"Kamu bilang jangan terluka, tapi baru saja kamu melukaiku."...
Keysa duduk sendirian di taman belakang kelasnya, dia menunggu Shinta dan Ulfa yang sedang membeli makan di kantin. Keysa memandangi kakinya yang masih bengkak, bahkan hari ini dia mengenakan sandal ke sekolah.
Keysa masih kepikiran juga soal Naura, kenapa dia bisa mengira seperti itu. Apa benar yang di bilang Shinta, kemungkinan Ananta salah paham dan menegur Naura. Tapi itu diluar kemungkinan dengan sikap acuh Ananta selama ini. Kalaupun iya, atas dasar apa Ananta bersikap seperti itu.
Srekkk, suara gesekan sepatu dan rumput terdengar mendekatinya. Keysa mengangkat tundukannya dari kakinya itu, dia melihat saat itu juga Ananta sudah berada di sampingnya.
Tanpa kata, dengan ekspresi datar yang tak pernah berubah. Ananta meletakkan sebuah susu cokelat di samping Keysa, di sini pun Keysa masih diam kebingungan.
"Masih sakit?" Kalimat pertama yang keluar dari mahluk dingin ini membuat jantung Keysa kembali aktif.
"Udah mendingan."
"Maaf soal Naura."
Keysa mengangkat satu alisnya, "aku gak pernah bilang kalau Naura.."
"Ya, aku tau. Karena itu maaf, aku salah paham." Potong Ananta yang membuat Keysa cukup kebingungan.
Keysa diam mencerna ucapan Ananta.
"Aku bakal bilang sama Naura soal ini, gak usah kawatir."
"Kenapa kamu mengira aku jatuh karena dia?" Tanya Keysa, Ananta malah tak menjawab, dia mengalihkan pembicaraan.
"Lain kali, jangan terluka lagi." Lanjutnya dan kemudian pergi.
"Ananta!"
"Hm?" Tiba-tiba saja melihat Ananta merespon panggilannya, ini membuat hati Keysa kembali hidup lagi.
"Soal cupcake waktu itu..."
"Aku gak bisa makan itu, jadi aku kasih ke Naura."
"Maaf..." Lirih Keysa membuat Ananta kembali berdiri menghadapnya.
"Aku nggak tau soal alergimu."
Ananta menyincing senyumnya di ujung bibir, ini benar-benar membuat jantung Keysa tidak sehat.
"Kemarin katanya yang paling tau segalanya," ucap Ananta membuat Keysa teringat ucapannya sendiri waktu dibopong Shinta ke kelas kemarin, sepertinya Ananta mendengar ucapannya saat itu.
Keysa kembali menatap punggung yang berjalan menjauh darinya itu, baginya sekarang Ananta tetaplah si beku yang penuh teka-teki. Kalau kata orang, terlalu dingin buat Keysa yang gampang pilek.
...
"Lo pulang bareng Roy?"
"Iya Shin, anaknya maksa."
"Mana sekarang?"
"Masih ngunci gudang olahraga."
"Gue duluan gak papa?"
"Gak papa, Roy bentar lagi juga dateng kok."
"Ya udah lo duduk di sini aja, jangan kemana-mana."
"Iyyaa."
Shinta pulang dulu karena sudah dijemput abangnya, Keysa menunggu Roy di kursi depan ruang kelasnya. Karena jalan juga masih susah, mama Keysa meminta tolong Roy untuk mengantar jemput Keysa.
Saat masih menunggu Roy, tiba-tiba ada Naura dan Ananta melewati Keysa. Keysa menatap mereka diam, sampai akhirnya Naura menghentikan langkahnya di depan Keysa.
Keysa mendongak menatap Naura, dan Ananta yang berdiri di belakangnya. Naura menjulurkan tangannya, seolah ingin bersalaman dengan Keysa.
"Maaf soal kemarin," ucap Naura, dengan canggung Keysa menerima uluran tangan itu.
Tidak menjawab, Keysa hanya tersenyum canggung dengan anggukan kecil. Seperti yang Ananta bilang tadi siang, dia pasti sudah menjelaskan kesalahpahaman ini pada Naura. Meskipun Naura mengatakan itu, masih terlihat jelas dari ekspresi wajahnya kalau dia tidak sungguh-sunguh ingin mengatakannya.
"Gue pulang dulu sama Ananta, semoga kaki lo cepet sembuh," lanjut Naura seolah memamerkan pada Keysa, sedangkan Ananta yang tadi berdiri di belakang Naura dengan wajah datarnya itu mulai melangkah pergi tanpa kata. Dan Naura cepat-cepat mengikuti Ananta, Keysa hanya bisa diam duduk melihat mereka.
"Tadi siang kamu bilang jangan terluka, tapi sekarang kamu malah bikin aku terluka lagi Anant," batin Keysa.
Tiba-tiba sebuah tangan besar menghalangi pandangan Keysa, Keysa segera menoleh dengan sedikit mendongakkan kepalanya. Dasi abu-abu tepat ada di depan wajahnya, dan seseorang sudah tersenyum menatapnya.
"Gak usah di lihatin."
"Lama bangett," omel Keysa saat tau orang itu adalah Roy, Roy hanya tersenyum dan duduk di sampngnya.
"Nih," dia menyodorkan susu cokelat ke arah Keysa.
Keysa tersenyum dan langsung meminum susu kotak yang sedotannya sudah di pasangkan Roy, "Habisin dulu, trus kita pulang."
"Sekarang aja, ini bisa gue minum di mobil."
"Gue masih pingin duduk di sini."
Keysa menatap Roy yang pandangannya lurus ke depan, dia mendekakan wajahnya.
"Lo lagi galau?"
"Kagak," sahut Roy melirikkan matanya menoleh Keysa.
"Ada cewek yang lagi lo suka ya?"
"Nggak."
"Gak usah boong, gue bisa jadi Mak comblang Lo."
"Lo aja deketin Anant gagal."
Keysa cemberut, Roy menyincing senyumnya sambil menoleh Keysa.
"Ya, gue lagi suka sama orang. Tapi dia sukanya ke orang lain."
"Siapa?"
Roy menatap Keysa dengan dalam, "Lo," batin Roy.
"Bodoh, gue ngarang aja lo percaya." seru Roy sambil berdiri.
Roy jongkok di depan Keysa, menyediakan punggung bidangnya di depan Keysa.
"Ngapain?"
"Naik."
"Gak mau."
"Keyy."
"Gue udah bisa jalan Roy, keseleo bukan lumpuh."
"Naik nggak?!"
Keysa bergeser sedikit dan langsung berdiri.
"Auuw!"
"Tuh kan gue bilang apa, sini gue gendong aja."
"Tapi boong, bodoh gue pura-pura aja lo percaya." balas Keysa meniru logat bicara Roy tadi.
...
Hai teman jingga, jangan lupa kasih bintangnya setelah membaca ya ;)Berikan juga komentar kalian, karena itu sangat membantuku.Jangan lupa juga buat follow instagram Jingga di@duniajingga26 buat saling sharing dan akan ada banyak update an terbaru tentang cerita Jingga di sana.
Yang mau desain cover juga bisa yuk, langsung DM IGnya aja ya
Terimakasih sudah membaca, semoga hari kalian menyenangkan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA
Подростковая литератураMungkin akan terbaca membosankan karena aku selalu mengatakan aku mencintainya, tapi memang tak pernah ada rencana di bab manapun untuk mengakhiri perasaan itu. Bab yang isinya penuh dengan dia, tentang bagaimana aku yang selalu menatap punggungnya...