*****
Bawa aku terbang ke atas awan, peganglah tanganku erat erat, jangan tinggalkan aku tolong.
-Ocha.
*******
Happy Reading♥Aku kembali mengucek kedua mataku kasar. Penerbangan kali ini yang berdurasi sangat lama membuatku bosan disini. Aku tak pernah terbang ke Amerika, itu sebabnya aku sedikit terkejut dengan waktu terbangnya. Berbeda dengan Dokter Vega yang memilih tidur sepanjang perjalanan.
Aku juga sempat melihat sosok Camila yang sedari tadi mondar mandir melayani para penumpang kelas Bisnis.
Entah aku harus apa sekarang.
Dengan gerakan super malasku, aku memutuskan untuk pergi ke kamar kecil yang berada disebelah utara bangkuku. Aku kebanyakan minum air, dan itu membuatku ingin pergi kesana.
Aku mendadak pusing. Ayolah, apakah aku harus merenungkan tujuanku untuk pergi kekamar kecil?
Dengan segenap kekuatan super yang kumiliki, aku mempercepat laju jalanku dan segera menyudahi tujuanku.
Setelah aku rasa semua kewajibanku terpenuhi di kamar mandi, kuputuskan untuk kembali ke tempat dudukku. Namun aku malah disunguhi pemandangan seseorang yang tak mau kulihat.
Aku diam, dia diam. Dia tersenyum, aku diam. Diam, diam, diam, seperti bermain Manequin Challange yang ku mainkan sewaktu jaman Sma. Namun kurasa ini Manequin Challange sesungguhnya.
Aku berjalan mundur kebelakang, persetan dengan aku menabrak tirai penutup lorong kecil itu. Aku ingin pulang sekarang!
Dengan gestur yang sangat lambat, Aku memutar tubuhku dan berjalan kembali ke tempat dudukku.
Setelah aku mendudukan diriku diatas kursiku, aku yang awalnya tidak mengantuk sama sekali menjadi sangat sangat mengantuk. Semenit kemudian aku tak sadar sudah tertidur pulas dikursiku yang mendadak nyaman.
-WEDDING?-
"Ocha, berhentilah seperti itu! Ada apa kau ini?" Ucap Dokter Vega sambil berbisik kearahku, yang kujawab dengan angkatan kedua bahuku.
"C'mon Ve, Aku sudah lelah ingin beristirahat di Hotel." Jawabku dengan guratan guratan lelah.
Dia menatapku curiga.
"Ada apa?!" Kataku sedikit ketus. Dia tertawa terbahak bahak.
Aku tambah memutar kedua bola mataku kesal dengannya. Saat ini kami berdua sudah memasuki Taipel itu tandanya masih ada satu Negara Transit lagi yang harus kami lewati.
Aku bosan untuk bertransit ria selama Tiga puluh jam nonstop, menghirup udara yang sama dengan Ben karena dia berkerja di pesawat yang sedang aku naiki. Membosankan.
"
Cari makanan yuk!" Ajak Dokter Vega sambil menarik koper hitamnya mendahuluiku. Aku tersenyum samar, sejak tadi perutku sudah meronta ronta ingin makan.
Aku berjalan dengan langkah semangat kearah sebuah restoran Jepang yang terletak tak jauh dari tempat kami. Sepertinya saat aku makan bareng dengan Dokter Vega, aku menjadi penggila Dimsum sepertinya.
Saat ini aku sudah mendudukan diriku diatas tempat duduk yang terletak di dekat jendela besar Restoran yang langsung menghadap jalan khusus pesawat itu.
Aku cukup antusias untuk duduk ditempat ini karena disunguhi pemandangan yang cukup luar biasa.
"Mau pesan apa?" Tanya Dokter Vega menginterupsiku.
Aku tersenyum kecil, "Samain aja." Kataku.
Dia mengangguk pelan sambil berjalan kearah Kasir untuk memesan dan membayar pesanannya.
