Setelah makan siang, Keysa mengikuti beberapa lomba keseruan yang diadakan pembina camping. Tapi selama kegiatan berlangsung, perasaan Keysa tidak tenang. Dia teringat lagi perkataan Ananta, kalimat itu terus terngiang menggoyahkan konsentrasinya.
"Key, habis ini lo langsung ke tenda?" Shinta yang bertanya langsung ke arah Keysa yang sedang meneguk air minumnya.
"Kata Pak Rohit sebelum kita berangkat kemarin, dia bilang katanya ada taman bunga sekitar sini. Gue tadi juga udah ijin ke Pak Ridwan buat ke sana sebentar."
"Oke deh kalau gitu, paling gue sama Ulfa cuma 2 atau 3 kali aja nyobanya, lo jangan jauh-jauh dan jangan lama-lama," Balas Shinta yang diangguki oleh Keysa.
Kegiatan penutup hari ini adalah wisata outbond, karena Keysa punya phobia tinggi akhirnya dia memilih untuk tidak ikut. Keysa juga sudah ijin ke pembina kelasnya untuk ke taman yang tidak jauh dari area camping. Keysa harap dia bisa melihat mawar putih di sana.
Keysa juga tidak akan pergi terlalu lama, karena sepertinya cuaca menjelang sore ini sedikit mendung. Sesampainya di taman itupun Keysa hanya duduk-duduk sambil mengamati sekelilingnya. Keysa memejamkan sebentar matanya, dia mengandalkan pendengarannya untuk sekedar memanjakan ketenangan hatinya. Suara burung yang entah jenis apa mulai terdengar sayup, sedikit riuh angin yang seakan berkejaran di sela rerantingan.
Tes...tes, tiba-tiba air mulai menetes di pipinya. Keysa membuka matanya dan menatap langit yang mulai siap mengguyurnya, sebelum terlambat Keysa berdiri dan berencana untuk kembali. Tapi ternyata langit tidak membiarkannya pergi, hujan semakin deras membuat Keysa akhirnya memilih salah satu pohon untuk dijadikan perteduhannya. Dalam pikiranya mungkin sekarang teman-temannya sudah kembali ke tenda, Keysa juga sedikit takut kalau hujan akan lebih deras lagi dari ini.
Keysa mulai merasakan hawa dingin yang menyentuh sel kulitnya, dia memeluk sendiri tubuhnya berharap ada sedikit rasa hangat. Tapi tiba-tiba saja, sebuah payung transparan melindunginya dari guyuran hujan yang mulai deras. Keysa seketika membalikkan badannya, dia ingin tau siapa yang sudah menyusulnya.
"Ananta?"
Betapa terkejutnya dia saat Anantalah yang berdiri memegangi payung untuknya, dengan kemeja flanel kotak-kotak berwarna abu, Ananta menggenggam tangan Keysa tanpa mengatakan apapun. Dia menarik Keysa dan membawanya ke sebuah gazebo kecil di ujung taman, Keysa hanya bisa diam mengikuti langkah Ananta sambil memperhatikan salah satu pundak Ananta yang sudah basah karena payung yang mereka pakai sekarang cukup kecil.
Setelah sampai di gaxebo itu Ananta segera menutup payungnya, dia juga mengusap pundaknya yang basah.
"Kamu ngapain di sini Nant?"
Ananta mulai menatap ke arah Keysa, tanpa menjawab Ananta malah membuka satu persatu kancing kemeja flanelnya. Tentu hal itu membuat Keysa gugup tidak karuan, Keysa memperhatikan satu persatu kancing itu terbuka. Setelah kancing kemeja itu terbuka, terlihat dia mengenakan kaos hitam berlengan pendek di dalamnya. Ananta melepas kemejanya yang sedikit basah di area pundak kirinya, dia mengebaskan beberapa kali kemeja itu dan mengenakannya untuk Keysa.
Keysa yang diam mematung hanya bisa berdiri kikuk, kini kemeja flanel abu itu terpasang nyaman di pundaknya. Keysa bisa merasakan rasa dingin yang berkurang.
"Pakek nanti masuk angin," ucap Ananta meminta Keysa memakai kemejanya.
"Kamu juga pasti dingin Nant," Keysa hendak melepas kemeja itu, tapi Ananta menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA
Teen FictionMungkin akan terbaca membosankan karena aku selalu mengatakan aku mencintainya, tapi memang tak pernah ada rencana di bab manapun untuk mengakhiri perasaan itu. Bab yang isinya penuh dengan dia, tentang bagaimana aku yang selalu menatap punggungnya...