Setelah mengantar Keysa keluar, Roy kembali ke ruang BK sambil membawa flashdisk merah maroon.
"Sebelumnya ibu mau tanya,benar kamu mengunci Keysa di toilet dengan sengaja?"
"Tidak." Jawab Naura singkat.
"Ibu ulangi iya atau tidak?"
"Tidak." Ucap Naura lagi.
Roy langsung memberikan flashdisk itu ke guru BK, tak lama beliau memutar video cctv yang Roy dapat dari ruang security sekolah. Guru itu menunjukkannya di depan Naura, Ananta dan Boni. Terlihat jelas di sana Naura memasuki toilet setelah Keysa masuk ke sana, dan tak lama setelah Naura keluar, Ananta dan Boni yang memasuki toilet itu.
"Masih mau berbohong?" Tanya guru BK itu sambil menatap serius ke arah Naura.
Naura diam, raut mukanya tegang.
"Dasi Lo baru, ini dasi lama Lo kan?" Sahut Boni sambil meletakkan sebuah dasi abu-abu di depn Naura.
"Kenapa diam?" Roy masih tersulut emosinya.
"Ibu ulangi pertanyaannya sekali lagi, kamu sengaja melakukan itu ke Keysa?"
Naura diam lagi, dia tertunduk dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Iya," ucap Naura akhirnya di dalam tundukannya.
Semua orang di ruangan itu menatap Naura, rasa geram masih terlihat di wajah Boni dan Roy, sedangkan Ananta tatapannya lurus tajam seolah tak menyangka dengan apa yang dilakukannya.
"Ya sudah, kalian bertiga kembali ke kelas. Sebentar lagi bel masuk, biar ini ibu yang ngurus. Trimakasih atas bantuan kalian."
"Baik Bu, saya berharap dia dihukum seberat mungkin karena dia hampir saja membahayakan sebuah nyawa." Tegas Roy yang memang tau betul setakut apa Keysa dengan gelap, bahkan hal itu juga pernah terjadi pada Keysa 5 tahun yang lalu, saat itu bahkan Keysa tidak bicara selama 4 hari.
Tiga orang inipun keluar ruangan, tapi saat berada di antara lorong kelas IPS dan IPA, langkah Roy terhenti.
"Ananta," untuk pertama kalinya Roy memanggil nama Anant.
"Gue perlu ngobrol sebentar sama Lo."
"Ngomong aja," sahut Ananta dengan dingin seperti biasanya.
"Bisa Lo pergi dulu Bon," ucap Roy pada Boni yang akhirnya cowok berkacamata itupun lebih dulu ke kelasnya.
Suasanan lorong sepi karena bel sudah berbunyi beberapa menit lalu, tinggal ada Ananta dan Roy yang kali ini berhadapan tak cukup jauh.
"Thanks soal Lo yang udah nolongin Key."
"Hm," deham Anant mengiyakan dan hendak melangkah menaiki tangga, tapi ucapan Roy membuatnya berhenti lagi.
"Gue mutusin buat nyerah sama perasaan gue, karena gue tau Keysa gak akan pernah nyerah sama perasaannya buat Lo." ucap Roy membuat tatapan Ananta lurus ke arah Roy.
"Untuk pertama kalinya, dan gak akan pernah gue ucapin buat kedua kalinya, gue minta tolong sama Lo, tolong jangan buat dia sedih lagi. Gue yakin lo cukup tau seberapa dalam dia suka sama lo, kalo sekarang lo masih belum bisa nerima itu, setidaknya gue harap lo bisa memahaminya. Pergi sejauh-jauhnya kalau lo emang gak pernah berniat buat nerima dia, tapi kalau lo mau belajar mencintai dia juga gue harap lo bisa jadi orang yang bisa gue percaya buat jagain dia. Pahami hatinya, karena gak cuma gue yang berpikir betapa beruntungnya cowok yang Keysa cinta. Dan itu lo."
Pergi, setelah mengatakan itu, Roy pergi. Membiarkan Ananta dim masih berdiri mencerna semua omongan Roy yang seolah kibaran bendera putih dari cerita ini, dan entah kenapa rasanya ucapan itu menancap dalam di dasar hati Ananta. Menohok, dan perlahan kini mulai menguasai isi otaknya. Terus terngiang, dan menggerakkan hati dan logikanya bicara.
...
"Roy?"
"Malem nyet, Tante udah pulang?"
"Udah, Royy.."
"Hm?"
"Jangan cerita ke mama soal Naura ya?"
Roy menelan ludah sambil menatap lembut ke arah Keysa, dia mengangguk mengerti.
"Ada apa Lo ke sini malem-malem?"
Roy mengangkat kantung plastik warna cokelat.
"Mama bikin kue, gue mau Lo sama Tante nyobain."
"Masuk deh, mama lagi nonton TV."
Setelah berbincang dengan mama Keysa, Roy menghampiri Keysa yang duduk di meja belajar kamarnya.
"Mau pulang?" Tanya Keysa saat menyadari kedatangan Roy, dia mengangguk menjawab Keysa.
"Gue denger Naura diskors 1 minggu," Celetuk Roy membuat mata Keysa terbelalak terkejut.
"Kenapa langsung di skors? Gak ada SP dulu?"
"Itu udah hukuman yang pantas buat dia, bahkan menurut gue seminggu mah kurang lama."
"Royyy."
"Jangan terlalu baik sama orang kayak dia, setelah dia masuk nanti jangan berhubungan apapun sama Naura, jauhi."
"Iyyaaa."
Suasana hening kembali, Keysa sibuk dengan tugas sekolahnya sedangkan Roy msih duduk diam memperhatikan Keysa.
"Katanya mau pulang, udah malem Roy." Omel Keysa tanpa mengalihkan pandangannya ke pada buku-bukunya.
"Maaf Key," lirih ucap Roy yang membuat Keysa akhirnya menatapnya.
"Saat itu terjadi sama Lo, gue gak ada di sana."
"Ishhh apa an sih, bukan salah Lo kali Roy. Ngapain minta maaf, justru makasi banget udah bantu gue buat tau siapa yang lakuin itu."
Keysa tersenyum lebar seolah meyakinkan Roy betapa bersyukurnya dia atas keberadaan Roy, meskipun Roy membalas dengan senyuman juga, tapi hatinya tidak cukup baik-baik saja.
Ada rasa kehilangan yang begitu dalam walau sebenarnya tidak ada yang hilang, Keysa masih ada di depannya, masih bisa dia genggam, bahkan masih tersenyum untuknya. Tapi hati Keysa tak selaras dengan perasaan Roy, melepaskan perasaannya yang tak imbang itu membuat Roy merasakan hilang yang semu.
Terkadang, melepaskan memang menjadi bukti tertegar dari hati yang ikhlas, saksi ternyata dari tulus yang sungguh.
"Hari ini akan menjadi saksi dari ikhlas Tersungguhku, Key," batin Roy yang masih tersenyum ke arah Keysa, yang akhirnya dia mengelus singkat kepala Keysa sebelum pulang.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA
Teen FictionMungkin akan terbaca membosankan karena aku selalu mengatakan aku mencintainya, tapi memang tak pernah ada rencana di bab manapun untuk mengakhiri perasaan itu. Bab yang isinya penuh dengan dia, tentang bagaimana aku yang selalu menatap punggungnya...