Boni memegang dasi yang tergeletak di bawah, apa yang terjadi pada Keysa sudah pasti di sengaja."Kamu baik-baik aja Key?" Boni mulai bertanya, Ananta melepas pelukannya dan menatap mata Keysa. Terlihat Keysa yang masih diam dan gemetar, lalu Ananta menoleh ke arah Boni yang memegang dasi abu-abu itu.
"Kita simpan saja itu sebagai bukti, pasti ada yang sengaja melakukan ini," ucap Ananta yang di balas anggukan oleh Boni.
Di tengah degupan jantungnya yang masih terpacu tak beraturan, Keysa merasakan ketenangan menjalar perlahan dan hatinya. Ananta dan Bonipun membawa Keysa keluar, sekeluarnya mereka dari toilet Shinta tiba-tiba datang.
"Keysa kok Lo lama banget sih?" Omel Shinta yang kemudian terdiam melihat kondisi Keysa yang gemetar dengan rambut berantakan.
"Key? Lo kenapa?" Shinta menjadi panik saat mencoba menggenggam tangan Keysa yang terlihat Tremor dan dingin.
"Ada yang ngunci Keysa di toilet, kayaknya Keysa masih syok karena dia kekunci dalam keadaan lampu mati," jelas Boni di samping Keysa yang masih dipegangi oleh Ananta.
"Ha? Keysa kekunci di keadaan gelap? Ya ampun Key, Lo Lo Lo bisa napas kan? Ada yang sakit gak? Ada yang luka?" Shinta tiba-tiba mempanik membuat Ananta dan Boni sedikit bingung dengan respon itu.
"Keysa gak bicara apapun dari tadi," ucap Ananta.
"Keysa punya sindrom nyctophobia, dia takut sama gelap."
Ananta dan Boni cukup terkejut mendengarnya, Ananta kembali melihat Keysa yang tertunduk dengan tubuhnya yang masih gemetar itu.
"Apa perlu kita bawa ke rumah sakit?" Usul Boni yang terlihat sangat kawatir saat ini.
Tapi tiba-tiba Keysa menggenggam tangan Shinta.
"A a aku ma..u..pulang .." lirih Keysa pelan dengan suara gemetarnya yang parau.
"Iya iya kita pulang sekarang, Lo tenang ya, Lo tenang... Gue ada di sini, kita pulang sekarang." Ucap Shinta sambil mencoba memapah Keysa menggantikan posisi Ananta.
"Biar gue antar," ucap Ananta yang diangguki oleh Shinta.
Ananta memesan taxi online, dia ikut mengantarkan Keysa pulang. Di sini Boni yang bawa motor mengikuti dari belakang, Shinta menyuruhnya pulang saja tapi dia masih terus mengikuti mobil yang ditumpangi Keysa.
Mereka sampai di rumah Keysa sekitar 10 menit kemudian, ini pertama kali ya Ananta datang ke rumah Keysa.
"Mama Keysa masih di luar kota, Lo sama Boni pulang aja biar gue yang urus Keysa."
"Lo yakin?" Tanya Boni yang ikut sampai ke rumah Keysa, dan sampai saat ini Keysa masih terdiam dengan tangan gemetarnya.
"Kalau ada apa-apa, Lo bisa hubungin gue." Ucap Ananta membuat Shinta sedikit terkejut, Ananta mengulurkan tangannya meminta ponsel Shinta.
Setelah menyimpan nomornya di HP Shinta, Ananta berpamitan untuk pulang. Sebelum pergi, dia menatap ke arah Keysa dengan dalam. Ada sedikit pancaran kawatir dari tatapan itu, tapi sikap dinginnya masih tak berubah.
...
Keysa duduk diam di atas kasur lilacnya, tangannya menggenggam segelas teh hangat yang tinggal separuh. Ceklek, pintu kamarnya terbuka.
"Lo udah mendingan?" Tanya Shinta yang baru keluar dari kamar mandi mengenakan piyama merah maroon.
Keysa mengangguk pelan.
"Lo yakin gak mau bilang mama Lo?"
"Gak usah, nanti mama kawatir."
Shinta duduk di samping Keysa dan memasukkan kakinya ke selimut.
"Lo tau siapa yang lakuin ini ke Lo?"
Keysa menggeleng.
"Lo tenang aja, gue akan cari tau. Dan kalau nanti ketemu orangnya, gue akan kasih dia pelajaran."
Keysa diam, dia letakkan gelasnya di meja samping tempat tidur. Lalu menatap ke arah Shinta.
"Makasih ya Shin."
Shinta tersenyum, "maaf gue tadi terlambat nyariin Lo, untung ada Anant."
Ekspresi Keysa berubah, seketika teringat bagaimana Ananta tadi memeluknya.
"Tapi gi mana dia bisa ketemu sama Lo? Dia masuk ke toilet cewek?"
"Hm," Keysa mengangguk. "Mungkin dia denger suara gue."
"Tapi jujur baru kali ini gue lihat si Anant sepeduli itu sama Lo."
"Bukan peduli, cuma kebetulan kasihan."
"Keyyy," Shinta menghela napas, tapi dia tau Keysa sedang menolak segala kemungkinan hal yang bisa memicu perasaannya untuk senang dan berharap.
"Ya udah, mending sekarang Lo tidur." Ucap Shinta sambil menyelimuti Keysa. Dengan menuruti perintah Shinta, Keysa mulai memejamkan matanya. Tapi saat terpejam pun, dengan jelas kepalanya menggambarkan bagaimana hal tadi terjadi padanya. Tatapan Ananta tiba-tiba muncul di otaknya, suara berat, bahkan pelukannya. Keysa merasa pelukan itu seperti mimpinya kemarin yang tiba-tiba terjadi dengan nyata.
"Dia bilang ada aku, padahal dia tidak pernah ada." Batin Keysa mengingat ucapan Ananta, seolah-olah dia akan ada untuk Keysa tapi kenyataannya tidak seperti itu. Dia hanya kasihan, yaaa .. Ananta hanya kebetulan membantunya. Hampir sama seperti dirinya membantu Ananta waktu pingsan di toserba waktu itu, anggap saja semua ini kebetulan. Dan pelukan itu mungkin hanya belas kasihan atau cuma sebatas ketidaksengajaan, meskipun membuat mimpi kemarin seolah menjadi nyata, tapi tetap saja tidak untuk benar-benar nyata.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA
Teen FictionMungkin akan terbaca membosankan karena aku selalu mengatakan aku mencintainya, tapi memang tak pernah ada rencana di bab manapun untuk mengakhiri perasaan itu. Bab yang isinya penuh dengan dia, tentang bagaimana aku yang selalu menatap punggungnya...