10 : DIA MANIS :

4.2K 173 2
                                    

.

Happy Reading♥

       Malam nanti, akan ada acara Prom yang diselengarakan teman teman satu angkatanku disebuah Hotel besar yang cukup terkenal, BR Hotel's. Dari namanya aku sudah tahu siapa pemilik hotel tersebut, dia adalah Ben. Itu alasan pertamaku yang membuat aku sangat tidak bersemangat karenanya.

Prom yang diinginkan oleh semua wanita adalah Prom bersama seorang pasangan, namun aku belum punya pasangan dan tak berminat. Aku sudah tak memiliki pujaan hati yang aku dambakan saat ini, karena pujaan hatiku sudah pergi bersama sahabatku.

"Bengong aja kenapa?" Suara hambar milik Ben mulai terdengar ditelingaku. Dengan sigap aku langsung menutup rapat rapat telingaku agar tidak mendengar ucapan berisik cowok itu.

Cowok itu sudah diluar batasnya saat ini, selalu mengikuti dan ingin tahu akan diriku semakin lama. Namun ada untungnya sih, berkatnya aku tak usah kesusahan mencari kendaraan untuk pulang dan uang jajanku tersisa sangat banyak sekali walaupun aku sebenarnya agak risih selalu mendapatkan tatapan tidak suka dari para cewek centil penggemar berat Ben.

Bagiku Ben biasa saja, penampilannya tak bisa menarik perhatianku, hanya perbuatan perbuatan yang selalu mengangguku yang ia berikan kepadaku.

Saat ini aku sedang berada disebuah Butik langanan Mamanya Ben yang menyediakan berbagai macam Dress, rok, baju, Jass hingga Tuxedo. Sebenarnya aku masih memiliki Dress yang masih bagus dan jarang kugunakan. Namun Tante Elicia yang memaksaku untuk membeli pakaian baru untuk Prom nanti, sangat memboroskan.

Aku tak suka boros, itu sebabnya aku menyukai duit. Kalau tak ada duit, aku tak bisa hidup, karena jaman sekarang hidup perlu duit. Aku selalu belajar berhemat, walaupun berakhir dengan dibelanjakan atau dihilangkan.

"Cobain dulu di fitting room." Ucapan Ben kembali terdengar berisik di telingaku, aku kesal mendengar suara Baritton khasnya.

Aku tak mengubris perkataanya lagi, toh gak akan selesai jika ku jawab dirinya. Lebih baik aku diam dan menurutinya saja, diam bukan berarti kalah, bukan?

Aku memeluk sebuah Dress berwarna hijau toska pilihan Ben, membawanya bersertaku kesebuah ruang ganti yang berada tak jauh dari tempat kami saat ini. Sejak kejadian Satu bulan yang lalu sesudah Perkemahan dan Ujian Nasional berakhir, hubunganku dan Airin sedikit membaik walaupun menjadi tak seperti dahulu. Semua karena Ben, walaupun dia sedikit gak waras tapi kalimat bijaknya sangat aku kagumi.

Aku mematut kecermin depanku, Saat ini aku sudah berbalutkan Dress pilihan Ben. Sedikit memutar tubuhku untuk melihat penampilanku.

Sempurna! Aku suka Dress yang berpotongan tak terlalu pendek tak terlalu panjang, sangat nyaman ditubuhku. Aku kembali merapikan pakaian awalku, lalu membawanya keluar untuk memamerkan penampilanku pada Ben.

Aku keluar dengan raut wajah yang sedikit ragu, namun kemudian aku bisa melihat Ben sudah memakai setelan jas berwarna abu abu yang berbeda dengan pilihan awalnya. Dia tampak tak mengedipkan matanya melihat penampilanku, mungkin terkesima? Entahlah.

"Yuk, ke salon." Kata Ben mengajakku. Aku hanya mengangguk pelan sambil menaruh pakaian awalku kedalam Paper Bag pemberian salah satu karyawan disini.

Aku berjalan mengekori Ben yang berdiri didepanku, aku harus berhati hati, karena aku saat ini mengunakan Heels berwarna putih kebetulan sekali.

"Kau itu Calon istriku, bukan Body Guardku!" Protesnya sambil mengandah kearahku, aku tersenyum cangung kearahnya sambil berjalan mempercepat langkahku kearahnya.

Kemudian saat aku sudah berada tepat disebelahnya dia mulai melingkarkan salah satu  tangan kokohnya diatas pundakku. Aku terkejut.

"Ayo jalan." Katanya.

  -Wedding?-

      Pukul tujuh tepat, aku dan Ben telah sampai di Ballroom hotel BR, aku juga sudah mengunakan Make up.

Saat ini aku sedang menikmati hidangan Cupcake yang terpampang jelas di hadapanku saat ini. Sedangkan Ben yang menjadi pasangan Promku saat ini sedang bergulat bersama temannya di sisi lain Ballroom.

"Sendirian Cha?" Tanya seorang Cowok yang tak kukenali. Aku hanya mengangguk saja karena mulutku sudah penuh terisi Cupcake strawberri yang sedang kumakan.

"Mau ditemenin?" Tanyanya lagi. Ketika aku mau menjawab pertanyaannya sebuah suara tepat disampingku mulai terdengar mengejutkan.

"Tidak usah, sana pergi." Kata Ben secara tiba tiba. Aku tersedak.

Dengan cepat Ben langsung mengambil salah satu Cangkir berisi minuman dingin yang dibawa oleh para Maids, lalu menyodorkannya kepadaku.

Aku tanpa berpikir panjang langsung meneguk minuman itu sampai habis kemudian menyerahkan Cangkir tersebut kearah Ben yang sedang menatapku lekat.

"Dimana cowok itu?" tanyaku sambil melirik kearah Cowok tadi yang sempat berbicara padaku, namun jawaban yang diberikan oleh Ben adalah sebuah jawaban tak berkaidah sama sekali. Ia mengangkat bahunya acuh.

"Mau berdansa? Bentar lagi saatnya dansa." Tanya Ben menarik tanganku kearah tengah sisi Ballroom.

Saat kami berdua sudah sampai ditengah Ballroom, Ben dengan segera menepuk kedua tangannya bersamaan dengan musik klasik yang terputar sangat merdu.

"Ikuti irama gue." Ucapnya mengulurkan tangan Kanannya. Aku hanya membalasnya dengan ragu ragu, aku takut.

Ben melingkarkan kedua tangannya tepat di pinggangku, sebelum itu kedua tangannya membantuku untuk melingkarkannya diatas pundaknya. Dia mulai menari mengikuti irama namun aku hanya bisa menginjak kakinya.

"Lo gak romantis sama sekali." Bisiknya tepat didepan telingaku.

Aku merinding, tubuhku mengetar dan menegang. Aku mendadak menjadi batu.

-WEDDING?-
If you like this chapter please Vomment.
Dont be a silent readers!

XOXO

Ocha♥
Cilegon, 1 Maret 2018

Wedding? (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang