Jihoon terbangun dari tidur panjangnya, ia lalu melirik ke arah jendela yang sedikit terbuka.
"Kenapa terang sekali?" gumam Jihoon. Ia lalu melirik ke arah jam dinding yang ada di kamar tersebut.
"MWO?" pekik Jihoon saat melihat jarum jam menunjukkan pukul 10.00 pagi.
Soonyoung yang mendengar pekikan Jihoon langsung berlari dengan tergopoh-gopoh.
"Jihoonie gwenchana?" tanya Soonyoung mendekati Jihoon yang sudah duduk di atas tempat tidurnya.
"Soon bagaimana ini? Kita terlambat! Aish aku sudah kapok terlambat denganmu, otokkhae?" celoteh Jihoon sambil mengguncang lengan Soonyoung.
"Tenang Ji, hari ini kita tidak akan sekolah" ujar Soonyoung santai.
"MWO?" pekik Jihoon untuk yang kedua kalinya.
"Pelankan suaramu sayang, nanti tenggorokanmu bisa sakit" nasehat Soonyoung.
"B-bagaimana bisa?"
"Apanya yang bagaimana bisa?" tanya Soonyoung tidak mengerti.
"Dasar bodoh! Kita sudah berada ditingkat akhir, bagaimana bisa kau tidak sekolah begitu saja?" kesal Jihoon memeukul kepala Soonyoung.
"Tapi kan kau sakit Ji" ujar Soonyoung membela diri.
"Tapi tetap saja harusnya kau sekolah" kesal Jihoon. "Bagaimana dengan keteranganmu? Apa kau sudah izin ke sekolah?"
"Sudah, dan aku menyuruh Mingyu membuat surat izin ku dengan alasan urusan keluarga" jawab Soonyoung dengan polos.
"Astaga, bagaimana nasib anakku kelak kalau appanya saja sebodoh ini?" gumam Jihoon tanpa sadar sambil memijat kepalanya yang masih pening.
"Kau berbicara tentang anak Ji? Kau sudah tidak sabar memiliki anak ya?" tanya Soonyoung antusias.
"A-apa?"
"Sebenarnya aku juga, mau membuatnya sekarang?" tanya Soonyoung menyeringai ke arah Jihoon.
"Y-yakk! Apa yang kau lakukan bodoh" teriak Jihoon saat tubuh Soonyoung semakin lama semakin menempel padanya. Jihoon memundurkan tubuhnya, dan sekarang ia sudah berada di bawah kukungan Soonyoung.
"Menjauhlah Soon" ujar Jihoon ketika Soonyoung tepat berada di atasnya. Bukannya menjauh Soonyoung malah semakin mendekat, Jihoon yang takut langsung menutup matanya.
"Kau siap sayang?" tanya Soonyoung pelan, tapi tepat di telinganya.
Jihoon yang mendengar bisikan SAYTON itu langsung bergidik ngeri. Ia semakin memejamkan matanya.
Dan selanjutnya......
"HAHAHAHAHA" tiba-tiba terdengar suara tawa yang berasal dari atas tubuhnya, dan ia terkejut tentunya. Jihoon lalu memutuskan untuk membuka sedikit mata sipitnya, dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati Soonyoung sudah berpindah tempat ke sampingnya sambil terbahak-bahak.
"Kau membuatku terlihat seperti pedofil yang mau memerkosa anak kecil, Ji" ujar Soonyoung sambil terus tertawa.
"Aish, dasar mesum! Kau memang cocok menjadi lelaki cabul" ujar Jihoon kesal sambil memukuli lengan Soonyoung.
"Tapi kau memang mau kan?" Soonyoung menahan tangan Jihoon dan mengunci tatapannya.
"Lepaskan, dasar mesum" entah karena apa Jihoon bisa saja berlari dengan mudahnya memasuki kamar mandi, meninggalkan suaminya yang masih tertawa kesetanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Marriage
أدب الهواة"Appa tidak salah bicara kan? Aku ini masih 18 tahun, aku ini siswi SMA yang berada di tingkat akhir, harusnya aku sedang sibuk dengan tumpukan buku atau sibuk menghabiskan waktuku dengan teman temanku, tapi appa malah menjodohkanku? Apa kalian suda...