Happy Reading♥"Kalau gue minta bantuan Ben dia pasti bakal tambah sok kegantengan. Tapi gimana? Gue sekelompok berdua sama dia." Ocha mulai meremas sebuah kertas corat coretan yang sudah tak berbentuk lagi.
Pikirannya pusing, ia harus mengambil sebuah cara untuk menyelesaikan tugas kelompok Matematika nya bersama Ben. Tapi Ia harus menyingkirkan egonya terlebih dahulu.
"Kalo butuh bantuan bilang." Ucap Ben yang baru saja datang entah dari mana. Ocha mengandah kearahnya.
"Kalo lo ada waktu, dan mau bantuin boleh kok." Kata Ocha dengan nada yang sedikit ragu ragu.
Ben memberikan cengiran singkatnya, "Bukan begitu pengucapannya. Harusnya lo ngomong Bantuin gue, Ben."
Ocha memutar kedua bola matanya, "Terlalu sok manis."
"Mana yang gak bisa?" Tanya Ben menarik sebuah bangku disamping Ocha. Sedangkan gadis itu menunjuk sebuah nomer yang menurutnya sangat susah.
"Ini gampang banget. Masa lo gak bisa." Ucap Ben dengan nada meremehkan. Ocha hanya mengangkat salah satu alisnya, bingung.
"Emang lo ngerti?" Tanya Ocha penasaran.
Ben mengeleng, "Nggak."
"Nyesel gue ngomong sama lo. Mending gue tanya yang lain." Kata Ocha bangkit berdiri dari tempatnya saat ini. Ocha berjalan menuju sekumpulan anak anak kelasnya yang sedang membahas soal tersebut bersama sama.
"BENTOL, BENJOL, BENTEN, BENTONG, BENDONG, BEN BEN BEN!!!" Teriak Ocha dari tempatnya saat ini, bagi sebagian teman kelasnya itu adalah hal yang biasa namun tidak bagi Ben. Ben langsung saja menutup kedua telinganya erat erat.
"Ada apa madam?" Tanya Ben siap siaga ketika melihat Ocha sudah berdiri disampingnya.
"Gue udah tau caranya. Jadi gini." Ocha mengambil tempat pensilnya yang berada di Loker mejanya, sebelum itu ia melihat sebuah sticky note berwarna biru yang sering kali ia lihat selama ini.
Gue naksir lo. Begitulah tulisannya.
"Dangdut banget kali yang nulis ini." Ocha kembali meremas sticky note tersebut lalu membuangnya kesembarang tempat dibelakangnya. Tanpa menghiraukan ekspresi Ben yang terlihat terkejut.
"Itu dari siapa?" Tanya Ben sedikit gugup.
Ocha melirik kearahnya, setelah ia mengambil pensil dari dalam tempat pensilnya yang berwarna navy dan menaruh tempat pensil itu kembali Ocha melanjutkan acara mengerjakan tugasnya.
"Gatau." Balas Ocha singkat.
"Gue kok tiba tiba ngerasa kasihan sama Calon suami lo nantinya." Ucap Ben tiba tiba yang membuat Ocha menghentikan aktivitasnya.
"Napa?"
"Bakal dijudesin abis abisan sama kucing garong sama lo." Jawab Ben santai.
"Yang penting calon suami gue nantinya gak bakalan kayak lo!" Tukas Ocha melanjutkan acara menulisnya.
"Kalo suami lo kayak gue gimana?" Tiba tiba suara Ben kembali terdengar berisik di telinga Ocha.
"Gue cari suami yang lain." Katanya cuek.
"Kalo tetep dapet yang modelnya kayak gue gimana?" Tanya Ben lagi. Yang membuat Ocha berdecak sebal.
"Gue mending gak nikah, daftar jadi biarawati." Jawabnya setengah jujur.
"Bagus dong, biar lo tobat." Kata Ben terkekeh pelan.
"Kerjain!"
"Iya iya." Ben mengangguk pasrah, namun tangannya engan menyalin apa yang ditulis Ocha di buku tulis milik cewek itu.
"Kok diem aja?!" Protes Ocha ketika tugasnya sudah selesai semua.
"Karena lo belom ngasih contekan ke gue. Sini bukunya." Kata Ben asal.
'Ngerjain kagak nyontek nomer satu.' Batin Ocha sebal.
Ben memang selalu begitu, mengerjakan tugas selalu malas tapi saat ulangan rangkingnya selalu saja diatas Ocha. Ocha menduga duga kalau Ben menyontek disela sela pengawasan sekolahan mereka yang sangat sangat ketat.
"Cha, Nomer sepuluh udah?" Sebuah suara bass milik Alvero terdengar merdu di telinga Ocha, dengan sekuat tenaga Ocha langsung merebut paksa buku tulisnya yang sedang dilihat Ben untuk menyalin pekerjaannya.
Ocha menyodorkan sebuah buku tulis bersampul merah kearah Alvero, cowok itu menerima buku tersebut sambil menyungingkan senyuman yang membuat Ocha berdecak kagum.
"Jadi lo lebih milih Alvero dibanding gue?" Ben sok dramatis, dihadiahi tatapan maut khas Ocha.
"Emang lo siapa gue?"
"Emang Alvero siapa lo?"
"Nih Ben, gue udah selesai mau liat gak?" Tanya Airin yang tiba tiba sudah berada disamping Ben menyodorkan sebuah buku tulis miliknya.
"Gak usah gue mau ngerjain sendiri aja." Kata Ben bangkit berdiri dari tempatnya saat ini, berjalan menuju tempat duduknya lalu mengerjakan soal yang belum ia kerjakan.
"Ben pembohong laknat!" Gumam Ocha kesal.
-WEDDING?-
New York,
"Bagaimana tentang rencana perjodohan kedua anak kita Mr Edward?" Seorang Pria berjas warna hitam mulai menenguk sebuah Wine yang sudah tertuang di dalam Gelas kaca yang disediakan tampak pria didepannya, Edward yang tersenyum penuh arti kearah Robert.
"Bagaimana kalau kita percepat?" Usul Edward cepat dihadiahi anggukan dari Robert.
Mereka berdua tertawa renyah, sambil membicarakan masa depan kedua perusahaan mereka dan juga pernikahan kedua anak mereka.
Tbc-
Revised
Xoxo,Ocha♥
25 feb 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding? (REVISI)
RomanceKetika Cinta, Keluarga dan mimpi berada dalam sebuah pilihan yang sulit Sebenarnya apa itu cinta? Kalau tujuannya hanya membuat jera? -Ocha Aku gasuka debat. Aku sukanya kamu, jadi tolong jangan diperdebatkan. Dan jangan memaksaku untuk berhenti me...