Happy Reading✔Bel istirahat telah berbunyi lima detik yang lalu, Ocha masih tetap dikelasnya. Kembali berkutik dengan tugas kelompoknya yang belum selesai. Sialnya ia selalu satu kelompok dengan Ben, yang bernotaben Musuh abadinya yang tak membantunya sama sekali.
Dimanakah Ben?
Jangan ditanya lagi, Cowok tinggi itu pasti sudah ngicir ke lapangan sekolah untuk bermain Basket. Dia adalah ketua eksul Basket yang selalu mengunakan jam kosongnya untuk bermain Basket bersama teman temannya.
"Cha, kantin gak?" Tanya Clara yang sudah datang mengunjungi kelas Ocha. Ocha mengeleng pelan kearahnya.
"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul." Katanya yang masih asik membolak balikan buku paket Biologi miliknya.
"Okey, jangan lupa makan ya tapi." Kata Clara berjalan pergi bersama Airin yang lebih cenderung diam.
"Rangkuman bab lima sudah, bab enam sudah. Tinggal buat soal plus jawabannya." Guman Ocha sambil mengetuk etukan Bolpointnya diatas meja.
Dengan cepat, Ocha mulai menuliskan kalimat demi kalimat didalam buku catatannya, ia sedang sangat sibuk saat ini. Walaupun perutnya sudah berorkesta meminta diisi, Ocha tak menghiraukannya. Ia ingin tugas Biologinya cepat selesai.
Butuh waktu dua puluh lima menit untuknya menyelesaikan tugas membuat soal dan jawabannya, itu tandanya lima menit lagi bel masuk akan berbunyi, sedangkan jika ia pergi ke kantin saat ini tak akan sempat.
Namun ia sangat lapar sekali.
"Makan dulu." Kata Ben sambil menyodorkan sebuah kantung plastik berwarna hitam kearah Ocha. Ocha meliriknya sekilas.
"Gak, gue takut lo naroh racun tikus dimakanannya." Ucap Ocha yang sinisnya minta ampun. Ben mengeleng sambil menaruh bungkusan plastik yang tadi ia beli diatas meja Ocha.
"Gue takut lo mati." Jawab Ben cuek. Dengan segera cowok itu langsung memasukan kedua tangan kokohnya kedalam saku celana seragamnya. Berjalan meninggalkan Ocha yang akhirnya terpaksa memakan nasi goreng pemberian Ben.
Ben berjalan kearah kelas Kevin yang berada tak jauh dari kelasnya. Kevin satu kelas dengan Karin dan juga Clara di XII- 3. Tampak banyak tatapan kagum yang diberikan para gadis gadis dikelas itu.
"Kev." Panggil Ben dengan nada kesalnya melihat Kevin yang sedang berpdkt ria dengan Karin.
"Ikut gue sebentar." Lanjutnya lagi yang membuat Kevin menghentikan aktivitasnya sejenak. Kevin mau tak mau akhirnya mengikuti langkah kaki Ben.
"Ada apa?" Ketika Kevin dan Ben sudah sampai didepan pintu luar Kelas Kevin.
"Gue bakal dijodohin." Kata Ben dengan ekspresinya yang tak bisa ditebak.
"Sama siapa? Naksir sama Ocha aja ditolak apalagi sama calon istri lo. Ganteng ganteng tapi sering ditolak sama gebetannya yang mirip macan." Tukas Kevin yang sukses mendapat pelototan tajam dari Ben.
"Gue bakal nikah sama macan yang lo bilang. Tapi, doain gue ya. Gak bakal lancar soalnya kalo lo gak doain." Candanya.
"Gue selalu doain kok, biar lo gak ditolak lagi sama dia. Sukses Bro!" Katanya yang mendapat tatapan membunuh dari sahabatnya yang sedang ikut ikutan sensitif seperti Ocha.
"Dua duanya pasangan Macan, jadi takut gue." Gumam Kevin pelan.
-WEDDING-
Suara motor sport yang dikendarai oleh Ben terdengar sangat berisik untuk seorang Ocha yang sedang berjalan ke Halte sekolahnya yang berada sedikit jauh dari tempatnya saat ini.
Tak bisa dipungkiri, Ocha ingin memukul Ben dengan buku rumus Kimia-Fisika dan Biologi yang dijadikan satu untuk saat ini. Ia tahu Ben sengaja memelankan motornya untuk menghinanya lebih dalam.
"Mau ikut gak?" Tanya Ben membuka kaca Helm Full Facenya. Ocha meliriknya sekilas, tak berminat.
Ocha tetap saja berjalan meningalkan Ben yang mematung ditempatnya, baginya mencari kedamaian tanpa Ben adalah sebuah jalan satu satunya.
"Lo mau naik apa?" Tanya Ben yang sudah berada disampingnya saat ini. Motornya sudah ia matikan, ia berjalan menuntun motornya mengunakan kakinya dalam posisi duduk diatas motor.
"Diem gak lo!" Ancam Ocha yang sudah muak dengan sikap menyebalkan Ben.
"Gue gak bakal berhenti ngikutin lo, sampe lo naik ke motor gue." Katanya.
Ocha lagi lagi mendengus sebal, "Sori gak minat." Jawabnya singkat. Melanjutkan perjalanannya.
"Mobil jemputan lo dimana?" Tanya Ben lagi masih dengan posisi berjalan yang sama.
"Sori, bukan urusan lo." Jawabnya tak kalah singkat.
"Tapi gue gak bisa ngebiarin Cewek secantik lo jalan kaki, ini panas lho." Katanya Modus. Namun sayangnya perkataannya tak di gubris oleh Ocha.
Ocha tetap berjalan meningalkan Ben dengan langkah cepat, menuju salah satu halte. Saat cewek itu melihat sebuah Taksi yang berjalan kearahnya dengan cepat ia mengulurkan tangannya, untuk memberhentikan taksi tersebut. Namun sayangnya ia tak kalah cepat dengan lambaian Ben dari jauh yang menyuruh Taksi itu berlalu menghiraukan Ocha.
"Naik!" Katanya.
"Gak."
"Naik. Atau mau gue naikin!?" Ancam Ben yang membuat Ocha akhirnya terpaksa menuruti permintaan Cowok gila itu.
Ocha tau arti perkataan Ben, dari pada cowok itu yang mengendong tubuhnya menaiki Motor besar milik Ben, mendingan dirinya saja menaiki motor nya sendiri.
"Sampai gue dapet taksi. Deal?" Kata Ocha setelah berhasil naik ke motor Ben. Dari arah depan Ben menyodorkan sebuah helm bogo berwarna hitam senada dengan miliknya. Lagi lagi Ocha menerimanya dengan sangat terpaksa dan memakainya.
"Pegangan." Katanya, Ocha mengeleng cepat. Kedua tangannya memegang ujung tas hitam milik Ben kuat kuat.
-WEDDING?-
Hai semua, jadi aku mau bilang kalau alur di Wedding? Sama di Dearest You bakalan sama sama lama. Gak secepet di Wedding versi lama yang ngebut banget buatnya. Karena cinta itu butuh proses dan gak instan 😋.
Jadi kalo kamu suka dengan cerita ini Vomment ya.
Jangan jadi silent readers hehe.
See you dear-XOXO
OCHA♥
25 Feb 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding? (REVISI)
RomanceKetika Cinta, Keluarga dan mimpi berada dalam sebuah pilihan yang sulit Sebenarnya apa itu cinta? Kalau tujuannya hanya membuat jera? -Ocha Aku gasuka debat. Aku sukanya kamu, jadi tolong jangan diperdebatkan. Dan jangan memaksaku untuk berhenti me...