.
******
Untungnya aku tak kehilanganmu untuk yang kedua kalinya.
-OCHA.
*****Happy Reading♥
Malam itu aku memutuskan untuk kembali kerumah berserta kedua Mertuaku. Saat ini, diriku sangat kacau.Aku masih menatap layar televisi yang menampilkan berita kecelakaan pesawat dan daftar hilangnya korban dengan tak percaya. Seakan jiwaku sekarang sudah pergi meninggalkan ragaku, aku tak bisa berbuat apa apa lagi.
Seluruh anggota keluarga Ben sudah berada dirumah kami, Papa dan Mamaku juga sudah dalam perjalanan saat ini. Aku kacau, sangat kacau.
Aku sangat membenci situasi ini, aku membenci nama Ben terpasang jelas di daftar pencarian korban. Aku benci semuanya aku benci Ben.
Mengapa Ben tega meninggalkan diriku? Mengapa. Tak terasa air mataku jatuh membasahi wajahku, air mata yang selama ini kutahan akhirnya jatuh juga.
Aku membutuhkan Ben, aku akan mengatakan padanya bahwa aku akan berubah menjadi seorang Istri yang baik untuknya.
"Mau teh?" Tanya Mom Elicia sambil membawa secangkir teh hangat, lalu menyerahkan padaku.
"Terimakasih Mom." Ucapku sambil tersenyum ramah.
Dimanakah Ben? Aku sudah menuruti ucapannya untuk mengucapkan Terimakasih pada orang yang membantuku, dimanakah dia. Harusnya ia melihatnya sekarang.
Aku kembali menangis kencang, membuat Mom Elicia kembali berjalan kearahku dan memeluk tubuhku erat.
"Mom, Aku butuh Ben Mom. Berita itu bohong kan?" Mom Elicia kembali memeluk tubuhku erat, aku hanya bisa mengigit bibir bawahku, aku tak ingin menangis lebih kencang lagi saat ini.
Mom mengusap pungungku pelan, "Berdoa aja yuk." Ajak Mom menenangkanku.
Bukannya menjawab aku malah bisa melihat sosok Ben masih mengunakan seragam kebesarannya sedang berdiri diambang pintu ruang Tamu yang sedang kami tempati saat ini. Melihat itu aku tambah menangis sangat sangat kencang.
Aku sepertinya sudah mulai gila melihat bayangan Ben. Oh Tuhan, aku tak mau gila sekarang. Aku tak mau kehilangan Ben juga Tuhan, tolong aku.
"Ben!" Sapa Key tak percaya, namun membuatku menangis dalam pelukan Mom.
"Udah ya sayang jangan menangis lagi, Ben sudah sampai disini." Kata Mom menenangkanku, aku mengangguk lemah sambil melepaskan pelukan kami berdua.
"Diminum dulu Tehnya." Kata Mom sambil mengangkat secangkir teh yang berada di meja kaca depanku, aku mengangguk pelan lalu mengambil cangkir teh yang diberikan Mom dengan gemetaran.
Perlahan aku menyeruput sedikit teh hangat yang rupanya membuat badanku sedikit enakan, lalu menaruh kembali cangkir yang berada digengamanku lalu kembali melihat pemandangan disekitarku. Dimana Ben sedang berpelukan mesra bersama anggota keluarga yang lain, namun tatapannya terfokus kearahku.
Terimakasih Tuhan kau telah mengabulkan doaku.
Seperti tersengat listrik ditubuhku, aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku. Rasanya aku ingin mengeluarkan isi perutku saat ini. Aku beranjak ke Kamar mandi yang berjarak lumayan jauh dari ruang tamu, Dekat Dapur. Aku berjalan dengan langkah gontai sambil memegangi mulutku yang tak bisa kuajak berkompromi.
Kenapakah aku? Aku tak pernah seperti ini sebelumnya?
