" Nama gue Catherine Zivana dari kelas XI IPA-1, gue adalah pacar barunya Lucas Derviano."
HENING!
Degh!
Mampus, jantung Ziva berdetak tak karuan. Rasanya ia sulit bernafas. Ziva mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas, ia ingin melihat pria itu sekali lagi. Derviano mengantungi ponsel yang sedaritadi ia pegang, kemudian ia menaikkan wajahnya. Di sudut kelas itu Ziva dan Derviano bertatap mata secara tidak di sengaja. Ziva mencoba tersenyum, tapi hanya di balas dengan tatapan mematikan dari Derviano.
Teman-teman sekelas Derviano yang sedaritadi diam tepaku tak percaya dengan apa yang dikatakan Ziva, akhirnya ribut tak karuan, berkasak-kusuk sana-sini. Ada yang bersorak, ada yang mengucap selamat, bahkan ada yang memaki Ziva. Ziva hanya diam terpaku. Shock dengan omongan pedas nan menyakitkan dari teman-teman Derviano.
Derviano yang sedaritadi diam menatap Ziva akhirnya bangkit dari tempat duduknya, mendorong kursinya sampai jatuh. Semua yang ada di kelas berjengit kaget, kemudian diam sembari menatap Derviano yang berjalan dengan penuh emosi. Pria itu berhenti tepat di depan Ziva, kemudian menancapkan pandangannya ke dalam manik mata Ziva. Ziva bergetar, setengah ketakutan.
"Hai, Derviano ..." ucap Ziva tersenyum manis, seperti merasa tak berdosa.
"DIAM!" bentak Derviano keras, Ziva tersentak kaget, begitupun dengan teman sekelasnya. Ziva kemudian menundukkan kepalanya, meremas ujung bajunya, kemudian menatap lantai seolah-olah ada hal menarik disana.
Mata Ziva memanas, rasanya ia ingin menangis mendengar bentakkan Derviano. Tapi ia tahan, Ziva tak ingin terlihat lemah di depan teman sekelas Derviano, meskipun di depan Derviano sendiri ia sering terlihat lemah.
Ziva terus terpaku menunduk pada lantai, tanpa ia sadari ada seseorang yang menarik tangannya secara kasar.
"Aww!" pekik Ziva menahan rasa sakit di pergelangan tangannya akibat di tarik Derviano secara paksa.
"Kita kemana? Kamu mau bawa aku kemana, Der?" ucap Ziva bingung, tapi langsung menyunggingkan senyum bahagia. Meskipun harus menahan sakit, setidaknya Derviano mau menyentuhnya itu sudah merupakan anugerah untuk Ziva.
"SHUT UP!" kata Derviano memaki Ziva. Ziva hanya bungkam, berusaha pasrah.
(.)
Derviano membawa Ziva ke gudang di belakang sekolah mereka. Udara pengapnya langsung menusuk hidung mereka. Derviano kemudian mendorong Ziva, memaksanya masuk ke dalam gudang.
"Derviano ... " panggil Ziva sembari memegangi lengannya yang sakit akibat ulah Derviano.
Derviano hanya diam, tak berusaha peduli. Kemudian pria itu mengunci gudang dari dalam, menyisakan mereka berdua di dalam ruangan gelap itu.
Derviano berbalik, kemudian menatap Ziva tajam. Pria itu maju selangkah demi selangkah, masih dengan tatapan tajam yang tak lepas dari Ziva.
Ziva malah mundur mengikuti irama langkah kaki Derviano.
BRAKK!!
Derviano mendorong Ziva kasar sampai terhempas ke sudut gudang. Derviano maju, semakin dekat, kemudian pria itu menekan bahu Ziva dengan kuat dan kasar.
"Aww!" Ziva meringis menahan sakit untuk kesekian kalinya. Bukan hanya fisiknya yang sakit, tapi hatinya jauh lebih sakit saat ini.
"A-- aww! Sakit, Der ... "
Derviano melepaskan cengkramannya, kemudian mendekatkan wajahnya semakin dekat ke wajah Ziva. Jarak di wajah mereka hanya beberapa senti, jantung Ziva berdetak tak karuan, pikirannya mencelos kemana-mana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Heart
Novela Juvenil[SLOW UPDATE] Jika mencintaimu harus sesakit ini, aku ingin berhenti bernafas saja. Tapi apa kamu tidak merasa sakit jika harus kehilanganku? Cih, aku bermimpi terlalu tinggi.