DUA PULUH EMPAT

402 27 12
                                    

RONGGUR
[PETIR]


Jika ada pria yang paling Henokh cemburui di dunia ini, itu pastilah Charlie Puth. Duma sangat menggilai penyanyi dengan tanda lahir di alis kanan itu.

"I just can't help it. Aku ngikutin perkembangan kariernya mulai saat dia masih meng-cover lagu-lagu hits, sampai dia jadi setenar sekarang ini. Belum lagi, uh, dia ganteng bingiitttts. I mean, look at him. Kurasa Tuhan sedang dalam mood yang baik saat menciptakan dia," kata Duma suatu waktu ketika Henokh bertanya mengapa dia sangat suka artis satu itu, sambil menunjukkan salah satu video kesukaannya. Henokh menatap jijik. Dalam video itu, Charlie Puth sedang meng-cover lagu Miley Cirrus dengan gaya diimut-imutkan--menurut Henokh.


Video favorit Duma

Itu sebabnya Henokh membawa laptop hari ini ke rumah sakit. Dia akan mengalahkan rasa cemburunya, dan membiarkan Duma menonton video-video Charlie Puth sampai puas. Sebenarnya akan lebih mudah jika Henokh punya smartphone, dia tidak perlu menenteng laptop berat ini. Tapi, ya, seperti yang warga Medan tahu, Henokh cuma punya HP tunnet-tunnet. Terberkatilah dia!

"Ngapain kau di sini?"

Henokh terkejut mendengar bentakan itu sesaat setelah dia masuk ke kamar tempat Duma di rawat. Duma yang tadi tertidur pulas, juga tersentak di tempat tidur.

"Mak! Duma terkejut!!!" Kak Tiur muncul dari balik tirai dengan bisikan keras sambil memelototkan mata. Nantulang yang menyadari perbuatannya pun terkesiap.

"Tapi, ngapain dia ke sini lagi?" Nantulang berusaha berbisik, tapi emosi membuat nada suaranya sangat jauh dari kata pelan.

"Siapa, Mak?" suara lemah Duma terdengar dari balik tirai. Tadi tirai memang dibentangkan untuk sedikit menghalau cahaya lampu agar Duma bisa tidur nyenyak.

Henokh menunduk dan memilih mundur perlahan. Ia tak ingin mengeluarkan suara agar Duma tidak mengetahui keberadaannya. Sepertinya, Nantulang memang belum bisa memaafkannya. Kemarin dia hanya sedikit beruntung.

Kak Tiur mengucapkan kata maaf tanpa suara. Ia juga tidak membuat keributan. Emosi ibunya sangat tidak stabil akhir-akhir ini.

Nantulang melengos menghampiri Duma, dengan terlebih dahulu melemparkan tatapan tajam ke arah Henokh.

"Bukan siapa-siapa, Nang. Tidur lagi, ya!" kata Nantulang mengelus kepala putrinya.

"Henokh ya Mak? Kenapa gak dibolehin ke sini?"

"Udah, tidur lagi ya." Nantulang tidak tahu harus menjawab apa.

"Mak!" Duma memberikan tatapan bingung.

"Dia yang sudah bikin kau begini," kata Nantulang dengan nada bergetar.

"Mak, udahlah ...." Kak Tiur kini sudah berdiri di dekat lengan kanan Duma.

"Aduh, Mak...," kata Duma lemah. Cairan bening tiba-tiba mengalir dari kedua sudut matanya. "...kalau ada orang yang harus Mamak salahkan karena kecelakaan ini, itu hanya aku, Mak. Henokh sama sekali gak bersalah."

"Sstttt...." kata ibunya menenangkan Duma yang mulai terisak.

"Enggak, Mak! Mamak harus dengarkan." Duma berhenti sejenak mengingat betapa keras kepalanya dia saat itu. "Aku yang memaksa untuk pergi mendaki, Mak. Aku yang keras kepala. Henokh udah melarangku, sampai kami nggak cakapan beberapa hari. Tapi karena aku memaksa, dia akhirnya mengalah. Mamak tahu kan, Henokh yang selalu jaga aku. Apa Mamak udah lupa, waktu Henokh masuk rumah sakit gara-gara nolong aku?" 

HENOKH - My (Not So) Hot Pariban - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang