Angin bertiup kencang malam ini. Dari kejauhan tampak seorang gadis tengah duduk di bangku taman sembari menatap lurus ke arah jalanan yang terlihat masih ramai.
Apa yang sedang dilakukannya disana? Apa ia sedang menunggu seseorang? Ah! Sepertinya tidak mungkin. Lalu, buat apa dia menghabiskan waktu di tempat seperti itu? Apakah dia ingin menenangkan diri sejenak? Atau ingin menyesali perbuatannya sendiri? Aahh ... Tidak ada yang tahu.
Ia menghela pelan, lalu mengangkat kepalanya untuk menghitung bintang-bintang kecil yang berserakan di atas langit.
'Perjalanan ini terasa lama, kadang pula terasa baru. Tapi suatu saat jalan yang kulalui sekarang, tak mungkin kulalui lagi. Aku diminta untuk pergi jauh--sejauh-jauhnya' ucap Ziva membatin.
Diatas sana awan seperti membuka, menciptakan suara gemuruh yang saling bersahutan. Sepertinya hujan akan turun malam ini. Lalu, mengapa gadis itu tetap diam saja? Mengapa ia tidak beranjak untuk pulang ke rumah? Entahlah, mungkin ia akan tetap menunggu disana sampai hujan turun membasahi bumi.
"HEI!"
Gadis bernama Ziva tersebut sontak terkejut ketika mendengar suara teriakan dari seseorang. Ia menatap orang yang meneriaki nya tersebut seolah-olah sedang mengatakan 'siapa lo?'
Pria itu tersenyum manis, lalu berkata, "Gue Zio," ucapnya, seperti mengetahui pikiran Ziva.
'Tunggu-- siapa yang nanyain namanya? Kayaknya gak ada deh. Jangan-jangan dia bisa baca pikiran gue? Ah mana mungkin. Tapi ... Kalau dilihat-lihat, cowok ini manis juga. Ck! Kenapa gue jadi muji-muji cowok misterius ini? Gue harus pura-pura gak peduli. Toh, gue juga gak kenal sama dia,' batin Ziva.
"Gue gak nanya," jawab Ziva sekenanya tanpa melihat pria bernama Zio tersebut.
Pria itu menatap Ziva lekat-lekat, kemudian bertanya, "Lo Catherine kan?"
Kening Ziva berkerut.
"Kenapa lo bisa kenal sama gue?" tanya gadis itu merasa penasaran.
"Kita satu sekolah Cat, gue kakak kelas lo."
'Ow! Ternyata dia kakak kelas gue. Tapi, kenapa gue gak kenal ya? Terus, kenapa dia bisa tau nama gue? Entahlah. Siapa peduli?' Ziva membatin.
"Jangan panggil Cat! Lo kira gue kucing! Panggil Ziva aja."
Zio tiba-tiba tertawa begitu ia mendengar jawaban dari gadis tersebut. Ternyata teman-temannya benar, gadis kelas sebelas bernama Ziva adalah gadis yang benar-benar polos. Sekarang, Zio sudah dapat mempercayai opini itu. Ia sudah dapat membuktikannya sendiri!
"Lo lucu," ujar pria itu sembari mengacak-acak rambut Ziva dengan gemas.
Ziva menatap Zio dengan tatapan tak suka.
Buru-buru ia menepis tangan lelaki itu dari kepalanya.
Ziva tidak menyukai perlakuan pria bernama Zio tersebut. Tidak kenal tapi sok akrab. Jika boleh berkata kasar, ia ingin melontarkan perkataan itu saat ini!
"Mmm, maaf ..." Zio menggaruk telinganya yang tidak gatal, bingung harus melakukan apa. "Lo lagi nungguin siapa disini?" tanya lelaki itu berusaha untuk menghilangkan kecanggungan di antara mereka.
"Nungguin hujan," jawab Ziva mencoba tak peduli.
"Lo suka hujan?" Tanya Zio lagi.
"Iya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Heart
ספרות נוער[SLOW UPDATE] Jika mencintaimu harus sesakit ini, aku ingin berhenti bernafas saja. Tapi apa kamu tidak merasa sakit jika harus kehilanganku? Cih, aku bermimpi terlalu tinggi.