*****
Hanya ada satu pria, dalam hati seorang wanita cuek dan batu sepertiku.
-Ocha.
******Happy Reading♥
Aku, kembali bergulat dengan Dapur rumah kecil yang aku tinggali saat ini. Dirumah ini suasananya tenang, rumah yang kutinggali sekitar satu tahun yang lalu.
Berhubung Ben ingin sarapan denganku, aku bangun pagi pagi untuk membuatkan makanan untuk kami berdua.
Tak ada asisten rumah tangga, tak ada koki hebat yang memasakan hidangan, dan tak ada semua tokoh tokoh lainnya dirumah ini kecuali aku, tak seperti di Mansion keluargaku.
Saat ini aku sedang membuat sebuah hidangan penutup, Sosis bakar. Aku membeli bahan bahan makanannya kemarin malam di Supermarket yang berjarak 100 meter dari tempat tinggalku.
Aku menatap masakan masakan buatanku dengan puas, Dua piring Nasi Goreng Seafood, empat buah Roti panggang yang tak jadi, serta Sosis bakar yang sedang aku goreng.
Sejak aku memutuskan untuk keluar dari Mansion, Aku jadi suka meng- Utak Atik dapur Kost-anku dulu. Aku memang sempat tinggal di sebuah Kost an semasa kuliah. Beruntungnya aku mendapatkan seorang Ibu Kost yang sangat baik sekali padaku melebihi Ibu Kost yang lain.
Aku mematikan kompor gas elektrik yang berada didapurku, mengangkat dua buah Sosis bakar buatanku yang tak lupa ku tambahi Saos sambal dan juga Mayones. Kuharap Ben senang.
Susu hangat!
Aku baru ingat.
Dengan kecepatan dibawah rata rata yang aku miliki, aku langsung mengambil sebuah susu cair dalam kemasan yang efesien menurutku. Kemudian menuangkannya kedalam dua Gelas Kaca berwarna putih dan menyeduhnya.
Finaly! Aku bertepuk tangan senang. Semoga Ben menyukai hidangan yang aku buat ini dan kuharap ia akan memaafkanku walau aku secara tak langsung tidak mengatakan maaf padanya.
Ting.... Tongggg.....
Aku tersenyum simpul saat melihat sosok Ben dari balik pintu rumahku, dengan cepat aku langsung ngacir untuk mempersilahkannya masuk.
Dia sangat sopan sekali, padahal pintu rumahku terbuka namun dia tidak mau masuk sebelum dipersilahkan.
Kakiku sudah lebih baik dari sebelumnya, semua berkat Karin yang datang kerumahku malam malam sekali dan membawa tukang urut langanannya. Romantis sekali.
"Duduklah." Kataku sambil menata masakan yang baru saja kubuat dari kitchen set kearah meja makan kecil yang kumiliki.
"Terimakasih ya." Ucapnya sambil tersenyum kaku. Aku cukup senang.
"Kau tak berkerja Ben?" Tanyaku. Tampak dia sedang melirikku melalui ekor matanya sekilas.
"Besok saya akan kembali bekerja." Jawabnya.
Aku tersenyum lebar kearahnya yang sedang menenguk air putih yang kusiapkan diatas meja, "Sebenarnya kamu bekerja apa?"
Dia tersedak, dengan kekuatan super aku langsung membantunya agar tidak tersedak lagi.
"Saya membawa jiwa banyak orang." Katanya ambigu sekali. Aku lagi lagi berpikir keras, mencari jawaban yang tepat dari Clue yang diberikan oleh Ben kepadaku.
"Supir Bus?" tanyaku pelan. Namun dia tertawa kencang.
"Mengapa kamu tertawa sih Ben?" tanyaku bingung. Dia tampak menahan tawanya.
Dia mencubit pelan pipiku yang berada didepannya, lalu berkata. "Tebaklah. Saya akan tunggu jawabanmu."
"Kau tahu kan, aku paling payah dalam urusan tebak menebak. Lebih baik kamu beritahuku apa pekerjaanmu sebenarnya." Kulihat ukiran senyum Ben tak memudar, malah justru menambah. Membuatku jadi penasaran dibuatnya.
"Bersiaplah kita akan fitting baju pernikahan." Ucap Ben yang membuat mataku membulat sempurna.
Pernikahan? Sebentar lagi aku akan menikah? Oh my god, aku bener bener belum siap sama sekali.
Namun menikah saat ini lebih baik ketimbang lima tahun yang lalu. Jika aku menikah dengan Ben pada usia tujuh belas tahun, entah akan jadi apa aku. Anakku mungkin akan ku beri makan batu batuan mengingat aku lima tahun yang lalu belum bisa memasak makanan apapun.
"Mengapa tidak dimakan?" tanyanya khawatir.
Dia selalu saja khawatir jika aku mendadak bengong disaat makan, ia mungkin tak tahu bengong adalah kebiasaanku selama ini.
Tak mau ambil pusing, aku langsung melahap habis sarapan yang kubuat. Dan bersiap siap untuk Fitting baju pernikahan kami berdua.
I hope I Ready.
-WEDDING?-
Siang ini, aku dan Ben telah sampai disebuah Butik yang menyediakan pakaian pengantin yang terletak di Jakarta Pusat. Setelah sampai, kami berdua langsung ditarik masuk untuk mencoba pakaian pakaian yang dijual di Butik besar ini.
Mulai dari Gaun berpotongan pendek dan seksi, sampai Gaun Elegant namun sangat panjang dan berekor. Aku membanyangkan apakah aku bisa memakainya atau tidak mengingat ekor Gaun tersebut yang sangat panjang.
Pilihanku jatuh pada sebuah Gaun- yang mungkin lebih cocok dipakai saat acara penting, namun aku tak peduli. Aku jatuh cinta pada modelnya yang sangat bagus, warna abu abu seperti kesukaanku, bermodel sabrina dan tidak terlalu panjang. Aku sangat menyukainya sampai sampai aku refleks menepuk kedua tanganku puas.
Aku bisa mendengar kekehan Ben dan juga para penjaga butik lainnya yang melihat aksiku. Memang mengapa? Toh aku tak menganggu mereka, Gaun yang menjadi incaranku ini juga sangat bagus.
"Kamu menyukainya?" Tanya Ben pelan tepat disampingku. Aku nyaris latah, karena terkejut.
"Ya, aku menyukainya." Kataku tak berbohong. Aku melanjutkan perjalananku mencari Gaun gaun yang lainnya, siapa tahu ada banyak Gaun lain yang menarik perhatianku juga.
"Pilihlah yang lain, saya akan pergi sebentar." Ucap Ben yang membuat aku mengandah dari Gaun gaun yang awalnya menarik perhatianku kearahnya.
"Kemana?" Tanyaku sedikit penasaran, lalu bisa kulihat sosoknya yang terkekeh pelan dari ujung mataku.
"Saya ingin mencoba Tuxedo, kamu mau ikut?"
Aku menggeleng cepat, dia memang sangat sangat menggodaku!
-Wedding?-
Gak betah gak update sehari, tiba tiba aku nge imajinasiin sosok Ben kayak Kang Daniel:)
Okay!
If you like this story please vomment
Dont be silent readers^^XOXO
Ocha
6 Maret 2018♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding? (REVISI)
RomanceKetika Cinta, Keluarga dan mimpi berada dalam sebuah pilihan yang sulit Sebenarnya apa itu cinta? Kalau tujuannya hanya membuat jera? -Ocha Aku gasuka debat. Aku sukanya kamu, jadi tolong jangan diperdebatkan. Dan jangan memaksaku untuk berhenti me...