Ziva POV.
Kenapa kau datang disaat aku ingin menjauh?
Kenapa kau tiba-tiba muncul di hadapanku disaat aku tidak ingin melihat wajahmu lagi?
Susah payah aku melupakan semua yang pernah terjadi di antara kita.
Susah payah aku memenuhi janjiku untuk pergi dari kehidupanmu.
Tapi apa?
Kau merusak semuanya dan membuat aku menjadi gelisah.
Tolong,
Jangan buat aku berharap lebih jika kau tak pernah memiliki rasa.
Jangan sapa aku dengan ramah jika dalam hatimu masih menyimpan rasa kebencian yang mendalam.
Jangan beri aku senyuman yang manis, jika sebenarnya itu tidak kau lakukan dengan tulus.
Biarkanlah aku pergi dengan semua kepura-puraan yang menyakitkan.
Aku akan tetap menjadi seperti ini.
Gadis yang tidak peduli terhadap apapun.
Jadi, jangan muncul lagi jika tak ingin sakit hati.
Selamat tinggal cinta yang belum sempat aku miliki.
.
.
.
.
.Gadis itu sibuk menetralkan jantungnya yang berdetak tak karuan.
Wajahnya memerah. Ia tak tau harus melakukan apa selain tersenyum dan tersenyum.
Bayangan pria itu selalu mengganggu pikirannya, apalagi saat pria itu menyapanya dan tersenyum manis kepadanya. Ahhh ... Rasanya ia ingin menjerit sekencang-kencangnya.
'Gue gak boleh baper!' batinnya menggerutu.
Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam, kemudian membuangnya secara perlahan.
Ia seharusnya sadar. Lelaki itu sama sekali tidak mencintainya. Lelaki itu juga selalu mengacuhkannya. Bahkan yang lebih parahnya lagi, lelaki itu telah memintanya untuk pergi.
Apakah Ziva masih pantas untuk mempertahankan perasaannya?
Sepertinya tidak.
Tapi,
Bukankah menghilangkan perasaan itu jauh lebih sulit?
"Arghhh!!"
Buru-buru ia menghilangkan wajah lelaki itu dari dalam pikirannya dan kembali fokus untuk membaca sebuah novel lama yang sempat dipinjamnya dari perpustakaan.
"Hai, Ziv ..."
Gadis itu terkejut bukan main saat ada seseorang yang menyapanya dengan tiba-tiba. Ia langsung menutup novelnya dan menatap sang pemilik suara tersebut dengan malas-malasan.
"Gimana kabar lo? Udah lama ya kita gak ketemu."
Ziva hanya diam saja. Ia malah memalingkan wajahnya dari orang itu dan lebih memilih menghitung dedaunan kering yang jatuh berserakan diatas tanah.
"Ternyata rumor kalau lo mendadak bisu itu bener ya," ucap seorang pria, yang tak lain adalah Zio.
Gadis itu masih tetap diam, malas untuk berkomentar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Heart
Ficção Adolescente[SLOW UPDATE] Jika mencintaimu harus sesakit ini, aku ingin berhenti bernafas saja. Tapi apa kamu tidak merasa sakit jika harus kehilanganku? Cih, aku bermimpi terlalu tinggi.