Menyambut Perpisahan

1.2K 66 2
                                    


"Keyyy!!"

"Shin? Mana Ulfa?"

"Gue udah gak nginep di rumahnya, kemaren kran rumah bocor, banjir deh dimana-mana. Jadi gue pulang buat bantuin nyokap."

"Ohh."

"Ntar pulang sekolah maen yuk, inikan hari terakhir ujian nih. Waktunya pesta kebebasan." Seru Shinta semangat.

Keysa hanya tersenyum dan mengangguk singkat, senyumnya kali ini tidak cukup gembira.

Keysa melewati parkiran sekolah seperti biasanya, karena jalan itu lebih dekat ke arah kelasnya. Tapi ada pemandangan yang tidak mengenakan di sana, tatapan Shinta ke arah Keysa seolah memastikan apa Keysa melihat hal itu juga.

Terlihat motor Ananta baru saja berhenti, tapi dia tidak sendiri. Dia datang bersama Naura, yang mengenakan helm yang pernah dia pakai.

Hanya menoleh sekilas,Keysa melanjutkan langkahnya seolah tak terjadi apa-apa. Ananta pun juga menyadari Keysa yang baru saja melewatinya, punggung mungil itu terlihat tegap dengan langkahnya yang tanpa ragu semakin menjauh.

"Key, Lo baik-baik aja?"

"Ya."

"Serius, bukannya itu cukup sakit?" Tanya Shinta sambil sedikit tertawa karena tak ingin suasana terlalu menyedihkan.

"Udah biasa." Lanjut Keysa seolah menyembunyikan secuil perih pagi ini.

"Yakin Lo gak papa? Bukan masalah kalau Sampek Naura dekat sama Anant?"

"Hm," Keysa mengangguk membuat Shinta menepuk pundaknya dan berhenti.

"Terus aja Lo bilang gak papa, itu masalahnya."

"Ujungnya juga nanti gue gak bakal ketemu dia lagi kan?"

"Hufttty," Shinta menghela napasnya sambil mengangguk.

Mereka berdua pun melanjutkan ke arah kelas, dalam diamnya Keysa bicara dengan hatinya. Itu menyakitkan,bukan? Sikap baiknya kemarin seolah sama saja dengan sikapnya kepada Naura, sepertinya memang tidak akan pernah ada arti istimewanya dirinya buat Ananta. Perpisahan yang akan datang nanti, mungkin akan jadi titik tertegar Keysa selama mencintai Ananta di mas putih abu-abu ini.

...

Bel pulang berbunyi, tetapi kali ini para guru meminta semua siswa kelas 3 berkumpul di lapangan basket. Hari ini semua urusan ujian selesai, tinggal tunggu nilai bagus atau hangus, dan lulus atau pupus.

Keysa dan dua sahabatnya beserta anak-anak dikelasnya menuju lapangan basket, yang sesampainya di sana suasana sudah ramaiii dan penuh. Keysa ikut baris di deretan kelasnya tepat di samping kelas anak IPS, yaitu kelas Roy. Tak butuh waktu lama Keysa langsung menemukan Roy di barisan kelasnya, setelah melihat Keysa Roypun tanpa ragu menghampirinya.

"Pulang bareng gue ya?"

"Ada acara apaan sih ini?"

"Ya ampun Nyet Lo gak tau? Udah tradisi sekolah tiap di hari terakhir ujian ada pengumpulan kenang dan harap."

"Apaan tuh?"

"Astaga Keysa, jadi dari tadi Lo gak tau kenapa kita di bawa ke sini?" Sahut Ulfa yang hanya ditimpali tawa oleh Shinta.

"Selama ini dia ngurusin Anant Mulu, jadi kagak tau hal-hal begini."

"Stttt, Ulfaaa!"

"Gue kepo Lo bakal nulis apa," ucap Roy yang masih di depan Keysa.

"Nulis?"

"Ayo anak-anak, baris sesuai kelas masing-masing!!!" Suara dari toa bergema, Roy hanya tersenyum dan berlari kembali ke barisannya.

Setelah panjang lebar kepala sekolah bicara di depan, Keysa baru paham. Ternyata semua siswa di minta untuk menulis kenangan dan harapannya selama bersekolah di sini, bebas dan tidak boleh diberitahukan siapapun.

Semua diminta duduk, dan beberapa guru memberikan sebuah kertas lipat.

"Keysa mau warna apa?"

"Nila ada Bu?"

"Ada, nanti kalau sudah selesai dilipat bentuk bangau ya."

Keysa sedikit bingung menerima kertas itu, dia bingung apa yang harus dia tulis. Setelah melihat beberapa anak mulai mengumpulkan tulisannya, Keysa baru saja memulai. Shinta dan Ulfa ikut menunggu Keysa untuk menyelesaikannya.

"Ajarin gue bentukannya dong," ucap Keysa pada Shinta.

Setelah hening, suasana mulai ramai karena semua siswa sudah selesai menulis dan sibuk untuk melipatnya.

"Apa yang Lo tulis?"

"Gak mau bilang," jawab Keysa sambil tersenyum.

"Susah banget, kenapa mesti dibentuk segala sih?"

"Kan nanti di gantung di aula depan."

"Ohhh jadi burung di langit-langit aula depan itu bekas kakak kelas?"

"Ihh Lo mah baru tau kemana aja?"

Setelah melipat, Keysa dan sahabatnya maju ke depan untuk mengumpulkan burung kertas itu. Sesuai kotak kelasnya, Keysa memasukkan burung kertasnya. Setelah berbalik kembali, dia melihat Ananta.

Dengan jalannya yang khas, tingginya yang sangat mencolok, rambutnya yang sedikit berantakan, Ananta terlihat memasukkan burung kertas berwarna nila ke dalam kotak kelasnya. Warnanya sama dengan milik Keysa, melihat itu Keysa merasa penasaran, kira-kira apa yang Ananta tulis. Dan rasanya, moment ini seperti upacara penyambutan perpisahan. Sangat sedih mengingat bahwa sebentar lagi, jarak yang sesungguhnya akan memisahkan Keysa dengan beruang kutub nya itu.

...







Aku datang tiga tahun lalu, berangkat pukul 5.40, pulang pukul 14.45. Duduk, mendengarkan, dan pulang. Begitu saja, tidak ada yang berarti. Tapi itu sebelum aku tau dia, cewek cupcake yang menjadikan 3 tahun biasa ini menjadi punya arti dan berarti.

Ananta.

ANANTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang