisa memperbaiki semuanya..."
Debb tidak tahu sejak kapan, tapi kini ia merasakan seluruh pipinya sudah basah oleh air mata. Kini semua kartu sudah terbuka di atas meja. Debb kini sudah paham betul mengapa Henokh begitu kukuh menolak rencana mereka mendaki gunung ini, mengapa ia begitu khawatir, mengapa pria itu terkesan over-protective.
Mata Debb sekarang terbuka. Kini ia tahu mengapa Henokh berlari kesetanan ketika dia menjerit saat kadal sialan itu mengejutkannya. Mengapa ia terlihat memucat ketika Debb tergelincir saat mendaki gunung ini. Oh Tuhan, Debb sudah memaksa pria itu mengulang kembali mimpi buruknya.
Debb menarik lembut kepala Henokh ke dadanya. Demi Tuhan, pria ini tak layak merasa berdosa atas kesalahan yang tidak ia perbuat.
Henokh masih terus terisak dalam rengkuhan tangan Debb. Seolah ia masih memiliki sejuta hal untuk dikatakan, untuk diakui, namun semuanya tersangkut di tenggorokan dan hanya keluar dalam bentuk isakan yang tertahan.
Debb juga memiliki banyak hal untuk dikatakan. Mungkin juga banyak permohonan maaf karena dia kurang peka membaca apa yang dialami Henokh sehingga tega-teganya menyeret pria itu ke tempat ini. Mengulang kembali mimpi buruk yang sudah menghantuinya tanpa ampun. Namun, sama halnya seperti Henokh, Debb tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia kini hanya bisa ikut terisak bersama Henokh. Derita yang dialami pria itu seolah menjalar ke seluruh tubuh Debb, menyesak hingga ke tulang, dan Debb tidak bisa melakukan apa pun selain ikut merasakan kepedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HENOKH - My (Not So) Hot Pariban - ON GOING
Romance[[ATTENTION: Bacalah setidaknya dua bab, dijamin kamu bakal KETAGIHAN!!! And also, siapin jiwa dan raga untuk baper!!!]] Blurb: Saat pertama kali bertemu, Deborah Elena Hutagalung sama sekali tidak menyukai pariban yang sedang dijodohkan Bapak denga...