Derviano menarik tangan Ziva secara paksa untuk pergi meninggalkan Andre yang tak henti-hentinya menggoda mereka. Derviano harus meluruskan kesalahpahaman ini. Ia tak ingin membuat gadis itu berpikiran macam-macam.
Ziva yang tak terima dengan perlakuan kasar dari lelaki itu pun segera melepaskan tangannya dari cengkraman Derviano dan mendorong tubuh pria itu hingga terjatuh.
Derviano melongo tak percaya. Apakah ia sedang direndahkan oleh wanita jalang ini? Ah! Ini tak bisa dibiarkan.
"Lo gak pantas nyentuh gue dengan tangan kotor lo!" ucap gadis itu dengan nada yang sarkastik.
Derviano tersenyum sinis, lalu mengangkat tubuhnya untuk bangkit dan berdiri di hadapan Ziva.
"Lo tenang aja. Gue gak sebodoh itu untuk percaya sama omongan orang," Ziva melipat tangannya di depan dada, lalu menatap mata Derviano dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
Derviano terdiam. Ia berfikir sejenak, berusaha untuk mencerna kalimat demi kalimat yang baru saja dilontarkan oleh gadis itu.
Tunggu. Apakah Ziva benar-benar akan menjauhinya? Mengapa Derviano merasa tidak rela? Bukankah ini semua juga berawal dari dirinya?
"Tapi itu semua benar."
GLEB!
Ziva menatap Derviano penuh selidik, mulutnya sedikit membuka, wajahnya memerah. Ziva berusaha mengalihkan pandangannya dari wajah lelaki itu, tapi ia tidak bisa. Rasanya ia ingin terus menatap mata indah itu. Ah! Mengapa ia tidak bisa menjauh dari pria itu sih?
'Ingat janji lo Ziv!! Ingat apa yang udah dilakuin cowok ini sama lo! Dia itu jahat!!' batinnya menggerutu.
"Haha, lo mau nipu gue?" tanya gadis itu dengan tawa yang sedikit dipaksakan.
"Tapi lo senang kan dengan tipuan gue?" tanya Derviano, mencoba memanas-manasi gadis bernama Ziva tersebut. Ia memang sengaja melakukan hal tersebut. Derviano ingin memastikan bahwa Ziva tidak akan benar-benar menjauhinya.
"Tidak sama sekali! Gue hanya bisa senang jika yang melakukan tipuan itu adalah orang yang gue cintai. Dan itu bukan lo!" Ziva menarik napas, lalu membuangnya kasar. "Gue gak akan bisa kembali lagi dengan orang yang udah nyia-nyiain cinta dari seorang gadis bodoh seperti gue."
"Tunggu. Lo bilang apa barusan? Kembali?" lelaki itu tertawa. "Lo lagi ngelawak? Atau lo lupa minum obat? Hei! Dengar baik-baik. GUE SENANG LO PERGI DARI KEHIDUPAN GUE! KENAPA LO BARU SADAR SEKARANG? KENAPA GAK DARI DULU AJA? APA GUE HARUS BUAT LO MALU DULU BARU LO BISA NGERTI SEMUANYA? Lo memang gadis yang bodoh."
"Ya, lo benar. Seharusnya gue sadar dari awal. Lo bukanlah pria yang pantas untuk gue perjuangin."
Derviano diam, tak berani membuka suara. Bibirnya terasa kelu untuk sekedar mengucapkan kata 'iya.'
Gadis itu benar-benar telah menepati janjinya. Ia bahkan tidak menanyai tentang keadaan Derviano. Padahal Derviano yakin kalau Ziva sudah melihat wajahnya yang babak belur.
"Sebenarnya lo mau ngapain datang ke rumah gue?" tanya gadis itu tiba-tiba.
"Yang jelas bukan mau nemuin lo!"
Ziva tertawa, lalu menyunggingkan bibirnya.
"Gue tau," jawab gadis itu seadanya. "By the way, makasih buat pertolongannya. Yaa, meskipun gue benci sama lo, tapi gue gak pernah bisa benci sama orang yang udah pernah nyelamatin nyawa gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Heart
Novela Juvenil[SLOW UPDATE] Jika mencintaimu harus sesakit ini, aku ingin berhenti bernafas saja. Tapi apa kamu tidak merasa sakit jika harus kehilanganku? Cih, aku bermimpi terlalu tinggi.