Singkam Mabarbar
Akibat dari sebuah sikap (attitude) atau perilaku (behaviour)<<<<< Beberapa bulan sebelumnya
"Haasss"
Matahari masih cerah sore itu. Duma masuk ke kamar kost Henokh dan langsung duduk di dekat pintu--seperti yang biasa ia lakukan. Henokh sedang berada di kamar mandi. Dari suara air yang melesak berulang kali, Duma yakin hasian-nya itu sedang mandi.
"Jangan bilang kamu mau minta tolong ngerjain tugas Bahasa Inggris!" Henokh sedikit berteriak dari kamar mandi. Ada ayunan seperti cengkok dangdut dalam panggilan 'Hass' tadi. Henokh yakin, pacarnya itu sedang modus. Sudah kebaca. "Gak bakal mau! Kerjain sendiri," lanjutnya kemudian.
"Bisa gak sih, Hass gak sering-sering berpikiran buruk sama pacar sendiri? Nanti adek berpaling ke lain hati loh, Bang," kata Duma dengan nada menggoda.
"Mulut! Gak usah mengkek kali!" umpat Henokh dari dalam sana. Duma tertawa.
"Pokoknya buruan deh mandinya, mau omong penting."
Duma memilih berdiri dan mulai merapikan kamar Henokh. Dia sangat tidak bisa melihat sesuatu yang berantakan. Jangan salah, sebelum berpacaran dengan Henokh, Duma adalah satu dari sekian banyak wanita yang beranggapan bahwa cewek tidak seharusnya memosisikan diri seolah jadi pembantu untuk cowoknya--merapikan kamar, membuatkan makan malam, apalagi menyuci baju. Big no. Membayangkan saja, rasanya sudah sangat nista. Kalau menemukan cewek yang seperti itu, dia selalu berkomentar: 'masih pacar aja sudah seperti babu, apalagi nanti setelah jadi istri'. Dan Duma memegang teguh prinsip itu untuk deretan pacarnya sebelumnya (ada tiga mantan, fyi).
Tapi, entah kenapa segalanya berbeda dengan Henokh (Semoga Tuhan mengampuni pesona pria itu). Ada sesuatu dalam diri Henokh yang membuat Duma kadang-kadang harus memosisikan dalam tiga peran yang berbeda: sebagai ibu, sebagai adik, dan sebagai pacar. Sulit dijelaskan. Henokh bahkan tidak merasa nyaman jika Duma merapikan kamarnya. Hingga saat ini, dia masih protes jika Duma melakukan kegiatan bersih-bersih. Tapi, malah hal itu pula yang membuat Duma semakin bersemangat. Duma merasa seperti melakukan kenakalan yang baik. Dilarang, namun tetap dilakukan. Bukan hanya merapikan kamar. Kadang kalau ada waktu, Duma malah dengan rela mencuci baju-baju kotor Henokh. [Pernah suatu kali, Duma menemukan celana dalam di tumpukan baju kotor Henokh. Tentu saja ia cuci sekalian, karena sudah terlanjur direndam. Mungkin, Henokh menyadari hal itu saat mengangkat baju kering dari jemuran dan mulai saat itu ia tidak pernah menumpuk CD di baju kotor. Langsung dicuci setelah mandi, mungkin. Haha.]
Pokoknya, Duma sangat menikmati perannya sebagai pacar Henokh. Hingga lupa, bahwa saat ini dirinya masih berstatus 'pacar' dan bukan istri. Tidak masalah bagi Duma. Kalaupun nanti ternyata mereka tidak berjodoh, Duma tidak akan pernah menyesali apapun yang sudah ia lakukan untuk Henokh.
***
"Jadi, mau omong apa?"
Mereka duduk bersisian di dekat pintu. Henokh beraroma segar dengan rambutnya yang masih basah. Betapa Duma ingin menjambak rambut basah itu dan menghirup baunya hingga tak bersisa.
"Minggu depan, anak-anak Mapala akan ke gunung Sinabung, Hass."
"Aku tau! Kan aku salah satu anggota, ingat?" kata Henokh sinis.
"Nah, itu dia. Karena pacarku ada di dalam, aku pengen ikut ya minggu depan. Se—."
"Apa? Nggak boleh!" Henokh memotong ucapan Duma.
"Kenapa gak boleh?"
"Kamu tahu kenapa!" Henokh memijit dahinya.