Kulirik sekilas, Dokter Vega mendapat antrian yang cukup paling belakang dibanding yang lainnya. Kebetulan sekali didepan Dokter Vega sudah berdirilah Camila dengan pakaian non-formalnya yang sudah ia pakai entah kapan aku tak peduli.
Dokter Vega tersenyum meledek kearahku, dengan ketus aku langsung membuang wajahku kembali memandangi jendela luar.
"Kau lapar?" Sebuah suara misterius mulai mengagetkanku, untung saja jantungku sudah terpasang rapi didalam sini jadi aku tak takut jika jantungku copot.
Aku mengandah kearah asal suara, sedikit menengok keatas karena wajah sang empunya badan kekar nan kokoh ini jauh lebih tinggi diatasku.
"Sok perhatian." Kataku ketus, namun Ben terkekeh pelan. Sesuatu yang jarang ku dengar selama ini.
"Kau marah pada saya?" Tanyanya dengan gaya bicaranya yang biasa. Aku kembali memasang wajah datar, sedatar tembok. Yang dihadiahi senyuman tipis olehnya.
Oh ayolah, aku jika seperti ini terus bisa mati mendadak karena tatapan super lekat dari Ben yang membuat aku gugup setengah mati.
"Pergilah." Usirku sedikit mendorong tubuh kekar Ben namun dia tidak sedikitpun terdorong olehku.
Mungkin faktor posisi kami yang berbeda, aku sedang duduk dikursi sedangkan ia berdiri. Kalau seperti itu aku akan berdiri.
Aku kembali mendorong Ben menjauhi tempatku dengan posisi yang berbeda dari sebelumnya, namun sial tujuanku sia sia karena Ben menarik tubuhku kedalam dekapannya yang hangat. Mengusap rambut serta punggungku dengan lembut, dan saat ini aku merinding.
Aku belum pernah berpacaran, belum pernah mendapatkan perlakuan romantis, dan hanya dengan Ben aku merasakan itu semua.
"Ben lepaskan!" Bisikku kembali mencoba mendorong Ben agar menjauhiku, namun sial dia semakin mempererat pelukannya.
"Ben!" Aku meronta ronta sekali lagi yang memuai hasil. Ia melepaskan pelukan kami berdua sambil tertawa pelan.
"Awas saja kau ini! Akan ku beri pelajaran!" Ancamku dengan wajah, tatapan, suara penuh intimidasi. Namun jawaban darinya adalah.
Ia mengangguk pelan, "Akan saya tunggu." setelah itu ia berjalan kearah dua orang pria lain yang duduk di meja tak jauh dari mejaku sambil memberikan kedipan menjijikan untukku.
BEN SIALAN!
Apakah ia kembali membuat aku terbang lagi?
Kalau seperti itu jangan.
Aku tak siap, aku tak mau, jika setelah ia menerbangkanku jauh diatas sana. Ia kembali meninggalkanku sendirian sampai akhirnya aku terjatuh ke permukaan dengan darah yang mengalir melalui hatiku.Aku belum siap itu.
Aku belum siap jatuh cinta.
Karena jauh cinta sudah satu paket dengan perasaan lain seperti patah hati, kecemasan, keraguan dan ke bohongan.-WEDDING?-
Maafkan aku up nya sangat lambat, aku lagi sibuk sama olshop aku. Hehe.
Follow ya @7sweetyours
Itu nama olshop akuu hehe.
If you like this chapter please vomment.
Dont be a silent readers^^
See you dear.XOXO
Ocha
10 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding? (REVISI)
RomanceKetika Cinta, Keluarga dan mimpi berada dalam sebuah pilihan yang sulit Sebenarnya apa itu cinta? Kalau tujuannya hanya membuat jera? -Ocha Aku gasuka debat. Aku sukanya kamu, jadi tolong jangan diperdebatkan. Dan jangan memaksaku untuk berhenti me...