Saat melihat wastafel, aku langsung menumpahkan semua makanan yang berada di mulutku namun anehnya tak ada satupun yang keluar kecuali cairan bening. Ini aneh sekali.
Aku memutar kran air yang berada di depanku, mencuci mulutku mengunakan air yang menyala lalu membasuh wajahku juga. Saat aku melihat kearah kaca, aku bisa melihat sosok Ben yang menatapku khawatir. Sangat ketara.
"Kau tak apa sayang?" Tanyanya dengan mengunakan kalimat sayang, aku belum pernah mendengar itu seminggu ini. Jantungku berdetak dengan sangat cepatnya. Namun segera ku tepis perasaan bahagia bercampur sedih itu.
Dia kembali berjalan kearahku, meraih wajahku dengan kedua tangan kokohnya. Lalu Ben memeluk tubuhku dengan erat membuatku sesak nafas, aku dengan segera langsung mendorong tubuhnya pelan.
"Ada apa?" Tanyanya bingung campur khawatir.
"Apa kau sudah membuka kotak pemberianku?" Aku balik bertanya padanya. Dia mengeleng pelan.
Aku bisa melihat dia tampak sedang mencari sebuah kotak berwarna biru dongker tepat disaku celananya. Melepas pita emas yang sengaja kupasang lalu membuka kotak kecil tersebut dengan hati hati. Tampilah sebuah Testpack bergaris dua didepannya saat ini. Dia terkejut, memandangku tak percaya namun sedetik kemudian dia memelukku erat namun tak seerat yang pertama.
Dia menatapku tak percaya, sama dengan reaksi pertamaku setelah melihat dua garis yang tertera.
"Ini serius?" Ucapnya dengan mata yang berbinar binar.
Aku mengangguk pelan.
"Terimakasih sayang. Kalian berdua adalah kado terindah untukku." Jawab Ben yang membuat air mataku kembali mengalir. Dia kembali menarikku kedalam dekapannya, kuputuskan untuk menengelamkan wajahku diantara lekukan lehernya.
"Kau jahat, mengapa namamu ada didalam daftar pencarian Orang!" Aku memukul dadanya pelan, dia kembali mengeratkan pelukan kami berdua.
"Maafkan aku, tapi yang masuk kedaftar pencarian orang bukan aku sayang. Aku disini." Sayup sayup aku masih bisa mendengar suaranya.
"Maafkan aku atas pertengkaran kita seminggu yang lalu." Jawabku ragu ragu, menyeka air mata yang semakin turun membasahi wajahku.
Dia tersenyum dari tempatnya saat ini, aku bisa melihat ekspresi bahagiannya ketika aku mengatakan maaf padanya, kenapa dia?
"Kak Ben, Jangan mesra mesraan ditoilet dong. Key mau buang air kecil tau!" Teriak Key mengusir kami berdua, Ben terkekeh pelan dengan pelan ia merangkul tubuhku tak berniat melepaskan tangannya dari tubuhku. Menuntunku keluar dari toilet.
Saat kami keluar toilet aku bisa melihat Mom yang menatap kami khawatir, aku hanya bisa memberikannya senyuman khasku.
"Mom, Ocha punya berita bagus." Kataku ingin berlari kearah Mom Elicia, namun tangan kokoh Ben menahan tubuhku membuat aku mengurungkan niatku.
Aku tersenyum kearah Ben yang sedang menatapku bahagia.
Ternyata kebahagiaanku sedari dulu berada didepan mata, mengapa aku mencari yang lain ya.
-WEDDING?-If you like this story please vomment.
Don't be a silent readers.XOXO,
Ocha
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding? (REVISI)
RomanceKetika Cinta, Keluarga dan mimpi berada dalam sebuah pilihan yang sulit Sebenarnya apa itu cinta? Kalau tujuannya hanya membuat jera? -Ocha Aku gasuka debat. Aku sukanya kamu, jadi tolong jangan diperdebatkan. Dan jangan memaksaku untuk berhenti me...