KRING...KRING...KRING
Alarm itu terus saja berbunyi dengan lantang, padahal hari masih menunjukkan pukul 04.00 WIB. Apa yang ingin dilakukan sang empunya alarm tersebut sampai-sampai ia rela bangun sepagi ini? Apa ia sudah tidak sabar lagi untuk menemui lelaki yang membuat hari-hari nya semakin sulit? Atau mungkin saja ia ingin membantu Pak Iwan untuk membersihkan lapangan sekolah?
Cihh, dia tidak senekat itu.
Sang empunya alarm itu pun turun dari tempat tidurnya dan mengikat rambutnya asal. Ia segera bergegas pergi ke kamar mandi untuk sekadar mencuci muka dan menyikat gigi agar wajahnya terlihat sedikit segar dan bergairah.
"PERJUANGAN AKAN SEGERA DIMULAI, HAHAHA," tawanya meledak begitu saja ketika dirinya membayangkan sesuatu. Namun apa yang sedang dipikirkannya? Entahlah, tidak ada yang tau.
*****
Entah apa yang sedang dilakukan gadis itu sekarang. Ia hanya memandangi bahan-bahan dapur yang sama sekali tak disentuhnya sedari tadi. Mungkin sudah hampir dua puluh menit ia hanya diam mematung, seperti orang bego. Jujur saja, gadis itu sama sekali tidak pernah berurusan dengan yang namanya memasak.
Selama ini ia terlalu sibuk untuk memperjuangkan satu cinta yang tidak pernah memperjuangkannya, sehingga ia tidak punya banyak waktu untuk melakukan suatu hal yang dianggapnya tidak penting.
Dasar gadis bodoh.
"Gue harus ngapain ya? Kan kasihan bahan-bahannya gue anggurin kayak gini, cukup gue aja yang ngerasain gimana sakitnya dianggurin," ucap gadis itu dramatis.
'Baiklah, gue harus semangat,' batinnya.
Gadis itu pun mulai melakukan aktivitas masak-memasaknya. Ia sempat menangis saat memotong bawang merah.
"Ternyata ada yang bisa buat aku nangis juga ya selain kamu," ujarnya dengan nada yang sedikit dibuat-buat, sehingga membuat siapapun yang mendengarnya akan merasa jijik.
Gadis itu terus saja meracik bumbu-bumbu yang telah dipersiapkannya sejak semalam. Ia harus membuat masakan yang lezat hari ini. Ia ingin memberikan sesuatu yang berbeda kepada lelaki itu. Meskipun ia tidak yakin jika pria itu mau mencicipi hasil masakannya, tetapi setidaknya ia telah berusaha.
Tidak ada salahnya untuk mencoba, bukan?
Setelah acara masak-memasaknya selesai, ia segera bergegas pergi ke kamar mandi untuk sekadar membersihkan diri. Gadis itu sama sekali tidak mencoba hasil masakannya tadi, mungkin ia lupa. Sungguh, ia sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengan pria itu.
.
.
.
.
.Catherine Zivana, seorang gadis manis yang saat ini sedang bersekolah di salah satu SMA Swasta di Jakarta. Sekarang, ia sudah menginjak bangku kelas dua SMA. Ia merupakan salah satu murid yang berprestasi, terbukti dari banyaknya olimpiade yang berhasil ia menangkan.
Ziva juga merupakan gadis yang ceria, ia selalu menebar senyum termanisnya kepada semua orang yang ditemuinya. Padahal sama sekali tidak ada yang memintanya untuk tersenyum. Apa ia sudah gila? Mungkin saja.
Tetapi, siapa yang tahu jika sebenarnya Ziva adalah gadis yang lemah, lemah dalam halnya perasaan.
Mungkin benar, orang yang terlihat ceria adalah orang yang memiliki sejuta masalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Heart
Teen Fiction[SLOW UPDATE] Jika mencintaimu harus sesakit ini, aku ingin berhenti bernafas saja. Tapi apa kamu tidak merasa sakit jika harus kehilanganku? Cih, aku bermimpi terlalu tinggi.