"Berhenti merasa tersakiti karena layaknya kaktus, aku juga menyakitinya tanpa sengaja"
Keysa keluar dari minimarket yang tak jauh dari toko bunga itu, setelah membeli satu susu dan roti lapis, dia duduk dan memakannya di teras minimarket tersebut.
"Nyet?"
"Roy? Ngapain lo di sini?"
"Tuh lapangan basket, gue lagi maen sama anak-anak. Lo yang ngapain di sini?"
"Gue nganterin mama."
"Beli bunga?"
Keysa mengangguk.
"Sekarang Tante Nianya mana?"
"Masih di sana."
"Tumben gak Lo temenin?"
Keysa diam, dan sepertinya Roy paham raut wajah Keysa yang kurang senang.
"Kenapa?"
"Laper aja," jawaban yang jelas-jelas bohong, tapi Roy tau Keysa sedang berbohong sekarang.
Saat memperhatikan Keysa meminum susu cokelatnya, pandangan mata Roy teralihkan ke bungkus plester yang sudah terbuka.
"Lo luka? Apa yang luka?" Spontan Roy, Keysa meletakkan minumannya dan mengangkat jari manisnya.
"Ketusuk kaktus tadi."
"Kaktus?"
"Iya, gue mau beli buat di meja belajar."
"Mana kaktusnya sekarang? Di mama?"
"Gak jadi beli."
"Lahhh..."
"Keysa?" Tiba-tiba seseorang menyebut nama Keysa membuat Roy langsung menoleh ke arah suara itu.
"Ketemu lagi kita, ummm btw tadi kayaknya mama Lo nyariin," ucap orang itu yang tak lain adalah Naura, masih dengan Ananta bersamanya.
"Ya, habis ini gue ke sana."
"Ya udah, kita masuk dulu ya." Ucap Naura lagi dengan senyumnya yang lebar, Keysa hanya mengangguk pelan dengan senyum kecilnya.
Roy yang sedari tadi cuma nyimak menatap ke arah dua orang itu yang memasuki minimarket ini, sedangkan Keysa terlihat tak bisa menyembunyikan lagi wajah badmood nya.
Kenapa harus mereka bertemu lagi, apa mereka sengaja ngikutin buat manas-manasi? Itulah yang Keysa pikirkan sekarang.
Roy memperhatikan juga paperbag cokelat yang dibawa Naura tadi, ada buket bunga berwarna kuning di dalamnya yang terlihat sebagian.
Roy akhirnya paham.
"Mau balik ke mama? Gue anter."
Keysa mengangguk.
Roy dan Keysapun pergi dari tempat itu, dan tak lama dari itu Ananta bersama Naura keluar dari minimarket tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTA
Подростковая литератураMungkin akan terbaca membosankan karena aku selalu mengatakan aku mencintainya, tapi memang tak pernah ada rencana di bab manapun untuk mengakhiri perasaan itu. Bab yang isinya penuh dengan dia, tentang bagaimana aku yang selalu menatap punggungnya...