Rasa yang Bertahan Sendirian

1.8K 105 15
                                    

"Key."

"Naura?"

"Gue mau minta maaf sama Lo."

"Hm," Keysa hanya mengangguk dan berbalik ingin pergi menuju kelasnya.

"Key, tunggu."

Keysa menatap lengannya yang digenggam erat oleh Naura, "bisa lepasin?" Ucap Keysa dengan senyum palsu yang terlihat risih.

"Ada yang mau gue omongin ke Lo."

"Ngomong aja."

"Nggak di sini, Key."

Keysa menghelas napasnya, "apa yang mau Lo omongin lagi? Soal Ananta? Dengerin gue ya Ra, gue tau Lo suka sama dia dan itu gak ada hubungannya sama gue. Gue gak mau bahas itu lagi, dan ambil aja kalo emang Lo mau."

Ananta yang melewati area lorong kelas Keysa tak sengaja melihat Naura dan Keysa sedang bicara, Ananta menghentikan langkahnya. Dia memperhatikan mereka berdua, tapi lebih tepatnya mata Ananta hanya mengarah ke arah Keysa.

"Gue tau apa yang gue lakuin salah, malah sekarang Ananta jadi semakin jauh dari gue. Gue gak bisa tenang karena gue takut dia milih Lo dibanding gue."

Keysa terdiam rapat coba mendengarkan omongan Naura yang menatapnya dalam, Keysa tau Naura sekarang tulus mengatakannya dan Keysa juga paham bagaimana rasanya mencintai sepihak. Tapi Keysa masih tidak terima kalau perasaannya juga ikut di injak-injak.

"Antara Lo dan Ananta, gak ada hubungannya sama gue. Mau dia pilih Lo guepun gak bakal ikut campur, dan begitupun gue. Gue mencintai dia, dan gue harap lo gak ikut campur dengan perasaan gue." Ucap Keysa dengan lugas di depan Naura.

"Nyet," tiba-tiba Roy datang menggenggam tangan Keysa. Raut tegang di wajah Keysa mereda melihat kehadiran Roy.

"Gue mau ke kelas,Roy." Ucap Keysa yang kemudian pergi terlebih dahulu, kini Roy menatap Naura yang masih terpaku diam itu.

"Kalo Lo ganggu dia, habis Lo sama gue. Paham?" Kecam Roy dengan tatapan tajamnya ke arah Naura, yang kemudian Roypun menyusul Keysa.

Masih belum berpindah tempat, Ananta masih memperhatikan mereka. Dia tidak dengar apa yang Keysa dan Naura bicarakan, tapi dari sini Ananta tau. Keysa sepertinya telah membuat Naura bungkam.


...



Keysa duduk sambil menghela napasnya kasar, entah kenapa dibanding marah dia lebih ke rasa sakit saat bicara dengan Naura. Bisa-bisanya perempuan itu terus memintanya untuk jauh dari Ananta, padahal Keysa sendiri tidak tau harus bagaimana lagi memperjuangkan perasaannya.

"Key, gue boleh pinjam catatan bahasa Jepang yang kemarin?" Tiba-tiba teman sekelas Keysa membuyarkan lamunannya.

"Oh bentar," Keysa mengambil buku catatan warna peach di loker mejanya, tapi tiba-tiba dia merasa ada sesuatu lagi di dalam situ. Keysa mengeluarkan benda itu dan ternyata benar, kotak susu cokelat lagi. Malah sekarang ada dua.

"Emm Mel, kamu tadi yang Dateng duluan kan? Tadi pas kamu Dateng ada yang ke meja aku nggak?"

"Enggak tuh, Key. Gue Dateng gak lama Lo yang Dateng, di kelas sekarang juga cuma berdua. Kenapa emangnya? Barang Lo ada yang ilang?"

"Oh enggak kok, emm ini bukunya Lo bawa aja. Kalo belum selesai bawa pulang dulu gak papa."

"Oke thanks ya Key, gue bakal cepetin nulisnya." Ucap temannya itu yang hanya disahuti tawa singkat oleh Keysa, dan kembali lagi ke susu cokelat ini.

"Roy bukan, apa mungkin emang Boni ya?"

"Kenapa Key?" Shinta tiba-tiba datang, Keysa mengangkat dua kotak susu itu.

"Ada lagi?"

Keysa mengangguk.

"Dari Boni kali ya?"

"Baru aja Boni dateng bareng gue, dia tu datengnya selalu pas sama gue. Gak mungkin dia, kecuali dia naruhnya pas Lo udah pulang."

"Apa nanti pulang sekolah, gue coba tungguin ya?"

"Gue temenin," ucap Shinta yang ikut penasaran.

Keysa meletakkan lagi susu itu di loker mejanya, dia tak berani meminumnya seperti kemarin.

"Apa mungkin Anant?" Celetuk Shinta.

Keysa terdiam sebentar, "gak mungkin." Ucapnya lalu.

"Iya si, gue gak yakin orang kek Anant lakuin hal semacam ini. Tapi..."

Keysa terdiam, ada sedikit rasa senang ketika membayangkan jika benar itu dari Ananta. Tapi kalau dipikirkan lagi juga benar mana mungkin Ananta, dia gak akan lakuin hal bodoh seperti ini, hal bodoh yang juga pernah Keysa lakukan waktu itu di ruang loker.

"Kalau bener Ananta, apa Lo bakal seneng?" Shinta tiba-tiba berbisik.

"Gue tadi ketemu Naura," bukannya menjawab. Keysa malah membuka topik baru.

"Naura?"

"Hm, dia bilang maaf."

"Lo maafin?"

"Gue ngerasa kita bukan anak kecil lagi, memaafkan itu tentang bagaimana kita bersikap dewasa."

"Terus, ngomong apalagi dia?"

"Dia bilang sangat mencintai Ananta."

Shinta malah tertawa.

"Dan Lo mau ngalah gitu aja?" 

"Dari awal gue udah kalah."

"Ananta gak cinta sama Naura, itu udah jelas dari gimana cara Naura ngejar Anant, Key. Lo mungkin emang berusaha buat gak ngarepin dia lagi, tapi gue yakin perasaan lo gak segampang itu nyerah. Dan gue yakin, antara Lo dan Naura, cinta yang nyata itu milik Lo bukan milik Naura, Naura itu cuma obsesi"

Keysa diam, jika ditanya apa dia masih mencintai Ananta. Tentu masih, bahkan tidak ada yang berubah dari itu. Dia masih merasa senang ketika melihat Ananta,masih merasa deg-degan  setiap si Beku itu menunjukkan senyum langkanya. Hanya saja untuk berharap Keysa sudah bisa melihat batasannya, mengharapkan Ananta lebih dari sebelumnya hanya akan membuatnya terluka lagi. Mencintai Ananta memang tidak semenyenangkan dulu, tapi dia juga tidak bisa melepas begitu saja apa yang sudah tertanam cukup lama di hatinya. Jika sekarang rasanya begitu sakit mencintai dia, akan lebih sakit lagi jika harus merelakannya. Untuk sekarang, biarkan saja sepert ini. Biarkan Keysa bertahan dengan perasaannya, sendirian.

...

ANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang