Mentari yang bersinar terasa hangat menerpa tubuh. Angin pun berhembus dengan semilir lembut, terasa sejuk saat membelai kulit. Tampak seorang gadis justru melangkah dengan agak terburu-buru.
Pagi ini ia bangun terlalu siang, karena semalam harus begadang untuk mengerjakan tugas kimia yang hampir dilupakannya.
Gadis itu kelihatan gelisah, karena sedari tadi angkot yang ditumpanginya tidak bergerak sama sekali. Ia terjebak macet panjang saat ini, padahal bel sekolah akan berbunyi sepuluh menit lagi. Sial!
'Tidak ada waktu lagi,' pikirnya.
Ia pun segera melangkahkan kakinya untuk turun dari angkot tua itu. Ia bertekad akan berlari saja pagi ini. Setidaknya itu lebih baik daripada ia harus menunggu di dalam angkot dan berharap mobil tua itu akan segera berjalan menembus seluruh kendaraan yang terparkir indah di jalan raya.
Gadis itu terus saja berlari melewati seluruh kendaraan yang masih betah berlama-lama disana. Ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang seolah-olah berkata jika ia adalah 'gadis bodoh.'
"Ziva capek pak Jokowi, Ziva istirahat bentar ya," ucap gadis itu lebih kepada dirinya sendiri. Ia memberhentikan langkahnya sebentar sembari memegangi kedua lututnya yang sedikit keram. Napasnya tersenggal-senggal. Badannya basah, dipenuhi dengan tetesan keringat yang berjatuhan dari pelipis wajahnya.
Ketika merasa sudah cukup baik, gadis itu pun kembali meneruskan langkahnya untuk berlari. Namun, ketika ia ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja ada sebuah motor besar yang terparkir indah tepat disamping gadis itu.
"Naik," ucap sang pengemudi motor tersebut dengan suara yang mirip dengan Elvis Presley. Lelaki itu sama sekali tidak menatap Ziva.
Pandangannya lurus kedepan. Wajahnya juga tertutupi dengan sebuah helm berwarna merah. Siapa lelaki ini? Apa ia adalah seorang Malaikat yang diutus Tuhan untuk menolong Ziva?
Entahlah, tidak ada yang tau.
"Mau sampai kapan lo mengagumi kegantengan gue?" kata sang pengemudi motor tersebut sembari membuka kaca helmnya.
Ternyata lelaki itu adalah Derviano.
Catat!
Gadis bernama Zivana tersebut sontak kaget ketika ia melihat siapa orang yang telah berbaik hati menawarkannya tumpangan.
"INI BENERAN KAMU? AKU GAK LAGI MIMPI KAN? KAMU NGAJAK AKU PERGI BARENG? SERIUS? YAAMPUN!!!" teriak gadis itu sembari memukul-mukul pipi nya dengan sangat keras.
'Sakit.' batinnya.
Ternyata ini nyata.
WOW!!
"Berisik!! kalau lo gak naik dalam hitungan ketiga, gu.."
"I LOVE YOU TOO," potong gadis itu dengan cepat. Ia langsung saja mendudukkan bokongnya di atas motor besar milik Derviano. Tanpa menyianyiakan kesempatan emas ini, Ziva dengan sengaja meletakkan tangannya di atas paha Derviano. Kepalanya juga ia senderkan di atas bahu lelaki itu. Aroma tubuh dari Derviano begitu menyeruak masuk kedalam indra penciumannya.
Ziva memejamkan matanya sebentar untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ia masih belum percaya jika pria yang sedang dipeluknya saat ini adalah Derviano, lelaki yang sama sekali tidak pernah menganggap kehadirannya.
"Apa kamu mulai menyukaiku?"
"Kamu harus tau jika aku sangat bahagia sekarang."

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Heart
Novela Juvenil[SLOW UPDATE] Jika mencintaimu harus sesakit ini, aku ingin berhenti bernafas saja. Tapi apa kamu tidak merasa sakit jika harus kehilanganku? Cih, aku bermimpi terlalu tinggi.