Ziva menyibak tirai jendela kaca kamarnya, membiarkan semburan angin pagi menebarkan kesejukan. Hari masih menunjukkan pukul setengah enam, tetapi gadis bermata cokelat itu sudah siap dengan seragam kebanggaannya. Pagi ini Ziva berencana untuk berangkat lebih awal ke sekolah. Ia mengambil tas-nya dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar menuju ruang makan.
Sesampainya di sana, Ziva tidak menemui siapa-siapa. Mungkin Andre dan Bi Anin masih tertidur pulas di kamarnya.
Pagi yang sepi, pikir gadis itu.
Ditariknya sebuah kursi yang merapat ke meja makan, lalu mengambil sehelai roti tawar yang sudah diolesi dengan selai cokelat kesukaannya.
Sejak semalam, Ziva memang belum mengisi perutnya dengan makanan apapun. Pantas saja ia merasa kelaparan sekarang.
Setelah menghabiskan semua rotinya, Ziva tak langsung beranjak pergi. Ia duduk termenung dengan tangan yang menopang dagu. Gadis itu tampak berpikir. Tapi apa yang sedang dipikirkannya? Entahlah tidak ada yang tau.
Ziva merogoh sakunya, mengambil sebuah handphone bercap apel yang selalu ia bawa kemana-mana.
To: Andre
Jam 3 di Starbuck Cafe. Jangan telat!
Ziva.
*****
Ziva berjalan dengan langkah gontai di atas koridor sekolah. Wajah gadis itu terlihat pucat hari ini. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai begitu saja, membuat dirinya terlihat lebih feminim.
Ia memasuki kelasnya yang tampak sepi. Tidak ada satu orang pun yang menyambut kehadiran gadis itu.
Hanya suara detak jarum jam yang menghiasi ruangan tersebut.Ziva berjalan ke bangkunya dan mendudukkan bokongnya disana. Ia mengeluarkan handphone dari dalam saku-nya dan mulai menyetel lagu milik Agnes Monica yang berjudul Karena Ku Sanggup.
Ziva menatap lurus kedepan sembari mengetuk-ngetuk meja yang berada di depannya, sehingga menciptakan sebuah irama yang sama dengan lagu yang sedang diputarnya saat ini.
Biarlah ku sentuhmu
Berikan rasa itu
Pelukmu yang dulu
Pernah buatkuGadis itu terus mendengarkan setiap bait lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi favorite-nya tersebut.
Ku tak bisa paksamu
tuk tinggal disisiku
Walau kau yang selalu sakiti
Aku dengan perbuatanmu
Namun sudah kau pergilah
Jangan kau sesaliMata gadis itu tampak berkaca-kaca, sepertinya sebentar lagi air matanya akan tumpah begitu saja. Ziva begitu menghayati lagu tersebut. Ia bahkan tidak sadar jika teman-temannya sudah mulai berdatangan.
Karena ku sanggup
Walau ku tak mau
Berdiri sendiri tanpamu
Ku mau kau tak usah ragu
Tinggalkan aku
Huu.. kalau memang harus begituZiva menangis dalam diam. Ia membiarkan air matanya jatuh membasahi wajah pucatnya. Lagu ini sangat cocok untuk nya. Sepertinya lagu tersebut memang khusus diciptakan untuk dirinya.
Tak yakin ku kan mampu
Hapus rasa sakitku
Ku kan selalu perjuangkan cinta kita
Namun apa salahku
Hingga ku tak layak dapatkan kesungguhanmuGadis itu tidak tahan lagi untuk terus mendengarkan lagu yang mampu membuat dirinya menangis di pagi hari. Ziva mematikan musik tersebut dan membuka aplikasi Instagram dari layar ponselnya. Ia tidak mau ketauan menangis di dalam kelas. Ia akan tetap menjadi Ziva yang kuat. Meskipun ia mulai ragu. Apa ia masih dapat bertahan dengan semua kepura-puraannya? Biarlah waktu yang menjawab.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Heart
Roman pour Adolescents[SLOW UPDATE] Jika mencintaimu harus sesakit ini, aku ingin berhenti bernafas saja. Tapi apa kamu tidak merasa sakit jika harus kehilanganku? Cih, aku bermimpi terlalu tinggi.