Sejak awal mereka pacaran, Henokh sudah blak-balakan kepada Duma tentang phobia-nya terhadap batu. Itu juga yang membuat Duma memaksanya untuk masuk menjadi anggota Mapala. Tentu saja Henokh menganggap bahwa itu adalah ide paling tidak masuk akal yang pernah Henokh dengar sepanjang hidupnya. Tapi Duma yang optimis berhasil meyakinkannya. "Hass, ketakutan itu harus dihadapi. Menghindar, hanya akan membuatmu berada dalam bayang-bayang ketakutan itu selamanya. Hadapi! Kalau takut dengan batu, maka kamu harus memaksa dirimu untuk sering-sering berhadapan dengan batu. Tantang rasa takutmu. Hingga suatu hari nanti, kamu tersadar bahwa ketakutan itu sudah tak berkutik di telapak kakimu." Kata Duma dengan nada Merry Riana.
Henokh takut. Satu-satunya hal yang tidak pernah ia lakukan adalah menantang rasa takutnya. Dan ia menganggap bahwa dirinya tak akan pernah bisa. Tapi Duma terus memotivasi.
Henokh akhirnya memutuskan untuk masuk. Keputusan yang kemudian ia syukuri hingga saat ini. Awalnya terasa horor, tapi teman-teman yang sejak awal sudah diberi tahu, benar-benar supportive. Benar kata Duma, ia harus melawan ketakutannya. Meskipun hingga saat ini ia masih terus berusaha.
Dan omong-omong tentang membawa Duma ikut serta, bagaimana ia akan bisa? Dia bahkan belum bisa menjaga dirinya sendiri.
"Tenang aja, Hass. Keikutsertaan pacarmu yang paling cantik ini, juga untuk melihat perkembanganmu, kok. Dan aku akan memasak indomie paling enak untuk kita nikmati bersama di atas sana," katanya menenangkan.
"Tapi, aku gak bisa..." Henokh ragu.
"Tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi. Katamu, kamu sudah mulai terbiasa dengan batu, kan? Aku boleh ikut ya Hass. Aku janji akan nurut instruksi kalian. Ayolah, aku pengen banget naik gunung. Awalnya aku pengen pergi diam-diam karena aku udah yakin kamu gak akan mengizinkan. Tapi, aku gak akan tenang kalau bohong. Kenapa gak pergi bareng aja, pikirku. Kamu bisa jagain aku."
"Itu dia, Hass. Aku gak yakin bisa jagain kamu. Tolong jangan buat aku dalam posisi sulit ini." Henokh kini menangkupkan tangannya kedua pipi Duma. Pergi ke gunung bersama Duma, berarti dia harus menjaga dua nyawa. Miliknya, dan milik Duma. Semuanya akan lebih mudah jika ia tidak memiliki phobia sialan ini. Tapi itu kenyataan yang tidak bisa ia mungkiri. Ia phobia batu. Bagaimana ia bisa memastikan keselamatan Duma, sementara ia juga harus bertarung dengan ketakutannya?
Ia tidak akan bisa.
***
=======
Hai pembaca tersayang.
Atas nama alumni SD Negeri 01 Pagi, Author mau minta maaf karena updatenya lamaaaaaaaa banget. 😌😌😌😌😚😚😚😚😚
I don't even remember when was the last time I posted a new chapter.
Maapin yaaakkkkk.Huhu! 😢😭😭🙏🙏
Author sedang sibuk membangun bisnis. Hehe. Yap, sebuah usaha penerbitan Indie.
Jadi, buat kamu nih, penulis2 Wattpad yg pengen novel Wattpad-nya diterbitkan secara mandiri, boleh pakai jasa penerbit kami ya.
Namanya One Peach Media.
Sudah banyak buku yg diterbitkan. Further info, bisa cek di akun Instagram:
[at]onepeach.media.Anyways, bagi komentar tentang bab terbaru ini ya.
Lalu, rencananya novel ini mau Author terbitkan.Kamu setuju tidak?
Kasih komentar ya.
Terima kasih sudah membaca.
Love,
Fernando Simandalahi
KAMU SEDANG MEMBACA
HENOKH - My (Not So) Hot Pariban - ON GOING
Romansa[[ATTENTION: Bacalah setidaknya dua bab, dijamin kamu bakal KETAGIHAN!!! And also, siapin jiwa dan raga untuk baper!!!]] Blurb: Saat pertama kali bertemu, Deborah Elena Hutagalung sama sekali tidak menyukai pariban yang sedang dijodohkan Bapak denga...