"Sampai mbak," ucap supir taxi online yang mengantarkan Keysa dan Ananta.
Keysa sedikit terkejut menyadari rumah Ananta tidak jauh dari toko bunga budhe Rere. Cepat-cepat Keysa menyodorkan uang ke pak supir itu karena hari sudah gelap, dia juga membangunkan Ananta yang seperjalanan tadi hanya diam memejamkan matanya.
Keysa menuntun Ananta ke depan pintu rumahnya, tintongggggg, dia langsung membunyikan bel rumah itu. Tintong,tingting, berkali-kali namun tak ada yang membukanya.
"Berisik," ucap Ananta dengan suara lemasnya, dia mendekati Keysa dan mengeluarkan sebuah kunci dari saku jaketnya. Die memeikannya ke Keysa, tanpa piker panjang Keysa membukakan pitu rumahnya. Dan saat pintu terbuka, kondisi dalam rumahnya gelap. Seketika Keysa melangkah mundur hingga menabrak dada bidang Ananta, cook dingin di belakannya ini menatap Keysa dengan heran.
"Masuklah dulu, nyalakan lampunya," dengan suara yang terdengar sedikit gemetar, Keysa meminta Anant untuk masuk dulu. Ananta berpikir sepertinya Keysa takut pada hantu, dengan sedikit menyincing tawanya, Ananta masuk ke dalam dan menyalakan lampu di ruang tamu dan tengah.
Keysa akhirnya masuk mengikuti Ananta, dia ingin meletakkan obat yang masih ada di kantong kreseknya. Setelah memasuki ruang tengah, Ananta langsung menjatuhkan badannya di sofa ckelat yang terlihat klasik dan berumur.
"Di mana orang tuamu?" Tanya Keysa sambil mengeluarkan beberapa obat dari kantong belanjaannya. Tapi Ananta tak menjawab, dia kembali memejamkan matanya.
Keysa memperhatikan Ananta, tak disangka sekarang tiba waktu yang dulu ingin sekali dia rasakan. Yaitu menatap Ananta, sedekat ini dan selama ini. Entah kenapa melihat wajah dingin yang terpejam seperti beruang tidur itu membuat mata Keysa mulai berkaca-kaca, ingin sekali dia memeluknya. Mencintai orang yang tidak bisa digapai sekalipun dia ada di depan kita, sakitnya emang beda.
Keysa memperatikan ruangan sekitar, sebelum pulang dia ingin menyiapkan obat untuk Ananta minum nanti. Keysa mendekati dispenser untuk mengambil air mium, tapi ternyata gallon minum di sana kosong. Keysa bergeser membuka kulkas, walau awalnya ragu karena dirasa kurang sopan.
Keysa melihat kea rah Ananta lagi, dia masih terpejam. Dengan pelan Keysa akhirnya membuka pintu kulkas itu, dia semakin heran ketika melihat isi kulkas itu yang bahkan hampir tidak ada isinya.
Hanya ada 4 botol air mineral, 2 butir telur, dan 6 kaleng minuman soda. Keysa menoleh Ananta lagi, apa dia hidup seperti ini selama ini?
Rumahnya bahkan sedingin sifatnya, sekosong hatinya, bahkan beberapa ruangan juga dibiarkan gelap dan berantakan.
Keysa mendekat lagi kea rah Ananta sambil membawa botol air minera dingin, saat Keysa meletakkan botol itu di meja samping Ananta tidur. Tiba-tiba Ananta membuka matanya.
"Minum obatmu kalau airnya sudah tidak terlalu dingin."
Ananta masih tak bersuara, dia duduk dan melihat ke arah botol yang Keysa letakkan.
"Sudah malam, aku pulang dulu. Pastikan makan dulu sebelum minum obatmu." Lanjut Keysa sambil membereskan kantong kresek belanjaannya tadi.
"Apa kamu selalu senang mengurusi orang lain seperti ini?" Celetuk Ananta sambil menatap lurus ke arah Keysa.
Keysa sempat membalas tatapan itu, tapi tak berani lama-lama. Keysa kembali melihat ke kantong beanjannya sambil mengeluarkan beberapa roti.
"Aku hanya senang mengurusimu," jawab Keysa tanpa ragu meski dia tidak berani menatap langsung Ananta.
Ananta tak menunjukkan ekspresi bagaimanapun selain datar dan pucat.
"Aku ada roti, makan kalau mau." Ucap Keysa yang akhirnya menggendong tas ranselnya lagi sambil menenteng kresek belanjanya.
"Jangan anggap sama seperti cupcake waktu itu, angan salah paham." Ucap Keysa lagi karena Ananta hanya enatap 2 bungkus kue cokelat di depannya.
Ananta masih tak mengatakan apapun, tapi tatapannya juga tak lepas dari Keysa. Tapi saat Keysa mulai melangkah pergi, terdengar suara parau Ananta.
"Key."
"Hm?" Keysa menolehnya lagi.
"Perlu kuantar?"
Keysa diam beberapa detik, ucapan Ananta kali ini benar-benar merobhkan dinding yang keysa buat tinggi-tinggi untuk mengubur perasaannya.
"Gak usah, rumahku gak jauh. Istirahatlah."
"Key.." lagi-lagi Ananta menyebut namanya, Keysa kembali menoleh Ananta.
"Aku gak tau kenapa harus bilang ini, aku ke toko bunga sama Naura waktu itu cuma anterin dia, jangan salah paham." Ucap Anant meniru cara bicara Keysa.
Keysa mengedip beberapa kali lali, perasaannya bercampur aduk mencerna kalimat itu. Baru kali ini Anant bicara dengan kalimat sepanjang itu, dan entah kenapa Ananta harus menjelaskan ini.
Keysa hanya tersenyum, entah kenapa dia tersenyum. Dia juga bingung harus mengatakan apa, hanya dengan senyuman singkat itu Keysa mengakhiri obrolan mereka. Dan dia pulang.
...
Jangan lupa kasih vote bintangnya yaaaa... Terimakasih 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA
Teen FictionMungkin akan terbaca membosankan karena aku selalu mengatakan aku mencintainya, tapi memang tak pernah ada rencana di bab manapun untuk mengakhiri perasaan itu. Bab yang isinya penuh dengan dia, tentang bagaimana aku yang selalu menatap punggungnya...