20 : NEVER GIVE UP :

3.2K 113 3
                                    

*****
Diam adalah cara terbaik, disaat sudah merasa dikecewakan untuk kesekian kalinya.
-BEN
********

Happy Reading♥

"kau cemburu?"

Aku memandang lekat sosok pria yang berada didepanku, Ben yang selalu menekuk wajahnya hari ini mampu membuat aku menebak bahwa dirinya sedang Bad Mood.

Dia terdiam hanya menatapku sekilas lalu tatapannya kembali beralih pada Layar Ponselnya yang berlogo Apel kegigit. Walaupun mereknya sama denganku, miliknya jauh lebih mahal dibandingkan milikku.

"Kenapa kamu diem aja sih?" Aku kesal dengan perlakuan pria ini. Seandainya aku bisa berjalan saat ini, aku pasti sudah meninggalkannya kesuatu tempat.

"Diam adalah sebuah cara disaat saya gak bisa jawab pertanyaan kamu." Ucapnya yang membuat aku mengangguk mengerti.

"Lalu, jawabanmu iya atau tidak." Tanyaku sekali lagi, dia menatapku sekilas. Menyakitkan.

"Kalau saya cemburu, apakah kamu akan memberi saya penjelasan?" Katanya. Aku tersenyum menang. Saat ini aku dan dirinya duduk depan depanan diatas karpet berbulu kesayanganku. Saat ini kami berdua sedang berada diruang Tv yang sengaja kudesain agar bisa menjadi ruang tamu sekaligus.

Aku terkekeh pelan, "Aku malah akan memberimu hadiah." Jawabku.

Dia tampak menimbang nimbang tawaranku, namun ia seakan tak percaya denganku. "Coba kamu buktikan."

"Kamu tutup mata." Ucapku sambil menyungingkan sebuah senyuman yang mirip seperti senyuman setan.

Dia dengan ogah ogahan menutup matanya, bersamaan denganku yang mengesot dari tempatku ke tempatnya. Mencondongkan tubuhku kearah wajahnya, aku ingin memberinya sebuah kecupan di pipinya.

Namun pada saat aku ingin mengecup pipinya, wajahnya dengan cepat mengandah kearahku. Alhasil aku dan ia berciuman.

Aku lihat ia masih menutup kedua matanya, entah aku harus apa. Apakah aku juga harus menutup mata atau malah melotot kubingung. Dengan cepat aku mendorong badan Ben kencang kencang menjauhkan tubuhnya dan wajahnya dari dekatku namun sial, tangan kokohnya kembali menarikku untuk menciumnya.

"Ben,, lepass hmmfff..."

Ben tersenyum puas, kemudian menghentikan ciuman kami berdua. "Maafkan saya haha."

"Kau minta maaf tapi sambil tertawa. Kalau begitu aku tak ingin memaafkannya." Aku mengerucutkan bibirku, persis bebek yang sedang kecebur.

Dia tertawa kencang, "Saya cemburu. Tolong jangan dekat dekat dengan cowok itu lagi." Katanya yang membuat aku mengangguk mengerti.

-WEDDING?-

"Saya mau menjemput Cairo dan si Kembar." Kata Ben sambil meraih kunci mobilnya yang berada diatas Sofa berwarna peach kesayanganku. Aku mengangguk dan tetap memfokuskan diri pada Drama korea yang sedang ku tonton.

"Baiklah."

1.

2.

3.

Tak ada jawaban lagi dari Ben, aku yang penasaran hanya bisa mengalihkan pandanganku keseluruh penjuru rumah. Tak ada siapapun disini kecuali aku, tandanya Ben sudah terlebih dahulu pergi.

Aku memiliki dua orang adik, mereka kembar tidak identik. Meraka adalah Gio dan Axzeria. Wajah mereka hampir hampir mirip denganku. Malahan wajah Axzeria sangat mirip denganku, ya walaupun terkadang aku tak suka jika ada orang yang memiliki wajah yang mirip denganku.

Cairo adalah adiknya Ben, wajahnya sungguh berbeda. Aku jadi tak yakin kalau mereka saudara kandung. Terlebih sosok Cairo yang terkenal ketus, pendiam dan lebih menyukai Video Game. Berbanding terbalik dengan sosok Ben yang dahulu.

Ah, mengapa aku sedari tadi tak bisa fokus pada Drama yang sedang ku tonton sih? Mengapa aku selalu membayangkan kejadian tadi disaat Ben menciumku. Entah siapa yang memulainya yang jelas niat awalku bukan itu.

Drtttt....

Ponselku yang sedang kugunakan untuk menonton Drama bergetar, membuat aku cepat cepat untuk menjawab panggilan tanpa melihat nama yang tertera diatasnya.

"Hallo."

"Hallo, ini siapa?"

"Aku Satria. Aku ingin bertanya, apakah kau punya waktu luang minggu nanti?"

"Hmm, akan kulihat jadwal dahulu. Ada apa?"

"Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat."

"Oke."

"Tolong kabari aku ya,"

"Untuk?"

"Jadwalmu. Aku sangat berharap banyak."

Belum aku menjawab ucapan Satria yang berada disebrang, ponsekku yang semula berada didepan telingaku sudah menghilang entah dimana. Ini sungguh menakutkan sekali.

Aku dengan ragu ragu mengandah kesekelilingku, aku parnoan -takut ada sosok lain selain diriku saat ini. Dan benar saja ada sosok Ben yang entah sejak kapan ia berada lagi disini.

"Kau kapan kesini?" Tanyaku bingung, bisa kulihat ponselku sudah berada ditangan kokoh Pria itu.

Dia menatapku datar, melayangkan pandangan membunuhnya yang sering kali ia tujukan untukku disaat ia marah atau kecewa. "Ini dari siapa?" Ucapnya dingin.

Aura dingin itu rupanya menyeruak menerobos hatiku yang keras seperti batu, dengan hati hati aku berkata. "Satria, Pria yang tadi."

Dia menaruh ponselku ke sisi yang lain diatas Sofa. Kemudian ia membuang pandangannya menjauhi wajahku yang terduduk di bawah karpet.

"Ben." panggilku namun tak ada jawaban dari Ben. Ia masih tetap mengacuhkan pandangannya.

"Ben!" Ulangku sekali lagi. Dia lagi lagi tak bergeming dari tempatnya saat ini, seperti patung.

"BEN! KAMU KENAPA SIH?" aku menekan kata kata yang baru saja kuucapkan, menahan rasa kesalku pada Ben yang sama sekali enggan menjawab pertanyaanku.

Ben tersenyum kecut kearahku, "Saya pulang dulu." Katanya sambil berjalan pergi meninggalkan rumahku. Namun rasanya masih sama, aku rasa aku menyesal.

-WEDDING?-
If you like this Chapter please Vomment
Dont be a silent Readers.

XOXO

Ocha
3 Maret 2018♥

Wedding? (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang