42 : 42 :

1.1K 39 2
                                    

Happy Reading♥

Kalau ada alat ukur kebahagiaan, pasti tingkat kebahagiaanku saat ini berada di angka paling atas.

Sekarang aku bisa mencintai seseorang dan merasakan dicintai. Memiliki Hubungan kekeluargaan yang baik dan semacamnya.

Aku tidak pernah terpikirkan untuk melabuhkan hatiku pada Ben. Mungkin bagi sebagian orang menilai kisah asmaraku tidak seseru orang lain, garing, penuh dengan masalah tapi ini adalah kisahku.

Aku juga tidak mau memiliki banyak lika liku di hubungan asmaraku sebenarnya. Ku ingin hidup lurus saja, tak ada gangguan. Namun sayangnya, hidup ibaratkan sup, jika tidak ditambahkan sedikit garam pasti akan terasa hambar bukan?

Begitu dengan hatiku saat ini. Aku berharap hatiku bisa luluh dalam waktu sekejap untuk Ben.... Maksudku Mas Ben.

Agak Aneh sebenarnya memangil Ben dengan embel embel Mas, namun ku sudah berjanji padanya untuk memangilnya seperti itu, layaknya pasangan yang lain.

Saat ini, aku sedang tidak bisa tidur didalam pelukan Mas Ben. Kulirik pria itu sudah tidur sejak satu jam yang lalu. Entah mengapa di jam Sepuluh malam yang selalu menjadi jam favoritku untuk tidur, tak bisa membuatku tertidur lelap.

Aku mencoba memejamkan kedua mataku, namun nihil tak ada perubahan malah justru membuatku makin ingin berbuat sesuatu.

Aku mulai menarik kepalaku dari dalam dada bidang Mas Ben, bangun dari acara tidur tiduran yang sebenarnya nggak berkualitas sama sekali.

Aku masih rindu dirinya, namun dia tidur duluan.

Sedikit kesal, lamaa lama tingkat kekesalanku meningkat kalau begini.

Kuputuskan untuk berjalan kearah ruang Keluarga yang berada tepat didepan kamar utama. Oh iya, Kedua orang tuaku akhirnya memutuskan untuk menginap dirumah kami, begitu pula dengan kedua mertuaku. Mereka tidur di kamar atas, sedangkan Si kembar dan adiknya Mas Ben tidur disebelah kamar kami. Untuk Key? Gak usah ditanya, Keponakan Mas Ben yang suka kritik -sepertiku- itu sudah tidur dua jam yang lalu.

Aku mendudukan diriku diatas sofa peach yang menjadi favoritku selama disini. Tanganku asik meraba sisi sebelah ku, mencari keberadaan remote tv. Setelah ketemu, aku mulai menekan tombol power yang tertera.

Sebuah kartun animasi kesayanganku mulai terputar, sejak dahulu aku memang suka Little Ponny, Disney dan sebagainya sampai sekarang. Untungnya Mas Ben memasang tv Parabola seperti ini.

Aku tertawa kecil saat melihat tingkah lucu salah satu kartun kesayanganku. Ku jadi ingat masa masa kecilku yang selalu dimanjakan oleh kedua orang tuaku. Maklum pada masa itu aku dianggap anak semata wayang mereka.

"Sedang apa?" Suara serak khas bangun tidur mulai menganggu konsentrasiku. Aku mengandah kesamping, kulihat sosok suamiku dengan wajah bantalnya berjalan mendekatiku.

"Kamu udah bangun Mas? Gak lanjut tidur lagi?" Tanyaku penasaran. Dia mendudukan tubuhnya tepat disebelahku.

"Aku kaget waktu kamu nggak ada disamping, pas aku cari kemana mana taunya lagi nonton kartun." Katanya dengan nyawa yang belum kekumpul.

Aku tersenyum tipis, jelas aku yang paling segar disini. "Aku nggak bisa tidur Mas." Kataku. Dia mengelus rambutku pelan.

Wedding? (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang