4 : IMPIAN BESAR BEN :

4.7K 202 6
                                    

Jadi di Versi sebelumnya, kalian belum pada tahu kan. Apa keinginan terbesar Ben, kenapa Ocha bisa nerima Ben dan pernikahan mereka Cepet dan gak ada impian sama sekali. Dan di Chapter yang ini aku bakal bongkar Impian Ben hahaha.
Happy Reading♥


    Saat ini, Aku dan Ben sedang berada disebuah kafe yang tak jauh dari Mansion ku. Aku sengaja mengajak Cowok gila itu kemari karena aku sudah tak tahan dengan omong kosong yang Papa bicarakan pada Ben.

"Mau pesan apa." Katanya dengan ekspresinya yang sama sekali tak bisa kutebak. Aku lagi lagi membolak balikan buku menu yang berada diatas meja didepanku.

"Pancake Coklat sama Milkshake strawberi." Ucapku kepada seorang waiters yang melayani kami berdua.

Aku melirik ekspresi waiters perempuan yang bisa kuartikan ia menyukai Ben dalam sekejap. Awalnya aku tahu ia merasa bingung dengan pakaian kami yang sedang saga atau salah gaya, aku juga tak ingin memakai dress ini di Kafe kalau bukan perjodohan gila itu yang menuntutku untuk mengunakannya.

"Spaggeti satu, Lemon tea hangat satu." Jawab Ben menutup buku menu lalu menyerahkan kepada waiters itu. Aku yang baru tersadar akhirnya mengikutinya.

"Jadi, apakah jawabanmu tentang perjodohan ini?" Ucapku berbasa basi.

Dia berdeham pelan, "Aku tak tahu." Jawabnya pelan.

"Mengapa kau tak tahu. Kau bisa terang terangan menolak perjodohan ini. Tolak saja bersamaku." Kataku penuh kepastian.

"Ada sesuatu alasan." Jawabnya cepat.

"Apa itu?" Aku kembali penasaran dengan Cowok yang duduk didepanku.

"Kau tak perlu tahu." Ucapnya dengan tatapan intens kearahku. Jujur, saat ini aku sedikit gugup umm, jika ditatap seperti itu oleh seorang pria.

"Kau tak lagi sedang balas dendam kan?" Aku berbicara dengan hati hati.

Dia menoleh kearah lain, "Tentang apa?" Katanya.

"Tentang hari itu, kau mengantarkanku pulang. Aku bukannya berterimakasih malah memakimu dan juga menginjak kakimu." Jelasku yang membuatnya menganggukkan kepalanya.

Dia tak menjawabku, sialan.

"Kau marah?" Tanyaku pelan sepelan mungkin, sengaja agar Ben tak mendengarnya.


"Aku tak marah karena alasan sepele. Aku hanya bingung entah mengapa kau menjadi berbicara mengunakan Aku-Kamu bukan Gue-Lo. Mungkin kau Umn, terlalu dramatis menyikapi perjodohan ini, atau terbawa suasana?" Sekarang giliran Ben yang menghangatkan suasana.

"Lupakan tentang itu. Aku tak ingin berbicara bahasa gaul itu sekarang." Kataku.

"Jadi apa keinginan terbesarmu?" Tanya Ben kembali menatapku intens.

"Aku ingin sukses, aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku melalui prestasiku. Namun sepertinya perjodohanlah yang membuat mereka berdua bahagia." Jawabku jujur. 

Kulihat Ben mengangguk mengerti, "Lalu apa cita citamu?" Tanyanya kembali.

Aku tersenyum kecut, kembali membayangkan sebuah cita cita yang selama ini ingin ku gapai, namun harus kandas karena perjodohan yang dilakukan oleh kedua Orang tuaku terus menerus untukku. "Aku ingin menjadi dokter. Dokter bedah." Tukasku yang membuat Ben mengangguk mengerti.

Wedding? (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang