Senyuman Terlangka

1.7K 87 12
                                    


"Keysa!" Roy mendatangi Keysa yang duduk di kursi kelasnya.

"Boni bilang ada yang ngunciin Lo di toilet, Lo baik-baik aja?" Dengan wajah seriusnya Roy menatap Keysa kawatir.

Keysa tersenyum, "nih gue masih idup."

"Key bisa-bisanya Lo becanda."

"Gue baik-baik aja Roy, untung ada Shinta."

"Untung ada Ananta yang bener," sahut Shinta.

"Si kulkas? Maksud Lo?" Roy menatap Shinta menunggu penjelasan.

"Ananta yang nolongin Keysa."

"Udah gue bilang jauhin dia, dia itu pembawa masalah buat Lo Key."

"Roy kurang jelas apa gue ngomong,  justru Anant yang nolongin Keysa," sahut Ulfa di belakang membuat Roy diam sejenak.

"Siapa yang lakuin ini ke Lo? Lo tau orangnya?"

"Kalau Keysa tau juga udah gue hajar." Timpal Shinta.

"Lo bisa diem dulu nggak?" Omel Roy ke arah Shinta.

Roy menatap Keysa lagi, "mulai besok berangkat dan pulang bareng gue, titik gak ada penolakan."

"Royyy tapi-"

"Stttt, onyet nurut."

...


Roy berjalan terburu-buru ke arah kantin, jam istirahat kali ini dia baru saja keluar dari ruangan security. Saat berada di kantin, pandangan Roy kemana-mana seolah sedang mencari seseorang. Pandangannya berhenti di satu titik, tak lepas dari pandangan itu kakinya melangkah cepat tanpa ragu.

"Apa-apa an sih Roy?" Ucap seorang perempuan yang sekarang lengannya di cengkeram oleh Roy.

"Ikut gue sekarang!"

"Ngapain sih, gak mau!"

"Jangan kasar sama cewek," suara berat Ananta tiba-tiba menyahut, saat itu memang Ananta ada di area kantin.

Roy tersenyum sinis, "Lo belain dia? Udah gue duga semua pasti ada hubungannya sama Lo. Dan asal Lo tau, yang Lo belain ini adalah orang yang udah ngunciin Keysa kemarin!"

Ananta terpaku diam dengan sorot mata terkejut, dia langsung menatap ke arah Naura. Mendengar hal itu Naura menghempas cengkraman Roy.

"Maksud Lo apa, jangan asal bicara ya Roy!"

"Kalau gitu sekarang ikut gue, jelaskan semuanya di ruang BK, gue punya buktinya."

"Gue gak mau, orang bukan gue!"

"Ikut gue sekarang!" Tegas Roy.

"Gue gak mau Roy, kalau Lo maksa gue yang bakal laporin Lo ke BK atas kekerasan."

"Ikut gue," tekan Roy lagi dengan tatapan tajamnya.

"Gue bilang gue gak mau, Lo jangan asal nuduh dong!"

"Naura!!!" Sentakan Roy membuat seisi kantin terdiam, semua mata tertuju pada mereka.

"Ananta bukan gueee," rengek Naura sambil menatap Ananta.

"Lo sama Boni yang nolongin Keysa kan, gue tunggu juga kalian di ruang BK sebagai saksi." Ucap Roy yang bicara pada Ananta, lalu dengan paksa Roy menarik Naura ke ruangan BK.

Di ruang BK sudah ada Keysa yang duduk ditemani Shinta, baru saja dia menceritakan semua kejadian yang terjadi padanya. Bahkan mendengar nama Naura membuat perasaan Keysa merinding, dia tidak menyangka perempuan itu nekat melakukan hal semacam ini.

"Siang Bu," tiba-tiba Roy datang, Keysa melihat Naura di samping Roy. Raut wajahnya pucat dan terlihat marah, wanita berkerudung cokelat didepan Keysapun memegang tangan Keysa.

"Kamu keluar dulu ya nak," ucapnya, Keysa mengangguk dan akhirnya keluar bersama Shinta dan Roy.

Saat keluar dari ruangan, mereka berpas-pasan dengan Ananta dan Boni.

"Key, gimana keadaan Lo sekarang?" Tanya Boni yang jelas menunjukkan rasa khawatirnya.

"Gue baik-baik aja."

"Ya udah gue masuk dulu, nanti gue mau bicara sama Lo bisa?"

Keysa mengangguk, Ananta yang ada di samping Boni tak bicara apapun. Mereka berdua pun bergegas masuk, tapi Keysa tiba-tiba menghentikannya.

"Anant,Bon."

Keduanya menoleh.

"Makasi ya udah nolongin," ucap Keysa yang langsung diangguki oleh Boni, dan yang membuat detak jantung Keysa tergoyah adalah ketika Ananta tiba-tiba tersenyum sempurna ke arahnya.

Sejenak senyuman langka itu membuat Keysa terhenyak diam, terasa tiba-tiba kehangatan menjalar di hati Keysa.  Senyuman yang dari dulu dia suka, dari dulu dia kagumi, dari dulu dia harapkan, bahkan sangat ia nanti-natikan, dengan tiba-tiba terlukis sempurna di depannya. Bahkan senyuman itu tercipta memang kepadanya, terlekuk di wajah Ananta dengan sempurna ke arahnya.

Keysa diam, dia menemukan senyuman langka yang dia kira tak akan bisa dia dapatkan.

"

Kalau bener biang keroknya si Naura, gila sih. Gak habis pikir gue." Ucap Ulfa yang menemani Shinta dan Ulfa di taman depan kelasnya.

"Gue juga gak nyangka kenapa cewek kayak dia bisa kepikiran buat lakuin hal itu, secara dia kan wakil ketua OSIS." Tambah Shinta.

"Dari awal sepertinya dia emang gak suka sama gue."

"Bukan gak suka Key, ini jatuhnya dia tuh kek iri sama Lo."

"Apa yang di iriin dari gue, cantikan dia, tenaran dia, pinter juga pinteran dia."

"Lo disakitin masih aja muji, udah jelas Naura iri kalau Lo deket sama Ananta."

"Bukan iri, tapi cemburu." Timpal Shinta lagi.

"Padahal gue sama Anant tidak sedekat itu."

...

ANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang