"Selama apapun aku menatapnya, kalimat yang selalu kutemukan dalam hatiku cuma satu. Dia, dia orang yang aku cinta."
...
"Roy?"
Keysa membuak pinu kamarnya yang terketuk dari luar, dan ternyata Roy datang.
"Ada yang mau gue omongin sama lo."
"Apa?"
Roy duduk di ujung kasur Keysa sambil menatap pergelangan kaki Keysa, "Kaki lo udah mendingan?"
Keysa duudk di kursi belajarnya, lalu mengangguk, "udah."
"Besok gue gak bisa berangkat bareng lo."
"Oh."
"Gak bisa jemput juga."
"Oke."
"Gitu doang?"
"Lah."
"Lo gak tanya gitu kenapa?"
"Iyya, kenapa? Ada ekskull?"
"Gue mau ke Bogor, mungkin sekitar 4 hari."
"Ngapain?"
Roy tersenyum melihat ekspresi terkejut Keysa, wajah seperti ini yang dia harapkan.
"Kenapa? Lo takut kangen ya?"
"Serius guaa."
"Gue ada turnamen, dan ini bakal jadi pertandingan basket terakhir gue. Di semester dua, gue diminta keluar dari tim buat fokus ujian."
"Ohh."
"Tapi tante bilang, besok siang mau keluar kota."
"Iya, mama juga ada kerjaan di Bandung. Seminggu katanya."
"Terus lo gimana?"
"Gue bisa naik apa aja."
"Lo gak ada kepikiran buat berangkat bareng si kulkas kan?" Roy memasang wajah penasarannya.
"Enggaklah, mana mau dia." Keysa malah tertawa.
"Kaki lo bener-bener udah gak papa?"
"Enggak Royyy, lo tenang aja. Ke sekolah naik bis palingan juga cuma 10 menitan."
Roy diam, mereka berdua saling menatap beberapa detik.
"Kalau ada apa-apa kabarin gue ya?"
"Iyya"
...
Citttt, terdengar derikan rem. Keysa melihat bis yang ditunggunya datang, dengan cepat dia menaiki bis berwarna biru itu. Pagi ini Keysa sudah memutuskan untuk berangkat dengan bis saja, karena mamanya sudah sibuk mempersiapkan keberangkatannya ke Bandung.
Keysa duduk di deretan paling belakang karena kursi depan penuh, tapi saat baru saja mendudukkan pantatnya, mata Keysa tertuju pada satu cowok di sebrang tempatnya duduk.
Seorang cowok tinggi berseragam sama dengannya sedang duduk sambil memejamkan matanya, dia meletakkan tas ransel hitam di sampingnya seolah memblokir siapapun yang ingin duduk di sana. Beberapa detik memperhatikan cowok itu, Keysa langsung tau dia adalah Ananta.
Entah kebetulan atau bagaimana, biasanya si bekunya itu membawa motor ke sekolah. Mungkin karena alam sedang berpihak padanya, Keysa memperhatikan Anant di sepanjang perjalanan, si bekunya itu sama sekali tidak membuka matanya. Tanpa lepas, semakin diperhatikan perasaannya semakin jelas. Tatapan Keysa seakan berbicara, Tuhan aku sangat mencintai orang itu.
Tak lama suara rem bis kembali terdengar, bis berhenti tepat di depan halte dekat SMA Galaxy Nusantara. Keysa kembali menggendong tas ranselnya dan segera berdiri untuk turun, tapi melihat Ananta yang masih diam memejamkan matanya, langkah Keysa terhenti.
"Anant?" Keysa mencoba memanggilnya pelan, dia takut Ananta akan terbawa bis ke halte selanjutnya.
Keysa mencubit lengan jaketnya dan sedikit menarik jaket itu karena Ananta sama sekali tidak meresponnya, "Anant bangun!"
Akhirnya Keysapun menepuk bahu Ananta beberapa kali, "Nant?"
Dan mata itupun akhirnya terbuka, Keysa langsung bisa melihat ekspresi lesu yang tidak seperti biasanya.
"Udah sampai," ucap Keysa dengan tangannya yang masih menyentuh bahu Anant, dia terlihat terkejut dan segera membenarkan duduknya dan tanpa sengaja tangan Keysa menyentuh lehernya. Seketika hawa panas terasa di punggung tangan Keysa.
"Nant? Kamu sakit?" Keysa menyentuh jidat Anant refleks, tapi Anant malah menampiknya.
"Minggir, aku mau turun."
Keysa geser sedikit dan membiarkan Ananta berdiri dengan sedikit sempoyongan, dia turun dari bis tanpa memperdulikan Keysa. Setelah membayar ke supir bis, Keysa melihat ada kerumunan di depan gerbang sekolah.
Keysa mendekat dengan penasaran, dan ternyata di depan matanya Keysa melihat Ananta sudah tergeletak di tengah kerumunan itu.
"Anant? Ananta?" Setelah menerobos beberapa bahu Keysa segera memeriksa keadaan Anant, kepanikan Keysa bercampur rasa kawatirnya. Ananta tidak sadarkan diri, dan dugaan Keysa di dalam bis tadi sepertinya benar. Keysa bisa merasakan kening Ananta yang panas, bibir keringnya juga terlihat pucat. Keysapun di bantu beberapa orang dan juga satpam di gerbang sekolahannya
Tak lama terdengar suara gerimis dari luar, hujan datang lagi pagi ini. Keysa duduk di kursi putih menghadap beruang kutubnya yang masih terlelap, lalu dia melihat keluar jendela yang sudah dibasahi butiran air hujan.
Tiba-tiba saja mata Annta terbuka, dan orang yang pertama kali Anant lihat saat itu adalah Keysa.
"Anant??" Keysa sadar Ananta sudah mulai membuka matanya, dia terlihat kebingungan. Wajah dinginnya pucat, dia mencoba mendudukkan badannya. Keysa ingin membantu tapi sepertinya cowok beku ini akan marah jika dia menyentuhnya.
"Mending berbaring dulu."ucap Keysa.
Anant hanya diam, dia memiringkan kepalanya seakan menahan rasa pusingnya.
"Sebentar lagi Bu UKS dateng," ucap Keysa namun Ananta masih tak menggubrisnya.
"Kalau gitu aku ke kelas dulu, istirahatlah."
Akhirnya Keysa pamit karena takut suasana akan canggung, lagipula jika dia tetap ada di sana mungkin akan mempersulit hatinya.
"Key," terdengar suara Anant membuat Keysa menghentikan langkahnya, Keysa berbalik dengan raut sedikit tertegun karena baru kali ini Anant menyebut namanya, ini pertama kalinya namanya terdengar langsung dari mulut Anant.
"Makasih," lanjut Anant dengan bibir pucatnya, Keysa hanya tersenyum dengan anggukan kecil.
"Untuk pertama kalinya, dia menyebut namaku." batin Keysa dengan sedikit rasa senang yang sudah lama tidak dia rasakan lagi.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA
Teen FictionMungkin akan terbaca membosankan karena aku selalu mengatakan aku mencintainya, tapi memang tak pernah ada rencana di bab manapun untuk mengakhiri perasaan itu. Bab yang isinya penuh dengan dia, tentang bagaimana aku yang selalu menatap punggungnya...